Mohon tunggu...
Uyung
Uyung Mohon Tunggu... Administrasi - ASN, Penulis, dan Big Data Enthusiast

Seorang ASN (Aparatur Sipil Negara), cinta menulis, cinta keluarga, Big Data Enthusiast, penulis buku 'Catatan Parno PNS Gila', dan lil bit crazy :P Bisa diliat pemikiran gilanya di http://pnsgila.wordpress.com dan akun twitter @UyungPNSgila

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Jangan Melawan Pembajakan!

31 Agustus 2015   11:43 Diperbarui: 31 Agustus 2015   11:43 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mohon maaf kalau judul di atas berkesan provokatif. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menganjurkan pembajakan, apalagi mempengaruhi untuk membeli bajakan. Bagaimanapun pembajakan adalah hal yang melanggar hukum. Tapi sebelumnya saya memaparkan lebih jauh mengenai pembajakan, berikut saya mencoba membeberkan sejumlah fakta menarik mengenai pembajakan (piracy). Ada sejumlah realitas di luar sistem nilai dan hukum yang patut dicermati dalam memahami pembajakan.

Fakta 1

Di Prancis ada Museum barang palsu, namanya Counterfeit Museums, atau Museum Baran-Barang Palsu. Ini beneran ada. Percaya atau tidak, barang-barang bajakan itu sejak jaman dahulu sudah ada, ribuan tahun yang lalu. Museum ini menampilkan barang asli yang disandingkan dengan barang bajakan atau palsu. Di Austria juga ada museum semacam itu, namanya The Museum of Art Fakes atau dalam bahasa Jermannya Fälschermuseum. Museum ini terdiri dari karya  seorang pemalsu yang terkenal, Han van Meegeren dan seorang ahli restorasi seni dari Inggris Tom Keating, yang mengaku telah memalsukan lebih dari 2.000 karya lebih dari 100 seniman yang berbeda.

Fakta 2

Netflix, sebuah rental film online yang sangat terkenal, ternyata menggunakan data yang merujuk pada kepada besarnya jumlah pembajakan terhadap satu judul film atau game sebelum mereka memutuskan untuk membeli lisensi film atau game tersebut. Ini menarik karena memanfaatkan data mengenai pembajakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan suatu korporasi.

Fakta 3

Survey yang dilakukan Sarah McCartney mengatakan bahwa alasan utama mengapa orang membeli produk yang asli adalah kualitas produknya, sedangkan alasan moral ada di posisi ke 7. Ini artinya, alasan moralitas (karena patuh terhadap aturan, merasa berdosa beli bajakan) bukan jadi alasan utama.

Fakta 4

Microsoft menginvestasikan jutaan dollar untuk program melawan pembajakan. Tapi kenyataannya Microsoft senang produknya dibajak karena Microsoft berharap para pengguna bajakan itu akan tergantung pada produknya dan apabila secara finansial mereka sudah mampu, maka mereka diharapkan akan membeli yang asli. Kasarannya, silakan gunakan produk atau software bajakan, asalkan software bajakannya berasal dari Microsoft, bukan produk lainnya.

Fakta 5

Hal unik yang dilakukan sebuah band bergenre Punk Rock bernama Green Day. Menyadari bahwa pembajakan sangat sulit dilawan, maka grup band yang digawangi oleh Billie Joe Armstrong, Mike Dirnt, Tré Cool dan Jason White mengeluarkan album yang berisi CD kosong, jadi para penggemarnya bisa mengisi sendiri kompilasi lagu-lagu Green Day.

Fakta 6

Sebuah kasus dimana seorang pedagang pinggir jalan di Italia, dituntut oleh LV karena menjual produk bajakan LV. Uniknya, dalam kasus ini LV kalah, dan pedagang LV palsu itu bebas. Kok bisa? Karena LV menggunakan tuntutan “Menyebabkan Kerugian”. Di sidang tersebut terbukti bahwa si pedagang LV itu tidak mungkin menyebabkan kerugian karena pasar yang biasa membeli LV asli tidak mungkin mau membeli produk LV yang palsu. Mereka yang membeli produk LV KW super ini adalah mereka yang secara finansial tidak mampu membeli produk LV yang asli, tapi ingin bergaya dengan produk LV. Jadi secara logika konsumen LV asli dan konsumen LV palsu itu adalah dua jenis konsumen yang berbeda, jadi LV tidak dirugikan.

Dari enam fakta yang saya paparkan ini, saya coba membuat kesimpulan sebagai berikut:

  1. Pembajakan adalah sebuah keniscayaan. Sejak dahulu yang namanya produk bajakan atau produk palsu sudah ada, dan ini menjadi semacam 'perang abadi' yang tidak berkesudahan. Ini bukan berarti kita membolehkan adanya pembajakan, tapi setiap adanya usaha melawan pembajakan atau menghapus pembajakan, akan selalu muncul 'teknik' lain untuk mengakali perlawanan terhadap pembajakan.
  2. Tidak selalu pembajakan itu membawa keburukan. Ambil contoh produk software Microsoft, bila tanpa adanya pembajakan terhadap produk itu, tidak mungkin bangsa Indonesia bisa menikmati perangkat lunak hingga bisa mempercepat penetrasi komputerisasi ke semua kalangan. Bayangkan tanpa adanya pembajakan Microsoft, mungkin bangsa Indonesia masih sangat tertinggal karena mahalnya harga software tersebut. Dan itu mau tidak mau harus diakui peranan pembajakan, meskipun sudah mulai muncul software-software murah hingga gratis semacam Linux yang bersistem Open Source.
  3. Mengedukasi pasar atau pembeli untuk tidak membeli barang bajakan adalah salah satu cara mengatasi pembajakan. Namu cara terbaik melawan pembajakan adalah dengan 'tidak' melawan pembajakan itu sendiri. Maksudnya, fokuslah dengan meningkatkan kualitas produknya sendiri. Buatlah pembeda yang cukup tajam antara produk yang asli dengan yang palsu sehingga meskipun produk bajakan tersedia di pasaran, namun produk yang asli jauh lebih menarik untuk dibeli. Anggap saja produk bajakan yang ada di pasaran itu sebagai 'marketing' bagi produk yang asli, dan apabila si pembeli barang bajakan itu sudah memiliki finansial yang kuat, diharapkan bisa membeli produk yang asli. Ingat, pasar memiliki jalan fikiran dan aturannya sendiri. Biarlah pasar yang 'menghakimi' dan 'menilai' produk yang dijual, baik itu barang original maupun barang bajakan.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun