Mohon tunggu...
Muhammad Arkandiptyo
Muhammad Arkandiptyo Mohon Tunggu... -

Hanya seseorang di pojok kota Jakarta yang selalu apa adanya. Penggemar berat masakan tradisional Jawa & Peranakan, musik Light Jazz dan pecinta sejati seseorang kalau sudah sekali cinta.\r\nPS Untuk semua Ingatlah Selalu: Ing Madya Mangun Kersa & Bhinneka Tunggal Ika!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenangan Sepakbola di Jalan Jambu

31 Maret 2010   15:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi semangatnya tidak padam, ketika 'para dewa' sepakbola kami memutuskan untuk 'go global' alias menjajal kompetisi sepakbola disekolah lain, Yogi pun diangkat menjadi Coach mereka - seringkali mereka berhasil. Yogi pun mendapatkan bonus pula untuk bagiannya, tatkala itu ia tidak meminta roti untuk 2 minggu. Aku bertanya, dia jawab. "Alhamdulillah, kan, kenyang gue.". Sayangnya ia tidak dijadikan guru Olahraga, ia tetap menjadi OB. Kasihan, sang unspoken hero; pahlawan yang tidak tertuturkan ceritanya. Kasihan sangat.

Hari demi hari berlalu di PEIS, lapangan lama itu kami tetap gunakan - bulan demi bulan, dibawah tangan Yogi dan para senior, kami berhasil membangun sebuah tim futsal yang kokoh, yang namanya disanjung di antara kami, dan cukup menjadi momok untuk beberapa lawan di beberapa kompetisi futsal di area Jakarta Pusat, Timur, dan Utara. Tapi di area Jakarta Selatan kami masih kalah.

Aku sendiri, memang kurang jago bermain bola. Yah, sejago-jagonya aku, aku hanya pernah membuat gol 8x (tidak termasuk Penalti) selama 8 tahun pembelajaran dari SD sampai SMP ini. Sebagus-bagusnya aku aku selalu ditempatkan sebagai Bek Sayap, Wing Back. Atau sebagai gelandang bertahan, Defensive Midfielder. Orang-orang memang cukup takut ketika akan melewati aku - tackle ku keras, dan aku susah untuk dilewati, bahkan jika orang yang melawanku adalah master dribble.

Lapangan itu tetap tidak berubah, fungsinya juga tidak berubah - dari sinilah betapa aku belajar bahwa sepakbola adalah sebuah bahasa universal yang dapat mempersatukan semua bangsa.

Benar-benar sebuah kenangan sepakbola yang tidak bisa dilupakan dan patut untuk dituturkan. Patut untuk dikenang.

M Arkan, 31032010

Bisa dilihat pula di; podjoknusantara.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun