Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menolong itu "Keluar dari Zona Nyaman"

5 Desember 2018   06:12 Diperbarui: 5 Desember 2018   08:22 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuatu usaha-lebih (extra-effort) pantas diganjar dengan apresiasi. Itulah mengapa tindakan menolong atau membantu itu dianggap AMAL KEBAIKAN yang diganjar dengan PAHALA.... "tabungan amal" untuk bekal persiapan kehidupan di akhirat.

Tuhan saja MENGHARGAI perbuatan baik hamba-Nya.. mengapa sesama manusia tidak mengapresiasi hal ini? Sungguh keterlaluan rasanya jika orang yang ditolong, TIDAK BERTERIMAKASIH pada yang menolong. Tapi ada saja pertolongan yang tidak dihargai, bahkan disalah-sangkai...

Oleh karenanya, mari kita kita menjadi "hamba Tuhan yang pandai bersyukur" sekaligus "manusia yang tahu terimakasih pada sesamanya".

 Bagaimana kita TAHU bahwa seseorang itu BERSYUKUR? Pastinya dari UCAPANNYA. Berupa perkataan "Alhamdulillah" atau "Puji Tuhan". Hanya dengan ucapan "Terimakasih" sambil tersenyum, kita TAHU bahwa seseorang menghargai dan bersyukur atas bantuan yang kita berikan. Kita bukan "Pembaca Pikiran", bagaimana kita tahu seseorang berterimakasih jika ia tidak mengucapkannya?

Memang dalam ajaran agama, kita dituntun untuk menolong dengan tulus dan TANPA Pamrih, hanya mengharapkan ridho Tuhan dan tidak mengharapkan ucapan terimakasih apalagi pujian dari manusia.

Memang di sini ada 2 sisi :
- bagi pemberi bantuan, makin tulus, tanpa pamrih dan tak mengharapkan ucapan terimakasih, berarti semakin baik kualitas amalnya.
- bagi penerima : wajib bersyukur dan berterimakasih atas setiap kebaikan orang lain.

Jiwa manusia itu sering kering dan perlu disemangati. Bisa jadi orang lain akan kapok menolong kita, jika  kebaikan mereka tidak kita hargai.

Contohnya, jika teman kantor mentraktir makan siang. Jika setelah ditraktir, kita melenggang begitu saja tanpa mengucapkan "terimakasih", bisa saja sang teman akan dongkol dan mengumpat dalam hati "Sialan. Dia pikir gue bayar makanan dia dari daun. Emang itu uang neneknya... KAPOK gue,  lain kali gak akan gue traktir dia lagi". Sebaliknya, jika sesudah selesai makan, kita yang ditraktir langsung berterimakasih dengan tulus, bahkan mendoakan agar teman kita itu makin banyak rezeki, DIJAMIN dia akan mentraktir kita lagi lain kali.

Apresiasi dan ucapan terimakasih  akan menyuburkan semangat membantu sang pemberi bantuan. Jadi berterimakasihlah atas perhatian dan kebaikan orang lain SEKECIL APAPUN, seperti ucapan "GWS, semoga cepat sembuh"... Apalagi terhadap bantuan dan pertolongan yang lebih besar, seperti teman yang bersedia meminjamkan uang pada saat kita kepepet. JANGAN bikin mereka Kapok dan Trauma untuk membantu orang lain... Ini sama saja artinya, kita membuat mereka berhenti jadi orang baik dan menghalangi orang lain untuk mendapat pertolongan

Jadi, kepada siapapun yang pernah berbuat baik dan membantuku -- dalam bentuk apapun -- kusungguh berterimakasih dan kunyatakan hormat karena telah berani KELUAR dari Zone Nyaman dengan mengambil resiko untuk menolong sesama... Semoga Tuhan mengganjar dan melipatgandakan kebaikannya.  Aamiin.

www.PandjiKiansantang.com
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun