pikiran negatif yang mengerogoti jiwa bagaikan "kanker rohani". Bagi Penulis sepertiku, perasaan itu  mematikan kreativitas... menumbuhkan "Writer's Block"
Bad mood menumbuhkanRasa sedih yang tidak jelas penyebabnya sudah menderaku 2 hari ini. Ingin menangis seakan kandungan air mata sudah tak terbendung lagi minta "ditumpahkan". Menimbulkan badmood yang mengacaukan  rencana target menulis. Kalaupu  dipaksakan menulis yang keluar adalah yang "mellow", sentimentil dan melankolis. Terkadang kesal juga pada diri sendiri : sudah 52 tahun, kok perasaannya masih seperti "ababil" (ABG Labil).
Sunyi, sepi... kesendirian 2,5 bulan di Bali mungkin jadi penyebabnya. Kemarin sengaja makan "makanan terlezat" yang pernah kumakan di Bali di resto elite favorit turis asing di Ubud, kok rasanya jadi tak seenak dulu. Ada rasa pahit di lidah. Sesudah berenang sejam di hotel. Fisik jadi segar, tapi mood gak berubah. Pertamakalinya jajal spa di Bali... relax sampai hampir tertidur. Ketika masuk istirahat ke kamar pada malam harinya, kesedihan itu muncul lagi. Ditambah demam tinggi semalaman, sungguh "malam yang menyiksa".
Bangun pagi, kutekad melawan perasaan ini. Â "Badmood" ini kronis, tipikal karakter Scorpio yang moody. Kalau dibiarkan berlarut2 bisa menghancurkan semangat kreativitasku di Ubud.
How to battle the Badmood ?
1.Write it down. Menulis adalah Terapi psikologis... Stress release... Jadi saya memaksakan menulis ketika bangun pada dinihari. Hasilnya tulisan puitis reflektif berjudul "Jalan Spiritual"
Â
2. Get connected. Jika kau dalam kesulitan carilah bantuan. Jika kau sakit, carilah dokter. Setangguh apapun orang, adakalanyaia perlu dibantu. Â Ya, saya perlu dibantu untuk menghilangkan badmood "membandel" ini. Pada akhirnya,
Manusia adalah makhluk sosial, yang perlu berinteraksi. Orang pertama yang saya mintakan tolong tentu saja istri saya, Amalia, di Jakarta. Sejak semalam hingga pagi ini saya curhat padanya melalui WA dan Video Call. Saya minta advis dan doa restu padanya. Tipikal "long distance marirage" (LDM).
Memanfaatkan Zoom berbayar yang kemarin dibuat, dengan "gercep" pada pagi ini saya membangun koneksi dengan keluarga dan kawan2 di Jakarta untuk mengkordinir 5 acara online pada minggu ini : Reuni dengan teman2 SD dan teman2 kuliah di UI, acara Silaturahmi dan Pengajian online dengan Keluarga Besar Pandji (garis kakek dari Papa) dan Nonton Bareng dengan "Klub Nonton".
Ya, saya yang sedang seorang diri di Bali yang butuh ini, makanya "menghimpun" handai taulan di Pulau Jawa secara "daring". Untuk Zoom berbayar ini, saya dibantu sepupu membuat akun dengan nama "Pandji Kiansantang Bali"
3. Go out and see the world. Kesendirian jika didiamkan akan "menggerogoti" hati dan pikiran. Badmood itu akan "berpesta" pada malam hari saat sunyi, sepi dan sendiri. Bawaanya malas dan ingin terus tidur di kamar. Kecenderungan ini harus diwaspadai dan segera "diperangi".
Maka itu, sejak bangun pagi, keluar dari kamar, cari hawa segar dan ngobrol dengan orang yang ditemui. Kebetulan di Taman halaman hotel sudah dibangun backdrop untuk acara HUT anak-anak sore ini. Saya duduk sambil berjemur pagi menghadap backdrop yang dihiasi balon warna warni sambil mengenang masa kecilku yang indah bersama Papa Mama dan ketiga kakakku (kini yang tersisa tinggal kakak di atasku, Mbak Dewi). Ketika musik "Happy Birthday" bergema saat persiapan, hatiku ikut bergembira. Senangnya saat menjadi anak-anak dulu... tiada rasa khawatir, tak kenal badmood, ceria...
4. Do different things. Lakukanlah hal-hal yang berbeda dari yang biasa kita lakukan. "Bad mood" kronis adalah hal "tidak biasa" (Anomali) yang harus dilawan dengan cara yang "tidak biasa" pula.
Kuputuskan OOTD (Outfit of the Day) adalah keneja Hawai berwarna Merah yang baru kubeli di Pasar Seni Sukawati 3 hari lalu dan belum pernah kupakai. Warna merah ngejreng itu menambah kepercayaan diriku. Keren juga ketika difoto.
Melawan rasa lemas dan malas, kumentahkan rencana semula pesan makan siang dengan delivery. Alih-alih makan di kamar hotel, aku "memaksakan diri" jalan kali keluar ke resto yang ada di luar hotel. Warung Labak Sari ini memang menjadi kuliner favoritku di Tegalalang Ubud karena lezat dan murah.
Setelah makan siang (pertamakali di Bali aku makan dengan tangan, bukan dengan sendok) masih tersisa sedikit badmood. Kuputuskan mengatur 2 "bean bag" yang ada di Gazebo outdoor resto. Tiduran bersantai sambil menghadap pemandangan indah : hamparan sawah yang menghijau. Tadinya mendengarkan lagu2 youtube. Lalu ngantuk. Kumatikan HP untuk tidur outdoor di resto. Ternyata tidur lelap selama 1,5 jam, bahkan terasa sampai ngorok tidurnya! Untung hanya aku tamu di resto ini pada siang ini. Udara segar, semilir angin, serta suara burung, bebek di sawah dan ayam jago makin me-ninabobokan-ku.
Alhamdulillah bangun "tidur siang", Â jadi segar bugar dan badmood sudah hilang. Ternyata Beda sekali efek tidur di kamar hotel (ruang tertutup dengan AC) dan tidur di outdoor dengan suasana alami.
5.  Last but not the least, Pray. Kita adalah ciptaan Tuhan, jadi kembalikanlah hal-hal negatif yang mengganggu hidup kita pada Tuhan. Pandemi mengajarkan kita tentang hal itu. Banyak berdoa. Jika perlu meditasi. Belajarlah dari masyarakat Bali yang religius. Walau Pandemi semakin memberatkan kehidupan mereka yang sebagian besar tergantung dari parawisata yang kini lumpuh, kehidupan keseharian mereka tetap saja berfokus pada ibadah pada Tuhan. Astungkara.
Demikian sharing "pengalaman emosionalku" hari ini. Life Hack dari seorang Penulis yang kini menjadi "Solo Traveler" di Bali
*Pandji Kiansantang, Selasa 1 September 2021 @ Warung  Labak Sari,  Tegalalang Ubud, Bali
#badmood #pikirannegatif #penulis #kreativitas #solotraveler #writersblock #bali #lifehack
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H