Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan - Minggu Adven II (Minggu Pertobatan)

7 Desember 2024   11:04 Diperbarui: 7 Desember 2024   22:39 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(https://www.printables.com/model/1088144-luce-catholic-pilgrim-2025-jubilee/files)*

Bacaan Injil Lukas 3:1-6 yang kita dengar di Minggu Adven II membawa kita pada kisah Yohanes Pembaptis yang menyerukan pertobatan sebagai persiapan menyambut Tuhan. Seruan ini bukan sekadar panggilan moral tetapi sebuah undangan untuk masuk ke dalam perjalanan iman yang mendalam. Di tengah hiruk-pikuk zaman kita, seruan Yohanes menjadi pengingat bahwa jalan yang kita tempuh sebagai umat Allah adalah jalan pertobatan dan harapan. Pertobatan bukan hanya tentang meninggalkan dosa, tetapi juga tentang menyelaraskan hati dan langkah kita dengan janji Allah.

Di Minggu Adven II ini, kita merenungkan tema "Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan." Sebagai peziarah, kita tidak hanya bergerak dari satu tempat ke tempat lain, tetapi dari satu tahap rohani ke tahap berikutnya, dengan tujuan akhir bersatu dengan Allah. 

Setiap langkah yang diambil mengandung harapan akan pemenuhan janji Tuhan. Harapan ini diteguhkan dalam Bulla Spes Non Confundit, yang mengingatkan bahwa kasih Allah, melalui Roh Kudus, telah dicurahkan di hati kita sebagai kekuatan untuk terus berjalan.

Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Tuhan dengan menyerukan pengampunan dosa, seperti ditulis dalam Injil. Jalan yang ia persiapkan adalah jalan yang harus kita buat juga di hati kita: luruskan jalan yang bengkok, ratakan lembah-lembah keputusasaan, dan rendahkan bukit-bukit kesombongan. Pertobatan ini membuka ruang bagi Tuhan untuk hadir, mengubah hati kita menjadi tempat tinggal-Nya yang kudus.

Sebagai umat Allah yang hidup dalam pengharapan, kita diajak untuk menjadikan perjalanan ini bukan sekadar perjalanan individual, tetapi perjalanan sinodal bersama. Gereja sebagai Tubuh Kristus adalah komunitas para peziarah yang saling menopang. 

Dalam kebersamaan inilah kita menemukan kekuatan untuk bertahan menghadapi tantangan dunia modern. Di tengah ketidakpastian, solidaritas kita adalah tanda kehadiran Tuhan yang terus bekerja di tengah kita.

Menyongsong Tahun Yubileum 2025, kita diajak untuk merenungkan pengampunan sebagai tanda harapan terbesar. Bulla Spes Non Confundit menyebutkan bahwa pengampunan tidak mengubah masa lalu tetapi memberi kita peluang untuk menatap masa depan dengan cara baru. Sakramen Rekonsiliasi menjadi salah satu jalur utama di mana harapan ini dapat kita alami secara nyata.

 Dalam pengakuan dosa, kita merasakan kelembutan belas kasih Allah yang tidak hanya menyembuhkan luka tetapi juga memberi kekuatan untuk melanjutkan perjalanan iman.

Pertobatan yang sejati juga memerlukan keheningan untuk mendengarkan suara Allah. Dalam keheningan, seperti yang dilakukan Yohanes Pembaptis di padang gurun, kita belajar untuk mengenali kehadiran Tuhan di tengah kegersangan hidup kita. Keheningan ini adalah undangan untuk berlabuh dalam harapan yang tidak mengecewakan, sebagaimana ditegaskan oleh Rasul Paulus.

Ini contoh ceritera pengalaman rohaninya tentang pemulihan harapan di tengah ketidakpastian hidup. Dalam sebuah komunitas kecil yang dilanda bencana alam, seorang ibu bernama Maria kehilangan tempat tinggal dan pekerjaannya. Namun, ia tetap setia hadir dalam pelayanan Gereja, mencari kekuatan di tengah ketidakpastian. Melalui Sakramen Rekonsiliasi, Maria menemukan pengampunan atas rasa putus asanya dan kembali berpengharapan. 

Ia mulai berkontribusi dalam kelompok doa, berbagi cerita pemulihan, dan menginspirasi orang lain. Maria menghidupi peran Yohanes Pembaptis modern: menjadi suara harapan di tengah padang gurun kehidupan, yang menunjukkan bahwa jalan pertobatan dapat membawa pemulihan spiritual dan komunitas.

Saudaraku yang terksih, misi kita sebagai peziarah pengharapan tidak berhenti pada diri kita sendiri. Kita dipanggil untuk menjadi tanda harapan bagi dunia. Seperti Yohanes Pembaptis dan ibu Maria dalam ceritera di atas, kita diutus untuk menjadi suara yang berseru di padang gurun modern: menawarkan penghiburan, mendorong pertobatan, dan membawa kasih Allah kepada mereka yang haus akan pengharapan. 

Tanda-tanda zaman, sebagaimana diajarkan Konsili Vatikan II, menjadi panggilan bagi kita untuk membaca kehadiran Allah dalam sejarah dan memberikan respons iman.

Akhirnya, perjalanan ini adalah perjalanan menuju perjumpaan dengan Tuhan. Dalam Adven ini, kita diajak untuk merenungkan kedatangan Kristus di akhir zaman sekaligus merayakan kehadiran-Nya dalam kehidupan kita saat ini. Dengan bersyukur atas rahmat yang telah diberikan, kita melangkah maju dengan harapan akan pemenuhan janji keselamatan.

Sebagai umat yang hidup dalam iman, pengharapan, dan kasih, kita diajak untuk terus melangkah bersama sebagai peziarah pengharapan. Dalam perjalanan ini, Tuhan sendiri berjalan di tengah kita, memimpin langkah-langkah kita menuju perjumpaan penuh kasih dengan-Nya. Mari kita terus mengarahkan hati dan hidup kita kepada Dia, Sang Harapan Sejati, yang tidak akan pernah mengecewakan.

Doa Penziarahan Harapan

Ya Tuhan, Sang Pengharapan Sejati,
di tengah perjalanan hidup ini, kami datang kepada-Mu dengan hati penuh kerinduan. Bimbinglah langkah-langkah kami di jalan pertobatan, agar hidup kami semakin dekat dengan-Mu. Luruskanlah jalan kami yang bengkok, rendahkan bukit kesombongan kami, dan ratakan lembah-lembah keputusasaan dalam hati kami.

Tuhan, dalam setiap kesulitan dan keheningan, ajarkan kami untuk mendengar suara-Mu, merasakan kehadiran-Mu, dan percaya pada janji kasih-Mu. Jadikan kami tanda harapan bagi dunia, sebagaimana Engkau mengutus Yohanes Pembaptis untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan-Mu.

Sambutlah hati kami yang bertobat, dan penuhilah kami dengan Roh Kudus-Mu, sehingga kami selalu setia berjalan bersama-Mu. Semoga dalam peziarahan ini, kami bertemu dengan-Mu di setiap langkah, dan pada akhirnya, kami menikmati persekutuan abadi dalam cinta-Mu yang tak terbatas.

Demi Kristus, Tuhan dan Penyelamat kami.
Amin.

*) Luce: Maskot Yubileum 2025

Luce, yang berarti "cahaya" dalam bahasa Italia, adalah maskot resmi untuk Tahun Yubileum 2025. Dirancang oleh Simone Legno, pendiri tokidoki, Luce menggambarkan seorang peziarah muda yang penuh harapan. Ia mengenakan mantel hujan kuning yang melambangkan bendera Vatikan, sepatu bot berlumpur sebagai simbol perjalanan penuh tantangan, dan tongkat peziarah yang menandakan ziarah menuju kehidupan kekal.

Luce dirancang untuk menarik generasi muda dengan perpaduan elemen budaya pop dan spiritualitas. Matanya yang bercahaya mencerminkan harapan dan kerinduan akan hubungan ilahi, sekaligus menyampaikan pesan inklusi dan solidaritas. Selain itu, Luce didampingi oleh anjing setianya, Santino, serta teman-teman peziarah lainnya, Fe, Xin, dan Sky.

Maskot ini tidak hanya menjadi representasi visual Yubileum tetapi juga membawa pesan harapan universal dan mengundang semua generasi untuk berziarah secara rohani dan fisik. Vatikan bahkan memperkenalkan Luce di acara budaya pop seperti Lucca Comics & Games 2024 untuk menjembatani dialog antar generasi

Referensi:

  • Vatican Jubilee Official Store. (2024, October 29). Luce, is the mascot of the Jubilee 2025 that lights the way. 

  • Catholic News Agency. (2024, October 29). Meet “Luce”: The Vatican’s cartoon mascot for Jubilee 2025. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun