Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Jabatan Merupakan "Musibah"

18 September 2021   03:45 Diperbarui: 18 September 2021   04:15 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1 November 2009... "Innalillahi wa innalillahi roji'un", masih teringat jelas itu adalah kalimat pertama yang kuucapkan ketika diminta menyampaikan Sambutan sebagai Ketua Alumni Sejarah UI terpilih. Memang bagiku jabatan itu adalah "Musibah" (dalam bahasa Arab berarti "sesuatu yang TIDAK dikehendaki). 

Datang dari kantor di Jakarta ke Kampus UI Depok untuk sekedar melepas rindu dengan kawan2 lama satu jurusan dalam acara "Reuni Akbar Alumni Sejarah UI". Acara ini bisa dibilang sukses karena cukup banyak Alumni yang hadir. Dari Angkatan 87 yang menyempatkan diri untuk datang 7 orang, yaitu : saya (Ketua Angkatan 87), Arifin, Budi Suherman,  Abdurahman, Fay (kini jadi Dirjen Kebudayaan), Marlaini Lanny dan Estherlita.

 "Back to Campus"... Sudah lama sekali saya tidak ke kampus. Mungkin sudah lebih dari sepuluh tahun. Nama Fakultas sudah berubah : dari "Fakultas Sastra UI" (FSUI) menjadi "Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI" (FIB UI). Saya pribadi lebih suka nama "Sastra", lebih "nyeni" dan keren. Kami adalah "Mahasiswa Sastra"... Kampus Sastra... nongkrong di "Kantin Sastra" (Kansas)... bergelar "Sarjana Sastra" (SS)... Simpel dan lebih enak didengar...  dibanding "Ilmu Pengetahuan. Budaya". 

Kembali ke kampus UI Depok ini pastilah membuka banyak kenangan indah. Saya termasuk Angkatan 87 : generasi PERTAMA yang menempati Kampus UI Depok yang baru selesai dibangun dan diresmikan pada September 1987. Berbeda dengan angkatan2 yang lebih senior, kami tak pernah merasakan kuliah di Kampus UI Daksinapati Rawamangun (rumahku sekarang di Pulo Asem, Jakarta Timur dekat dengan kampus itu yang kini dialihkan sebagai Kampus UNJ : Universitas Negeri Jakarta).

 Kami murni generasi Kampus UI Depok yang pertamakali... saat gedung kampus masih gres baru selesai, ruangan kuliahnya masih tercium bau cat,  mejanya masih bau vernis dan pohon2 baru di kampus baru ditanam. Everything is brand new. Exciting. Saya sebagai anak Menteng, Jakarta,  baru pertamakali merasakan naik KRL ya ke Kampus UI Depok itu. Ini kemudian menjadi moda transportasiku selama kuliah... dari stasiun Cikini ke Stasiun UI Depok. Untuk pertamakalinya dalam hidupku, tinggal terpisah dengan orangtua dan ketiga kakak dengan kost selama 6 tahun di Depok (sempat di Margonda, Kukusan dan terakhir di kost-kostan Kak Teddy di Srengseng Sawah). 

6 tahun kuliah di Kampus UI Depok membuka lagi kenangan lucu selama kuliah... sejak OPSPEK di Balairung UI, dipelonco dalam inisiasi "Jumpa Kerabat Sejarah" (JKS) sampai diwisuda di Balairung UI dengan almarhum Papa dan Mama yang sumringah melihat anak bungsunya lulus sebagai Sarjana UI. 

Pengalamanku dalam aktivitas mahasiswa yang menjadi "kawah candradimuka" yang menempa skill kepemimpinan dan manajemen organisasi... dari dipilih jadi Ketua Angkatan 87 (dengan gelar dari senior : "Kolonel Ogah" karena kepalaku yang plontos karena memenuhi Nazar / kaul akan Botak kalau diterima di Jurusan Sejarah UI), Ketua Inisiasi "Jumpa Kerabat Sejarah" 88 (tak ingin mahasiswa baru mengalami nasib seperti kami, saya "pasang badan" melindungi mereka dari perploncoan dari senior, membuatku hampir digebuki oleh oknum senior yang brutal, tapi dicegah oleh senior2 yang "berpikiran maju"), menjadi Pemimpin Redaksi Majalah mahasiwa sejarah "Historia" menggantikan mentorku di bidang jurnalistik bang Ali Anwar ), terpilih menjadi Ketua SKS (Studi Klub Sejarah, Himpunan Mahasiwa Jurusan / HMJ).

