Edisi Jum'atan Keliling (Jumling) ke-60 ( 5 Ramadhan1437H / 10 Juni 2016) ke Masjid A Latief. Masjid berlokasi di Pasaraya Gedung A Lantai 5, Blok M, Kebayoran Baru Jakarta Selatan.
Nama A Latief diambil dari nama pemilik Pasaraya, Abdul Latief, disingkat A Latief. Bisa juga berarti Al Latif (asma'ul husna), yg artinya Maha Lembut, Halus, Baik hati.
Untuk menuju masjid, dari Bogor sy naik Commuter Line, turun di Stasiun Sudirman. Dilanjutkan naik Busway koridor 1, jurs Kota - Blok M, turun di Blok M.
Pukul 11.20 sy tiba di TKP, karena masjid berada di lantai 5 gedung, tampilan luar boleh dibilang seadanya. Sebagai pertanda masjid, jendela dibedakan, dibuat melengkung seperti lengkungan kubah.
Setelah naik lift, sampailah sy di lantai 5. Keberadaan masjid ditandai dengan icon gambar masjid dan nama masjid yg tertempel didinding dan di kaca.
Konon masjid selesai dibangun/diresmikan pada tgl 23 November 2009.
Sebelum memasuki masjid, untuk amannya sy titip sandal ditempat penitipan. Ada yg unik, dicounter penitipan terdapat rak berkaca dan terkunci, berisi barang2 milik jama'ah yg tertinggal. Semacam "lost & found" di Bandara. Sepintas sy lihat, isinya tas, mukena, kaca mata, arloji, topi dan majalah.
Pintu utama ada disebelah timur, berupa 3 pintu kaca yg dibingkai dengan gypsum berornamen bintang islami dan diberi lampu, sehingga tampak semarak. Pintu samping yg bersahaja ada disisi utara.
Sy urungkan masuk melalui pintu utama karena sy harus ke toilet dan berwudhu terlebih dahulu. Toilet dan tempat wudhu cukup bersih.
Antara tempat wudhu dan ruang peribadatan, dihubungkan oleh ruangan khusus untuk mengeringkan kaki dan mematut diri. Ruang berukuran sekitar 10 m² ini dindingnya ditutup cermin dan lantainya dilapisi sejenis karpet handuk yg dibungkus kain, empuk dan menyerap air. Selepas dari ruangan ini dijamin kaki kering dan penampilan rapi.
Pukul 11.25 sy masuki ruang peribadatan. Nyess, ruangan full AC. Luas ruangan sekitar 500 m², sy perkirakan bisa memuat sekitar 1.000 jama'ah. Saat sy masuk, jama'ah baru sekitar 60 orang.
Kesan pertama, lega dan mewah. Lega, karena tanpa tiang, sehingga pandangan lepas, tidak terhalang. Kesan mewah, terpancar dari efek pencahayaan, karpet tebal warna merah tua, ornamen kaligrafi warna emas dan lampu kristal.
Pertama kali masuk, mata langsung tertuju ke mihrab. Mihrab berupa cerukan lebar sekitar 3 meter, kedalaman 2 meter. Tepi mihrab dilapisi kayu lapis berbentuk paduan kotak dan lengkungan, diberi pencahayaan dipinggirnya sehingga menimbulkan efek seperti bersinar.
Dinding mihrab terbuat dari gypsum dg hiasan bintang islami, segi delapan. Tepat ditengah mihrab terpasang ornamen timbul berwarna emas, berlafadz Allah dalam lingkaran berdiameter 1 meter. Didalam mihrab juga terdapat podium terbuat dari fiber glass yg transparan, seperti yg biasa dipakai MC di Tivi saat penganugerahan award. Dikiri-kanan mihrab terdapat ornamen berbentuk lingkaran diameter 80cm berisikan kaligrafi dengan warna emas, Allah disebelah kanan dan Nabi Muhammad SAW disebelah kiri.
Jika diperhatikan dengan seksama, pusat keindahan interior masjid sesungguhnya ada di jendela artifisial dan kubah artifisial.
Jendela artisial berjumlah 13 bh, 6 disisi barat, 7 disisi utara. Didalam jendela terdapat kaligrafi yang dibingkai hiasan dekoratif berwarna emas, seperti yg biasa terdapat terdapat dalam mushaf Al Quran.
Kubah artifisial sejatinya plafon yg dibuat menyerupai kubah, berbentuk seperti payung dengan diameter sekitar 17 meter. Kubah artisial ini melingkupi hampir seluruh ruang peribadatan. Pinggiran kubah dihiasi dengan kaligrafi berwarna emas dengan dasar warna merah, dan pernak-pernik warna biru-kuning. Cantik sekali.
Tepat ditengah kubah, terdapat lingkaran berdiameter 4 meter. Lingkaran dipenuhi kaligrafi ayat-ayat suci Al Qur'an dan lukisan bunga, berwarna emas dengan dasar warna merah. Dari pusat lingkaran ini terjuntai lampu kristal nan indah, dengan 80 titik lampu model lilin.
Sebelah kanan masjid ini adalah dinding masif, yang memisahkan dengan ruang perbelanjaan, sementara sebelah kiri adalah dinding kaca, yg memisahkan dengan dunia luar. Dengan menembus kaca, akan terlihat bangunan-bangunan bertingkat di Jl. TB Simatupang, diselingi hijaunya pepohonan di Kebayoran Baru.
Sambil menunggu waktu dhuhur terdengar pembacaan ayat² suci Al Qur'an oleh Qori asli.
Pukul 11.55 acara dimulai, diawali dengan pengumuman², diantaranya jadwal pengajian beserta ustadznya, himbauan pemakaian produk dalam negeri, utamanya batik pada setiap hari Jum'at, penerimaan infaq/sodaqoh minggu yg lalu Rp.17.558.700,-, Saldo kas Rp.77.508.700,-, Khotib sekaligus Imam, tokoh yg cukup terkenal, Dr. Hidayat Nur Wahid, MA, petinggi PKS yg juga mantan Ketua MPR.
Selepas adzan pukul 12.02 khotbah dimulai. Thema khotbah "Produktifitas Amal di Bulan Suci", berikut ringkasannya.
1. Bersyukur kita masih bisa bertemu dengan bulan Ramadhan, sementara banyak tokoh seperti Prof Dr Ali Mustafa Yaqub, Prof Dr Tuti Alawiyah dan Mohammad Ali tidak bertemu lagi dg Ramadhan tahun ini. Walau kita yakin beliau2 sudah punya cukup bekal, sedangkan kita apakah sudah cukup punya bekal?.
2. Bulan Ramadhan hendaknya kita syukuri dan bukan kita kufuri. Mensyukuri, artinya diisi dengan amalan2 yg baik sehingga menambah nilai keislaman, keikhsanan dan ketaqwaan kita. Jangan mengkufuri, yakni mengisi dengan kemaksiatan atau dibiarkan berlalu begitu saja.
3. Bulan Ramadhan adalah bulan produktif bukan malas-malasan. Kisah produktif bulan Ramadhan dicontohkan oleh junjungan kita, Rasulullah, saat menang Perang Badar pada tgl 17 Ramadhan 2 Hijriah, juga saat penaklukan Mekkah (Fathul Makkah) pada 10 Ramadhan 8 H. Dilingkup nasional, ditunjukkan oleh founding fathers negara kita yg memproklamasikan negara RI pada tgl 8 Ramadhan 1364 H (17 Agustus 1945).
4. Contoh lain dilakukan oleh Rasulullah saat Ramadhan adalah mengulangi dan mengevaluasi kitab suci Al Qur'an bersama malaikat Jibril.
5. Isilah Ramadhan dengan Al Qur'an. Membaca satu huruf saja sudah mendatangkan pahala 1 kebaikan. Berjuta huruf pada Al Qur'an, artinya berjuta kebaikan. Bayangkan jika itu tidak hanya dibaca, tetapi diamalkan, kebaikan akan berlipat. Dan akan berlipat lagi jika diajarkan kepada orang lain.
6. Selain ibadah individual, hendaknya juga diisi dengan ibadah sosial.
7. Selesai Ramadhan hendaklah kita kembali kepada fitrah, kembali kepada kemenangan. Seperti sering kita ucapkan "Minal aidin wal faizin", yg berarti "Termasuk sebagai orang yang kembali sebagai pemenang". Kita harus menang, masak tidak menang, sementara selama Ramadhan setan dibelenggu dan pintu surga dibuka.
8. Kemenangan yg hakiki adalah menjadi orang yg bertakwa, sebagaimana Surat Al Baqarah ayat 183, yg artinya: "Wahai orang-orang yang beriman!. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa".
Sekian. Khotbah berlangsung selama 15 menit.
Jika dilakukan penilaian:
1. Interior dan pencahayaan: 95
2. Prasarana & kebersihan: 85
3. Khotib/khotbahnya: 85
4. Imam/bacaannya: 85
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H