Mohon tunggu...
PMM UMM 2024
PMM UMM 2024 Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menyukai hal-hal realistis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bertahan Karena Sedekah, Pabrik Tahu Ini Berjalan Hingga Belasan Tahun

22 Februari 2024   15:00 Diperbarui: 23 Februari 2024   14:40 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak mengenal tahu, salah satu olahan kedelai yang cukup terkenal selain tempe. Tahu sudah dikenal di kalangan masyarakat sebagai makanan yang cukup digemari di masyarakat. Tak hanya murah, tahu merupakan makanan yang enak serta dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan lezat. Bapak Haryanto salah satu pengrajin tahu yang ditemui oleh Zepta Rahmawan Putra, Lia Novita Sari, Varadita Aurendy, Diyana Rossa Fadhilla, Diebolt Radian Ramadhika selaku anggota gelombang 4 kelompok 77 tahun 2024 tim Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) Bhaktiku Negeri dengan Dewan Pembimbing Lapangan bernama Ibu  Gina Harventy., M.Si., Ak., CA dari Universitas Muhammadiyah Malang. Beliau merupakan pengrajin tahu yang berada di Desa Lemper, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirisasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

BERMODALKAN KEYAKINAN

Sudah sejak tahun 2008 Bapak Haryanto menekuni usaha tahu yang dimilikinya. Berawal dari rasa keputus-asaan Bapak Haryanto untuk mencari pekerjaan dan merasa pendapatan menjadi kurir tahu tidak sebanding dengan usahanya. Kemudian muncul ide untuk memulai membuka usaha pabrik tahu sendiri. 

Bermodalkan keyakinan akan pengalaman yang telah dikantongi beliau dan relasi yang dimiliki, Bapak Haryanto berhasil membuat pabrik tahu dan mempertahankan eksistensinya hingga hari ini. Untuk lokasi pabriknya, bertempat di halaman belakang rumahnya. Bapak Haryanto berhasil menyulap halaman belakang rumahnya menjadi pabrik tahu. Banyak lika-liku dan naik turun yang dialami oleh Bapak Haryanto untuk mempertahankan pabrik tahu tersebut. 

Untuk saat ini, usaha tahu Bapak Haryanto dijalani bersama kedua anak serta istrinya. Beliau menjalankan bisnis ini bersama keluarga karena menurutnya menambah karyawan kurang efektif, berkaca dari pengalaman sebelumnya, banyak dari karyawan yang bertahan tidak lama. 

Sedangkan waktu pelatihan mereka cukup lama. Sehingga banyak waktu yang terbuang karena mengurus karyawan. “Ya, sekarang karyawan sendiri dilatih baru bisa 2 sampai 3 bulan, setelah itu mereka  keluar di bulan berikutnya. Artinya waktu dihabiskan hanya untuk melatih saja,” ujar Bapak Haryanto.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
MELATIH ANAK MENJADI WIRAUSAHAWAN SEJAK DINI

Karena bisnis yang dijalankan berupa bisnis rumahan, Bapak Haryanto melatih serta turut mengenalkan usaha beliau kepada kedua anaknya. Dengan pembagian jobdesk yang sesuai dengan kemampuannya dan dengan ketelatenan yang dimilikinya, Bapak Haryanto berhasil mendidik kedua anaknya menjadi mandiri, telaten, dan berjiwa kewirausahaan sejak dini. Anaknya yang pertama, bertugas sebagai operator yang membantu setengah dari pekerjaan milik Bapak Haryanto. 

Sedangkan, anak keduanya, yang masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar turut membantu Ayah dan Ibunya ketika bekerja. Atas kemauannya sendiri dan tanpa adanya paksaan dari kedua orang tua, anak bungsu Bapak Haryanto bertugas membantu Ibunya mengambil tahu yang telah dingin dan memasukkannya ke dalam timba.

Bapak Haryanto sendiri hanya memproduksi tahu putih. Dalam sekali produksi tahu, Bapak Haryanto dapat membuat tahu sedikitnya hingga 3 kali proses dalam sehari, dimana dalam sekali proses Bapak Haryanto dapat menghasilkan 4 papan tahu. Proses produksi yang dilakukan sendiri menggunakan proses seperti pembuatan tahu Kediri, dimana proses pematangan kedelai dilakukan dengan penguapan. 

Sebelumnya memang Bapak Haryanto sempat menggunakan wajan besar, namun cara tersebut dianggap kurang efektif karena dalam sekali proses hanya bisa menghasilkan 2 papan tahu, sedangkan dengan menggunakan uap dapat menghasilkan hingga 4 papan tahu. 

Menurut Bapak Haryanto, proses pembuatan tahu tidaklah lama, sekali proses mulai dari penggilingan kedelai hingga tahu siap dijual hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 sampai 3 jam. Proses pembuatan tahu yang paling lama adalah pada persiapan awalnya. Sebelum tahu mulai dibuat, Bapak Haryanto mulai memanaskan tungku air terlebih dahulu yang dimana nantinya akan menjadi sumber penguapan pada proses pematangan kedelai. 

Proses pemanasan tungku ini bisa memakan waktu 2 hingga 3 jam. Biasanya pemanasan tungku dilakukan dari jam 07.00 WIB dan baru bisa selesai sekitar pukul 09.00 WIB. Barulah setelah proses pemanasan tungku selesai, mulai dilakukan proses penggilingan kedelai. Tentunya kedelai tersebut sudah direndam terlebih dahulu selama 2 hingga 3 jam. 

Setelah tekstur kedelai berubah seperti lumpur, maka akan langsung dialirkan di bak besar yang mana nantinya akan di uap untuk memanaskan kedelai. Sumber uap berasal dari tungku air yang telah dipanaskan sebelumnya. Proses penguapan sendiri dilakukan hingga kedelai tadi mendidih. 

Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 15 hingga 30 menit. Kemudian kedelai yang mendidih tadi dialirkan ke bak selanjutnya dengan melalui tahap penyaringan. Kemudian tahap akhir adalah tahap pencetakan tahu dan pendinginan serta pemotongan hingga tahu siap untuk dijual.

Dari bisnis rumahan ini, Bapak Haryanto mampu meraup keuntungan sebesar delapan ribu rupiah untuk ukuran satu timba tahu. Dengan produksi per harinya mencapai 24 timba, hasil dari usaha ini sangat cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya sehari-hari.

DARI LIMBAH MENJADI BERKAH

Meskipun lokasi pabrik cukup dekat dengan pemukiman warga, Bapak Haryanto mengaku jika hasil limbah dari produksi tahu yang dimilikinya tidak menimbulkan bau yang bisa mengganggu warga sekitar. Menurut Bapak Haryanto, selama limbah tersebut diolah dengan benar maka limbah yang dihasilkan tidak akan mengeluarkan bau menyengat. 

Tak sampai disitu Bapak Haryanto mengatakan jika air limbah produksi tahu tersebut justru bisa membuat subur tanah yang ada disekitar rumahnya. ”Ya, untuk limbah, saya biasa memindah-mindah air buangan, dan memisah-misahkan setiap limbah yang ada, jadi ya air limbah yang terbuang nggak membuat bau yang menyengat.” ujar Bapak Haryanto.

Air limbah bekas olahan tahu yang bisa membuat tanah menjadi subur, juga turut menjadi berkah bagi Bapak Haryanto yang juga memiliki kebun pohon pisang di samping pabriknya. Karena dari air hasil limbah tadi, pohon pisang milik Bapak Haryanto tumbuh subur dan memiliki buah yang bagus. Serta beliau juga memiliki beberapa kebun mini yang tumbuh subur, seperti terong, cabe, dan timun.

Ampas tahu yang tersisa juga biasanya dijual menjadi pakan ternak untuk para warga sekitar, dengan harga hanya dua puluh ribu rupiah saja, para warga akan mendapatkan satu timba penuh ampas tahu yang bisa digunakan untuk pakan ternak. “Kalau limbah ampas tahu, warga biasanya berebut untuk dapat jatah pakan ternaknya, ya, alhamdulillah jadi penghasilan tambahan bagi saya,” ujar Bapak Haryanto.

BERTAHAN KARENA SEDEKAH

Bapak Haryanto mengungkap rahasia pabrik tahunya yang mampu eksis bertahan di tengah banyaknya saingan dan perubahan yang cepat. Beliau mengungkapkan bahwa sebagian besar rahasianya adalah atas hasil usahanya yang pantang menyerah dan mampu bertahan dalam situasi yang pelik serta tetap mampu berpikir dengan tenang jika menghadapi kesulitan. 

Bapak Haryanto juga berujar, “Kalau rahasia sih, ya, mungkin karena saya sisihkan penghasilan saya setiap hari untuk bersedekah, ya. Jadi akhirnya usaha saya juga mampu bertahan karena bantuan dari Tuhan serta dari sedekah saya selama ini. Jadi, takdir Tuhan juga turut andil dalam usaha saya.”

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dari kisah Bapak haryanto yang penuh dengan rintangan. Berawal dari tidak tahu mau kerja apa hingga memiliki bisnis yang dibangunnya sendiri dari nol. Kini, Bapak Haryanto sukses memproduksi tahu sendiri setiap harinya bersama dengan keluarganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun