Kalau disini apa iya bisa ya kita tidak nyetok apapun seperti saran di buku? Saat resensi ini ditulis wabah korona (COVID- 19) lagi merebak di Indonesia terutama Jakarta tempat saya tinggal. Harga-harga naik, orang-orang mulai risau dan beli ini-itu. Barang yang paling signifikan jadi langka dan mahal adalah masker dan antiseptic yang harganya melonjak dari 25-35ribu per box jadi 300-400ribu per box untuk masker. Di tengah kekhawatiran ini banyak oportunis yang ga segan-segan ambil untung banyak, and mostly they get away with it. Yang pasti, rakyat kecil yang paling terdampak. Jadi saya pikir di tempat yang segalanya lebih tak menentu ini kita tetap harus lebih prepare.
Nah nilai minimalis bisa berperan untuk menjernihkan persepsi kita ketika bencana datang. Setidaknya secara mental kita sudah terbiasa hidup sederhana, dan biasa irit yah. Jadi, kita punya cadangan sumberdaya (uang terutama) untuk selalu siap dan mampu, dengan secukupnya, beli barang yang tepat di saat kita perlu.
Setelah baca buku ini, saya makin termotivasi untuk bikin catatan intisari yang saya tangkap. Setelahnya, I seriously thinking about giving away all my books, right after I wrote summary of them and put them on cloud. Ini salah satu praktek minimalisme yang coba saya lakukan, karena ada harapan pribadi bisa sharing ilmu, bahkan sekecil apapun dan untuk satu orang sekalipun.
Happy reading and lets get inspired!
My Overall Rating : 4.5/5 stars
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H