Mohon tunggu...
Nita Harani (Syamsa Din)
Nita Harani (Syamsa Din) Mohon Tunggu... Guru - Guru Madrasah Ibtidaiyah

I'm Nothing Without Allah SWT. Guru Madrasah Ibtidaiyah. pengagum senja, penyuka sastra. Love to read, try to write, keep hamasah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Elegi Mbah Kersen

15 Agustus 2017   10:28 Diperbarui: 30 November 2017   15:29 3416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Crash!" mata golok menghantam ujung bambu.

***

"Sen! Kersen! Bangun, sekolah Le" Mbok Ngatmi mengguncang tubuh putranya. "Ya Allah Gusti! Pakne! Pakne!" mbok ngatmi panik saat membalik tubuh Kersen. Panas Kersen tinggi, muntah -- muntah pula. Kersen keracunan ikan. Hanya ada satu dokter yang bertugas di balai pengobatan. Itupun letaknya di perbatasan kecamatan.

Bariji, tetangga depan rumah mbok Ngatmi, sigap mengeluarkan becaknya. Ia rela tidak narik hari itu. Meski Bariji terbilang New Comersebagai tukang becak, tapi kepiawaiannya mengendalikan dan menghindari lubang tak diragukan. Mbok Ngatmi mendekap Kersen erat. Kaus tipis Bariji sudah basah, keringat membanciri tubuh legamnya. Sementara Wakijan, bapak Kersen, bergegas mengayuh sepeda menyusul becak.

Tiba di balai pengobatan, dokter muda berkaca mata itu cekatan memeriksa kondisi Kersen. "Sepertinya harus dirawat bu, rancunnya sudah menyebar" dokter itu melepas kaca mata. Mbok Ngatmi menatap suaminya dengan air muka bingung. Rumah Sakit letaknya berpuluh kilo meter, belum lagi biayanya.

Krisis ekonomi dunia (Malaise) nyaris merobohkan banyak sektor kala itu. Peraturan yang ditetapkan Gubernur Jenderal De Jonge telah melumpuhkan pergerakan nasional. Kondisi morat -- marit di sana sini.

Dokter muda itu memutuskan untuk membawa Kersen ke rumahnya yang tak jauh dari balai pengobatan. Alat -- alat kesehatan dan obat -- obatan tersedia di rumahnya.

"Matur Nuwun Gusti Allah.." Mbok Ngatmi mengurut dada. Hampir satu minggu Kersen dirawat di rumah dokter itu.

"Crash!" mata golok menghantam ujung bambu kedua.

Mbah Kersen mematikan kretek yang masih panjang, lalu menyelipkan di daun telinga. Mbah Kersen berjalan ke belakang rumah. Tak lama, ia muncul.

"Nih.." mbah Kersen menyodorkan bungkusan hitam pada sugeng. Sugeng mendongak, membuka bungkusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun