Dalam kehidupan sehari-hari, risiko kecelakaan dan situasi darurat dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu kelompok yang rentan terhadap situasi darurat adalah anak-anak, terutama siswa sekolah dasar. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman membuat mereka kurang mampu untuk menangani situasi darurat secara efektif. Padahal, tindakan cepat dan tepat dalam pertolongan pertama (P3K) dapat mencegah kondisi yang lebih buruk dan bahkan menyelamatkan nyawa.
Situasi darurat di sekolah seringkali melibatkan kecelakaan ringan, seperti terjatuh, terbentur, atau tersedak. Di beberapa kasus, insiden yang seharusnya bisa ditangani dengan mudah justru menjadi serius karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pertolongan pertama. Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk membekali siswa dengan pengetahuan dasar tentang P3K.
Universitas Muhammadiyah Malang, melalui program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM), mengambil inisiatif untuk memberikan edukasi pertolongan pertama kepada siswa-siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangbesuki 1. Inisiatif ini menjadi sangat relevan di tengah tingginya angka kecelakaan yang melibatkan anak-anak di lingkungan sekolah.
Latar Belakang Permasalahan
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul beberapa kasus di Indonesia yang menunjukkan rendahnya kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi situasi darurat. Salah satu contohnya adalah kasus siswa SD di Jawa Barat yang mengalami pingsan di kelas karena tersedak makanan. Sayangnya, tidak ada yang tahu bagaimana memberikan pertolongan pertama dengan benar, sehingga siswa tersebut tidak mendapatkan penanganan segera dan harus menunggu hingga petugas kesehatan datang. Kasus ini mencerminkan pentingnya pengetahuan P3K di kalangan siswa, guru, dan seluruh komunitas sekolah.
Kejadian serupa sering terjadi di berbagai sekolah, baik di kota besar maupun di daerah terpencil. Minimnya pelatihan dan pendidikan tentang pertolongan pertama menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan situasi darurat tidak dapat ditangani dengan baik. Padahal, dengan pengetahuan yang tepat, siswa dapat melakukan tindakan awal yang sangat penting sebelum bantuan medis profesional tiba.
Di SDN Karangbesuki 1, yang terletak di Kota Malang, kesadaran akan pentingnya pertolongan pertama mulai meningkat. Namun, masih banyak siswa yang belum mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi kecelakaan di sekolah. Melihat kondisi ini, mahasiswa UMM yang tergabung dalam program PMM memutuskan untuk memberikan edukasi pertolongan pertama kepada siswa-siswa di sekolah tersebut.
Tujuan dan Metode Kegiatan
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menangani situasi darurat melalui pemberian edukasi pertolongan pertama. Secara khusus, kegiatan ini bertujuan untuk:
- Meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya pertolongan pertama dan kapan harus dilakukan.
- Membekali siswa dengan pengetahuan dasar tentang teknik-teknik pertolongan pertama, seperti penanganan luka, pingsan, tersedak, dan cedera lainnya.
- Mengajarkan siswa untuk tetap tenang dan bertindak cepat dalam situasi darurat.
- Membangun budaya keselamatan di lingkungan sekolah melalui keterlibatan aktif siswa dalam upaya pencegahan kecelakaan.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pembelajaran interaktif yang melibatkan penyampaian materi secara teoritis dan praktik langsung. Sesi pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar, dengan menggunakan alat peraga yang sederhana dan simulasi situasi darurat yaitu dengan kotak (P3K).
Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan edukasi pertolongan pertama dilaksanakan selama satu hari, dengan setiap sesi diikuti oleh siswa dari kelas 4. kegiatan diawali dengan pengenalan tentang pentingnya pertolongan pertama. Mahasiswa PMM UMM memberikan penjelasan tentang konsep dasar pertolongan pertama, seperti apa itu P3K, mengapa penting, dan bagaimana tindakan pertolongan pertama bisa menyelamatkan nyawa.
Selanjutnya, siswa diajak untuk mempelajari teknik-teknik dasar pertolongan pertama. Salah satu teknik yang diajarkan adalah cara menangani luka ringan, yang sering terjadi di sekolah akibat terjatuh atau terbentur. Siswa juga diajarkan bagaimana cara menghentikan pendarahan dengan menggunakan perban atau kain bersih. Teknik lain yang diajarkan adalah cara menangani pingsan, yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti kelelahan atau kekurangan oksigen. Mahasiswa PMM juga memberikan pengetahuan tentang cara menangani tersedak, yang seringkali terjadi saat siswa makan di kantin sekolah.
Bagian yang paling menarik bagi siswa adalah sesi praktik langsung. Dalam sesi ini, siswa diberi kesempatan untuk mempraktikkan teknik-teknik yang telah dipelajari. siswa didampingi oleh mahasiswa PMM yang bertindak sebagai fasilitator dan pengawas. Siswa diberi skenario situasi darurat, seperti seorang teman yang terluka akibat terjatuh di lapangan, dan diminta untuk menangani situasi tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang telah mereka pelajari.
Sesi praktik ini tidak hanya bertujuan untuk menguji pengetahuan siswa, tetapi juga untuk melatih kemampuan mereka dalam bekerja sama dan berkoordinasi dengan teman-teman mereka. Dalam situasi darurat, kerja sama tim menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa semua langkah pertolongan pertama dilakukan dengan benar dan cepat.
Hasil dan Dampak Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan edukasi pertolongan pertama di SDN Karangbesuki 1 memberikan hasil yang sangat positif. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan, terjadi peningkatan yang signifikan dalam pemahaman siswa tentang pertolongan pertama. Sebagian besar siswa menunjukkan kemampuan yang baik dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait P3K, menunjukkan bahwa mereka telah menyerap materi yang disampaikan.
Sesi praktik juga menunjukkan bahwa siswa mampu mempraktikkan teknik-teknik pertolongan pertama dengan cukup baik. Meskipun ada beberapa kesalahan yang terjadi, hal ini dapat diperbaiki melalui latihan yang lebih intensif. Pentingnya kegiatan ini juga diakui oleh guru-guru di SDN Karangbesuki 1, yang menyatakan bahwa siswa menjadi lebih percaya diri dan siap dalam menghadapi situasi darurat.
Selain itu, kegiatan ini juga berdampak pada peningkatan kesadaran siswa tentang pentingnya keselamatan di lingkungan sekolah. Siswa menjadi lebih peduli terhadap keselamatan diri sendiri dan teman-teman mereka. Mereka juga mulai mengembangkan sikap proaktif dalam mencegah terjadinya kecelakaan, seperti dengan lebih berhati-hati saat bermain di lapangan atau saat berjalan di koridor sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H