Lalu meluaskan kiprah dari jurusan ke fakultas dengan terpilih menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra UI (SM FSUI, posisi inilah yang meluaskan pergaulanku lintas-jurusan sekaligus dikenal banyak mahasiswa segenerasi sebagai "Ketua Senat") dan terakhir pernah terpilih sebagai Ketua "Forkomasa" (Forum Komunikasi Mahasiswa Sejarah) dalam kongres mahasiswa sejarah se-Indonesia di Kampus Universitas Andalas, Padang. 

Dalam hal romantisme, Kampus UI Depok ini juga punya kenangan khusus. Di sinilah saya berkenalan dengan seorang mahasiswi Sastra Arab 90 yang pernah menjadi Bendahara di kepengurusan Senatku. Dalam hal percintaan, saya telat "matang". Punya banyak teman wanita, tapi memutuskan baru pacaran pada akhir masa kuliah. Ia adalah pacar PERTAMA... dan Terakhir bagiku selama 5 tahun, sebelum akhirnya kami menikah pada tahun 1997. Terimakasih atas cinta istriku Amalia .

 Kembali ke acara "Reuni Besar" pada 1 November 2009, lama tak  bertemu, kami ketawa-ketiwi dengan kawan2 lama sambil bernostalgia ketika masih duduk di bangku kuliah. Auditorium di Gedung 8 Kampus FIB UI ini menjadi "saksi bisu" perjalanan sejarah sejak 1987. 

Ketika ada acara pemilihan Ketua Alumni Sejarah UI, saya tiba2 dicalonkan oleh beberapa teman. Saat ini cuma ada 2 kandidat, lainnya adalah dari generasi yang lebih muda dari angkatan 1990-an. Sewajarnya pada acara reuni alumni, angkatan2 yang lebih muda apalagi yang baru lulus, pastilah lebih banyak hadir. Makin senior... makin jauh "kedekatan psikologis" dan makin sedikit yang hadir. 

Seingat saya yang mencalonkan saya adalah bukan teman seangkatan (cuma sedikit yang hadir), tapi angkatan di atas saya. Dicalonkan sebagai ketua, saya santai saja, hitung2 menyemarakkan acara.  Tak terpikir untuk dapat menang atas kandidat lain yang beda 1 dekade  dan merupakan figur populer di antara alumni angkatan2 yang lebih muda yang merupakan mayoritas hadirin acara Reuni Akbar itu. 

Jadi ketika proses perhitungan suara dan akhirnya dinyatakan unggul dalam voting, jelas saya terkejut. Dukungan untuk saya pastinya datang dari alumni angkatan sendiri (87) dan angkatan di bawahku 88 (sejak kulindungi mereka dalam acara inisiasi mahasiswa baru dari perpeloncoan, angkatan 87 dan 88 menjadi guyub). Mayoritas suara untukku berasal dari angkatan2 di atasku : 85, 84, 83 (saya menjalin hubungan baik dengan mereka berdasar rasa hormat sejak mahasiswa baru). Yang tak kuduga, dukungan juga datang angkatan yang lebih senior dan yang lebih muda. 

Saya tidak "siap mental" ketika terpilih jadi Ketua Alumni dan didaulat memberikan sambutan sebagai ketua terpilih. Sesudah acara Reuni Akbar itu, rekan2 angkatan 87 dan 88 memintaku untuk makan bersama di Resto Mak Engking di Kampus UI Depok. Foto-foto yang dishare bro Arifin Dwi Slamet  jelas terlihat ekspresi wajahku yang "tidak ceria"... Menyimpulkan : Ketika jabatan merupakan "musibah" (tidak dikehendaki) dan menjadi beban berat bagiku selama 7 tahun (sampai mengakhiri masa bakti pada 17 September 2016). 

Kini semua itu sudah berlalu dan menjadi pelajaran kehidupan bagiku. Untuk itu saya Bersyukur atas pengalaman ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun