Gerakan Kristen progresif mempromosikan Alkitab sebagai sebuah buku yang tidak berotoritas. Inilah sebabnya mengapa banyak orang Kristen Progresif hanya bicara menurut pemahamannya sendiri yang  memang tidak sesuai dengan fakta yang tertulis dalam Alkitab. Umat Kristen progresif memandang Alkitab sebagai suatu catatan tentang apa yang di yakini orang tentang Tuhan pada zaman mereka hidup, dan bukan sebagai Firman Tuhan yang telah diilhami dan berotoritas.Â
Apabila seorang Kristen progresif menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penulis Alkitab dan menolak apa yang telah tertulis di dalam Alkitab serta menyangkal secara terbuka kebenaran yang telah tertulis dalam Alkitab itu merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi seorang Kristen progresif.
Kristen Progeresif merupakan sebuah gerakan yang menekankan bahwa kehadiran di gereja bukanlah syarat utama menjadi Kristen, namun yang terpenting adalah keadaan hati. Kristen Progresif juga memandang bahwa Yesus bukanlah satu-satunya Juruselamat, tetapi melalui Yesus kita yakin bahwa tindakan baik dapat menjadi jalan keselamatan, dengan ukuran yang berbeda-beda untuk setiap individu.
Kristen Progresif juga dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari gerakan teologis pascaliberal dimana gerekan ini berusaha menitikberatkan penerimaan terhadap keberagaman manusia, penekanan yang kuat pada keadilan sosial dan kepedulian terhadap orang miskin dan tertindas, serta kepedulian terhadap lingkungan hidup. Kristen progresif memiliki keyakinan yang mendalam akan pentingnya instruksi untuk mengasihi satu sama lain. Gerakan Kristen ini dimulai pada tahun 2006, Kekristenan Progresif sudah bosan dengan difinisi iman Kristen mereka.
Brian Siawarta pada menit 35:25 berkata bahwa: "Yang paling inti dari cara berpikir Kekristenan Progresif ini adalah untuk mempertanyakan, selalu mempertanyakan kenapa kita percaya, apa yang kita percaya". Menurut penulis hal ini merupakan suatu kebodohan dan kesesatan dimana sudah jelas dikatakan di dalam Alkitab bahwasannya kita percaya kepada Yesus supaya kita memperoleh keselamatan dan kita tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
Brian juga pada menit 31:11-29:23 berkata bahwa: "setelah dia cari tahu Alkitab itu sering mengkontradiksi dirinya sendiri. Brian berkata Alkitabpun sering bertabrakan, bahwa tidak semuanya itu menjadi satu patokan yang selalu dipakai Tuhan disetiap waktu. Dan artinya semua kita harus melihat buku itu sebagai buku yang di inspirasi oleh Tuhan, tapi ditulis oleh manusia dan tidak bisa menjadi patokan hitam putih kayak kunci sorga itu bukan di dalam buku yang namanya Alkitab, tapi semuanya dapat ditampilkan secara progresif yang artinya selalu di perbaharui." Disini penulis beranggapan bahwa Brian dan Yerri memahami Alkitab dengan otak dan kemampuannya tanpa melibatkan Roh Kudus dalam memahaminya. Mereka juga melebih-lebihkan apa yang telah tertulis di dalam Alkitab.
Pemahaman Brian dan Yerri tentang Kristen Progresif yaitu:
1. Iman Kristen didasarkan pada tiga panggilan utama yaitu untuk mencintai Tuhan, untuk mencintai sesama kita, dan untuk mencintai diri kita sendiri."
2. Iman Kristen adalah suatu cara untuk setia kepada Allah, tetapi itu bukan satu-satunya cara.
3. Kasih kepada Tuhan menyangkut seluruh aspek kehidupan, tidak hanya kehidupan manusia saja. Tetapi memiliki kepedulian terhadap Bumi dan ekosistem juga merupakan ekspresi iman.
Dampak yang di timbulkan oleh Kekristenan Progresif adalah:
- Kekristenan progresif memiliki pandangan rendah terhadap Kristus
- Salah satu ciri khas Kekristenan progresif adalah cara mereka dalam memandang Yesus, mereka yakin dan percaya bahwa Yesus bukanlah anak Allah yang ilahi, melainkan hanya teladan moral yang harus di ikuti. Tentunya, Yesus sebagai teladan moral harus kita ikuti. Namun orang-orang Kristen progresif terutama Brian dan Yerri menjadikan hal itu sebagai hal yang utama. Menurut mereka turunnya Yesus ke Bumi adalah tanda pertama dari Kekristenan yang progresif.
- Kekristenan progresif berfokus pada moralisme, bukan keselamatan.