Mohon tunggu...
Poe Three
Poe Three Mohon Tunggu... Arsitek - citizen of the world

Keep Calm and Write It On..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jelajah Tempat-tempat Jenius, Resensi Buku "Geography of Genius" Part 2/2

26 Juni 2020   15:53 Diperbarui: 26 Juni 2020   15:50 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : mizanstore

Silicon Valley – Genius itu Lemah 

Berbeda dengan tempat-tempat lainnya yang telah dibahas, Silicon Valley di California adalah kota yang masih dan sedang melahirkan kejeniusan dalam bentuk raksasa-raksasa teknologinya.

Penulis menganalogikan kota ini seperti Iphone nya, orang terkesan dengan hal-hal menakjubkan yang dapat dilakukannya, menjadi tergantung hidupnya pada smartphone tersebut, namun tidak bisa menjabarkan seperti apa isi dan bagaimana berfungsinya.

Sebenarnya hal yang membedakan Silicon Valley dengan tempat lain adalah dinamikanya yang tinggi. Seseorang bisa kaya raya hari ini dan jatuh miskin keesokan harinya, hanya karena satu produk yang gagal. Kegagalan adalah hal yang diterima baik di tempat ini. Dan kesempatan untuk mencoba lagi juga besar karena tersedianya jejaring raksasa yang memadai.

Kerajaan jejaring ini bisa tidak terlepas dari peran Fred Terman atau Bapak Silicon Valley. Sebagai akademisi dari Universitas Stanford beliau berprinsip bahwa universitas yang baik adalah universitas yang didatangi untuk meraih kesuksesan, bukan ditinggalkan. Berawal dari pemikiran ini, Stanford kemudian mempelopori masuknya investor dan sektor swasta ke dalam penelitian bidang-bidang akademis. Instead of sent graduates away, he sent investors to them. Hal ini kemudian menyebar ke seluruh kota dan menjadikan Silicon Valley yang kita kenal saat ini.

Namun, layaknya semua hal di dunia ini, selalu ada dua sisi dalam segala hal. Teknologi yang makin canggih dipercaya membuat manusia makin terlena dalam kemudahan dan kemewahan. Kemewahan sendiri dianggap sebagai sebuah tanda bahaya dari awal kemunduran zaman keemasan. Anak-anak kita akan menjadi tidak berdaya jika teknologi direnggut dari mereka, atau dengan kata lain teknologi menguasai mereka. Dan, berbeda dengan kebudayaan-kebudayaan sebelumnya, kali ini yang terpengaruh oleh teknologi adalah peradaban seluruh bumi.

Epilog – Karakter Tempat Jenius

Ahli perkotaan mengidentifikasi apa yang disebutnya 3 T kota kreatif : Teknologi, Talenta dan Toleransi. Weiner menyimpulkan ciri kreatifnya sendiri yang diberi nama 3 K : Kekacauan, Keragaman, dan Kebijaksanaan. Tiap orang bisa saja memiliki versinya masing-masing.

Kita harus memikirkan kreativitas dan kejeniusan bukan sebagai anugrah atau karunia genetika, namun sebagai suatu hal yang dapat diupayakan. Artinya, semua orang bisa menjadi kreatif jika mereka mengolah dengan cermat situasi yang ada, dan menghasilkan karya kreatif tidak hanya untuk kesenangan pribadi tapi juga sebagai bentuk sumbangsih dan peran kita dalam bermasyarakat. Menjadi berguna bagi orang lain, mulai dari skala keluarga, masyarakat, hingga dunia. 

Saya selalu suka membaca karya-karya Eric Weiner, karena penuturannya yang ringan, penuh humor namun sarat makna. Menjelajahi kota-kota melalui memoir perjalanannya ini selalu menginspirasi.

See you at my next review.

Happy reading and let’s get inspired!

My Overall Rating for this book : 4.5/5 stars

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun