Mohon tunggu...
Gabriel Lulus Puji Hantoro
Gabriel Lulus Puji Hantoro Mohon Tunggu... Lainnya - POPT Ahli Madya

Bekerja di BPTP Pontianak Kementerian Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dukungan Laboratorium Utama Pengendalian Hayati dalam Mendukung Penumbuhan Kawasan Pertanian Organik

21 November 2023   10:10 Diperbarui: 22 November 2023   18:36 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamur entomopatogen Metarhizium menginfeksi larva kumbang kelapa (Dok Pribadi)

Kebutuhan akan bahan-bahan kimia sintetis hingga saat ini masih cukup tinggi dalam usaha budidaya pertanian. Mengutip data FAO (FAOSTAT. 2023. Pesticides Use) Indonesia merupakan negara konsumen pestisida terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Amerika Serikat pada tahun 2021. 

Selain pestisida, seiring dengan pengembangan kawasan pertanian baik sektor pangan, hortikultura, perkebunan tentunya permintaan akan input budidaya lainnya termasuk pupuk juga semakin meningkat.

Presiden Joko Widodo sendiri kemudian meminta agar aturan mengenai pupuk bersubsidi dalam Permentan Nomor 10 tahun 2022 untuk disesuaikan, bahkan menegaskan bahwa pupuk organik harus diatur kembali dalam Permentan. 

Beberapa hal penting dalam arahan Presiden yang dilansir dari siaran pers (presidenri.go.id) tanggal 27 April 2023 diantaranya keberpihakan bahwa pupuk organik harus tetap diakomodasi, dibangun kembali pola pikir mengenai pupuk organik serta mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para petani mengenai pertanian organik dalam komunitas atau asosiasi.

Berbicara mengenai pertanian organik tentu tidak lepas dari input bahan-bahan organik, bahan alami dalam budidaya pertanian baik pupuk, bahan pengendalian dan penanganan pasca panen yang minim bahkan bebas dari bahan kimia sintetis.

Tentu tidak mudah bagi petani untuk sama sekali tidak bersinggungan dengan bahan-bahan kimia sintetis tersebut dalam kegiatan budidaya mereka. 

Dampak atau hasil yang diperoleh ketika menggunakan bahan-bahan kimia lebih cepat jika dibandingkan dengan respon yang diperoleh ketika menggunakan bahan organik/bahan alami lainnya dalam budidaya tanaman, menjadi salah satu penyebab kurangnya minat untuk beralih kepada pertanian organik. 

Demikian juga terjadinya penurunan hasil ketika masa peralihan dari cara budidaya konvensional menggunakan bahan-bahan kimia sintetis, beralih pada sistem budidaya organik.

Hal tersebut menjadi tantangan bagi stakeholders terutama bagi petani-petani swadaya jika hendak menerapkan pertanian organik dalam skala yang lebih luas.

Dalam tahapan on farm, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti arahan presiden adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan pengendali hayati yaitu musuh alami organisme pengganggu tumbuhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun