Mohon tunggu...
Poe Three
Poe Three Mohon Tunggu... Arsitek - citizen of the world

Keep Calm and Write It On..

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Resensi Buku "Geography of Bliss" oleh Eric Wener Part 2/2

8 Mei 2020   10:49 Diperbarui: 8 Mei 2020   10:50 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: penerbit Qanita

Eric Weiner | Geography of Bliss | 2019 | Edisi Keempat | Penerbit Qanita | ISBN : 978-602-402-150-4 | Versi terjemahan Bahasa Indonesia  | halaman 555

Lanjutan dari Resensi Part 1/2,  

https://www.kompasiana.com/poe3/5eabc3fb097f365d4e4eea63/resensi-buku-geography-of-bliss-oleh-eric-weiner-part-1-2# 

Catatan Keliling Dunia (Part 2/2)

Moldova

Gambaran negara yang tidak sejahtera karena politiknya bisa kita lihat disini. Setiap orang akhirnya mengandalkan dirinya masing-masing untuk bertahan hidup. Dengan segala cara. Hal ini menyebabkan masyarakat disana terlihat murung, tidak percaya pada orang lain, krisis ekonomi, krisis kepercayaan, singkatnya tidak bahagia. 

Kita diingatkan bahwa kebahagiaan bukan berasal dari sebuah keberuntungan besar yang jarang terjadi, namun berasal dari keberuntungan-keberuntungan kecil yang terjadi sehari-hari, dan tentu saja, rasa syukur.

Thailand

Negara tetangga kita ini punya jargon tersendiri yang diadopsi penduduknya untuk menjadi bahagia. Mai Pen Lai, yang artinya tidak apa-apa. Juga Jai Yen, yang berarti hati yang dingin. Intinya tidak terlalu banyak berpikir bisa memberikan kebahagiaan. 

Ada 3 cara untuk menjadi bahagia, pertama meningkatkan perasaan positif, kedua mengurangi perasaan negatif, dan ketiga mengubah pokok permasalahannya. Pilihan ketiga ini yang banyak dilakukan orang Thailand untuk menjadi bahagia, berfokus ke permasalahan yang dapat membuat bahagia.

Britania Raya

Kebahagiaan adalah hasil sampingan hubungan antarmanusia. Bagi orang Inggris hubungan dengan manusia lain lah yang bisa menyebabkan kebahagiaan, bukan materi. 

Istilah pub, yang identik dengan bar, berasal dari bahasa Inggris yang disingkat dari ‘public house’, dimana seperti namanya tempat itu dimaksudkan supaya orang saling berinteraksi. Hal ini adalah indikasi bahwa pada dasarnya orang Inggris cenderung berfokus pada diri sendiri. 

Mereka amat menghargai privasi. Kepercayaan yang telah diberikan kepada orang lain adalah hal yang tidak mudah didapat, sehingga hubungan dengan manusia lain senantiasa harus dijaga. Efek samping dari hubungan antarmanusia itu adalah kebahagiaan.

India

Kebahagiaan adalah kontradiksi. Dimana si kaya bisa selaras hidup berdampingan dengan si miskin, mengesampingkan perbedaan yang amat menyolok diantara keduanya. Orang India pandai mencari kesetimbangan dalam hidup. 

Di India kita juga bisa menemukan fasilitas riil yang biasa disewa orang dalam perjalanan mencari kebahagiaan, seperti ashram yang mengajari orang untuk bermeditasi, detox, mendalami budaya, mencari inti diri, intinya whatever it takes to pursue happiness. Hal ini bahkan dijadikan destinasi wisatawan tersendiri di negara itu.

Amerika Serikat

Negara adidaya ini memiliki lebih banyak materi dibandingkan negara lain untuk meraih kebahagiaan. Mereka bangsa yang ambisius dalam mencapai tujuannya. Namun, kemudahan dalam mencapai apa yang kita kira bisa membuat kita bahagia tidak selalu dibarengi dengan kemampuan untuk menerima hasilnya. 

Sebagaimana diilustrasikan Weiner, seorang petani di Bangladesh mungkin mengira Mercedes S-Class dapat membuatnya bahagia, bagi orang Amerika yang kemungkinan lebih mudah mendapatkannya, mereka dihadapkan pada kondisi untuk siap merasa kecewa, atau tidak puas, dan terus menginginkan lebih. 

Kita diingatkan bahwa kebahagiaan adalah kondisi ketika kita juga bisa merasa cukup.

Tempat yang membahagiakan

Pada akhirnya perjalanan penulis mencari hubungan antara tempat/geografi suatu negara dengan tingkat kebahagiaan warganya menghasilkan kesimpulan bahwa faktor geografi belum tentu dapat menjadikan seseorang lebih bahagia.

Justru sebaliknya, di tempat-tempat yang jauh dari persepsi ideal geografi kebahagiaan (dingin, gelap, suram, sulit dijangkau, terpencil), orang yang tinggal di tempat seperti itu lebih kreatif dalam mencari cara supaya bahagia. Rasa syukur juga dikutip penulis memiliki peran penting disini.

Saya jadi teringat profesor saya waktu kuliah dulu yang bercerita bagaimana orang Jepang selalu mengadakan festival di setiap pergantian musim sebagai wujud rasa gembira dan syukur mereka. Jepang merupakan negara kepulauan dengan empat musim yang ekstrem, rawan bencana, dan tidak terlalu luas dan tidak terlalu subur wilayahnya. 

Sebaliknya, kata profesor yang sama, orang yang terbiasa hidup di tempat yang indah cenderung lebih kurang bersyukur dan kurang bergembira dengan lingkungan hidupnya jika dibandingkan dengan mereka yang hidup di tempat yang ‘keras’ atau kurang bersahabat. Jadi, jangan lupa untuk mensyukuri tempat dimana kita tinggal. 

Saya selalu suka membaca catatan perjalanan seseorang. Terutama ke tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Istilah ‘Buku adalah Jendela Dunia’ sesuai dengan tema buku ini. Tidak harus berada disana untuk punya gambaran seperti apa disana. Mungkin ini salah satu alasan kenapa saya suka sekali baca buku. Saya berharap bisa menemukan dan membaca buku-buku yang seperti ini kedepannya. Any recommendation?

See you at my next review.

Happy reading and lets get inspired!

My Overall Rating : 4/5 stars

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun