Sebelumnya memang Bapak Haryanto sempat menggunakan wajan besar, namun cara tersebut dianggap kurang efektif karena dalam sekali proses hanya bisa menghasilkan 2 papan tahu, sedangkan dengan menggunakan uap dapat menghasilkan hingga 4 papan tahu.
Menurut Bapak Haryanto, proses pembuatan tahu tidaklah lama, sekali proses mulai dari penggilingan kedelai hingga tahu siap dijual hanya membutuhkan waktu kurang lebih 2 sampai 3 jam. Proses pembuatan tahu yang paling lama adalah pada persiapan awalnya. Sebelum tahu mulai dibuat, Bapak Haryanto mulai memanaskan tungku air terlebih dahulu yang dimana nantinya akan menjadi sumber penguapan pada proses pematangan kedelai.
Proses pemanasan tungku ini bisa memakan waktu 2 hingga 3 jam. Biasanya pemanasan tungku dilakukan dari jam 07.00 WIB dan baru bisa selesai sekitar pukul 09.00 WIB. Barulah setelah proses pemanasan tungku selesai, mulai dilakukan proses penggilingan kedelai. Tentunya kedelai tersebut sudah direndam terlebih dahulu selama 2 hingga 3 jam.
Setelah tekstur kedelai berubah seperti lumpur, maka akan langsung dialirkan di bak besar yang mana nantinya akan di uap untuk memanaskan kedelai. Sumber uap berasal dari tungku air yang telah dipanaskan sebelumnya. Proses penguapan sendiri dilakukan hingga kedelai tadi mendidih.
Proses ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 15 hingga 30 menit. Kemudian kedelai yang mendidih tadi dialirkan ke bak selanjutnya dengan melalui tahap penyaringan. Kemudian tahap akhir adalah tahap pencetakan tahu dan pendinginan serta pemotongan hingga tahu siap untuk dijual.
Dari bisnis rumahan ini, Bapak Haryanto mampu meraup keuntungan sebesar delapan ribu rupiah untuk ukuran satu timba tahu. Dengan produksi per harinya mencapai 24 timba, hasil dari usaha ini sangat cukup untuk menghidupi keluarga kecilnya sehari-hari.
DARI LIMBAH MENJADI BERKAH
Meskipun lokasi pabrik cukup dekat dengan pemukiman warga, Bapak Haryanto mengaku jika hasil limbah dari produksi tahu yang dimilikinya tidak menimbulkan bau yang bisa mengganggu warga sekitar. Menurut Bapak Haryanto, selama limbah tersebut diolah dengan benar maka limbah yang dihasilkan tidak akan mengeluarkan bau menyengat.
Tak sampai disitu Bapak Haryanto mengatakan jika air limbah produksi tahu tersebut justru bisa membuat subur tanah yang ada disekitar rumahnya. ”Ya, untuk limbah, saya biasa memindah-mindah air buangan, dan memisah-misahkan setiap limbah yang ada, jadi ya air limbah yang terbuang nggak membuat bau yang menyengat.” ujar Bapak Haryanto.
Air limbah bekas olahan tahu yang bisa membuat tanah menjadi subur, juga turut menjadi berkah bagi Bapak Haryanto yang juga memiliki kebun pohon pisang di samping pabriknya. Karena dari air hasil limbah tadi, pohon pisang milik Bapak Haryanto tumbuh subur dan memiliki buah yang bagus. Serta beliau juga memiliki beberapa kebun mini yang tumbuh subur, seperti terong, cabe, dan timun.
Ampas tahu yang tersisa juga biasanya dijual menjadi pakan ternak untuk para warga sekitar, dengan harga hanya dua puluh ribu rupiah saja, para warga akan mendapatkan satu timba penuh ampas tahu yang bisa digunakan untuk pakan ternak. “Kalau limbah ampas tahu, warga biasanya berebut untuk dapat jatah pakan ternaknya, ya, alhamdulillah jadi penghasilan tambahan bagi saya,” ujar Bapak Haryanto.