Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

10 Hal Penting yang Dapat Kita Pelajari dari Pengalaman Hidup Rohani St. Ignatius de Loyola

31 Juli 2024   12:31 Diperbarui: 31 Juli 2024   14:31 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Moto St. Ignatius, "Ad Majorem Dei Gloriam" (Untuk Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar), mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus ditujukan untuk memuliakan Tuhan.

Moto "Ad Majorem Dei Gloriam" (AMDG), yang berarti "Untuk Kemuliaan Tuhan yang Lebih Besar," merupakan prinsip dasar yang mendasari seluruh spiritualitas Ignatian yang diajarkan oleh St. Ignatius de Loyola. Prinsip ini mengingatkan kita bahwa setiap aspek kehidupan kita—baik tindakan, pikiran, maupun keputusan—harus diarahkan untuk memuliakan Tuhan. St. Ignatius menekankan bahwa tujuan utama dari eksistensi manusia adalah untuk memuji, menghormati, dan melayani Tuhan, dan segala sesuatu yang kita lakukan harus berkontribusi pada tujuan ini. Dalam praktiknya, ini berarti mengintegrasikan nilai-nilai Injil ke dalam setiap aktivitas kita, baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun pelayanan kepada masyarakat. Dengan mengarahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan, kita menjadikan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, dan setiap tindakan kita menjadi cerminan kasih dan kebesaran Tuhan (Ganss, 1992).

Secara filosofis, hidup untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar menuntut kita untuk melihat melampaui kepentingan pribadi dan ambisi duniawi, dan berfokus pada tujuan ilahi yang lebih tinggi. Ini berarti menilai setiap keputusan dan tindakan berdasarkan apakah mereka memuliakan Tuhan atau tidak, dan bersedia mengorbankan kenyamanan dan keinginan pribadi demi panggilan yang lebih mulia. Prinsip AMDG mengajak kita untuk hidup dengan integritas dan kesadaran rohani yang mendalam, selalu mencari cara untuk meningkatkan kontribusi kita pada kebaikan universal dan kehendak Tuhan. Ini juga mencakup komitmen untuk terus berkembang dalam iman dan kebijaksanaan, agar kita dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam tangan Tuhan. Dengan demikian, hidup untuk kemuliaan Tuhan yang lebih besar bukan hanya tentang melakukan tindakan yang besar atau heroik, tetapi tentang menghidupi setiap momen dengan penuh kesadaran dan dedikasi, sehingga seluruh eksistensi kita menjadi kesaksian hidup dari kasih dan kemuliaan Tuhan (Endean, 2001).

9. Community and Companionship (Komunitas dan Persahabatan):

Pengalaman rohani St. Ignatius menunjukkan pentingnya komunitas dan persahabatan dalam perjalanan rohani kita. Ia menekankan pentingnya saling mendukung dan menguatkan dalam komunitas iman.

St. Ignatius Loyola, pendiri Serikat Yesus, menekankan bahwa komunitas dan persahabatan merupakan elemen esensial dalam perjalanan rohani seseorang. Dalam Autobiography of St. Ignatius, Ignatius berbicara tentang pentingnya dukungan timbal balik dalam komunitas iman, yang membantu individu untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani dan kebijaksanaan (Ignatius of Loyola, 1991). Komunitas tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk berbagi pengalaman spiritual, tetapi juga sebagai ruang untuk menerima nasihat, kritik yang membangun, dan dorongan. Dalam konteks ini, persahabatan di dalam komunitas iman menjadi sarana utama untuk mengalami kasih Allah yang nyata dan menumbuhkan rasa saling percaya dan empati di antara anggotanya. Ignatius menegaskan bahwa melalui keterlibatan aktif dalam komunitas, individu dapat lebih memahami kehendak Tuhan dalam hidup mereka dan memperoleh kekuatan untuk menghadapi berbagai tantangan rohani.

Selain itu, St. Ignatius melihat komunitas dan persahabatan sebagai refleksi dari Trinitas, di mana hubungan saling memberi dan menerima terjadi secara sempurna (O'Malley, 1993). Dalam Spiritual Exercises, Ignatius menekankan pentingnya persatuan dan kerjasama dalam komunitas sebagai cara untuk mengikuti teladan Yesus Kristus, yang selalu hidup dalam komunitas dengan para rasul-Nya. Komunitas yang harmonis dianggap sebagai cerminan dari kasih dan persekutuan ilahi, yang memberikan dukungan dan kenyamanan bagi setiap anggotanya. Filosofi Ignatian ini menunjukkan bahwa persahabatan yang sejati dalam komunitas iman tidak hanya memperkaya pengalaman rohani individu, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan moral dalam masyarakat, menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perkembangan spiritual dan moral yang holistik (Lowney, 2003).

10. Humility (Kerendahan Hati):

St. Ignatius mengajarkan nilai kerendahan hati, mengakui kelemahan dan ketergantungan kita pada rahmat Tuhan. Ini membantu kita untuk tetap rendah hati dan terbuka terhadap bimbingan Tuhan dalam hidup kita.

St. Ignatius Loyola mengajarkan bahwa kerendahan hati adalah dasar dari kehidupan rohani yang sejati. Dalam Spiritual Exercises, Ignatius menekankan pentingnya mengenali kelemahan dan keterbatasan diri, yang memungkinkan seseorang untuk sepenuhnya bergantung pada rahmat Tuhan (Ignatius of Loyola, 1991). Kerendahan hati, menurut Ignatius, bukanlah sekadar kesadaran akan kekurangan diri, tetapi juga penerimaan penuh akan kasih dan bimbingan Tuhan. Sikap ini mengharuskan individu untuk melepaskan ego dan ambisi pribadi, serta membuka diri terhadap kehendak ilahi. Ignatius percaya bahwa melalui kerendahan hati, seseorang dapat mengalami transformasi batin yang mendalam, yang memampukan mereka untuk menjalani hidup yang lebih bermakna dan penuh dengan kasih Tuhan.

Filosofi kerendahan hati Ignatius juga berakar pada pengakuan bahwa segala hal baik berasal dari Tuhan dan bukan dari diri sendiri. Dalam konteks ini, kerendahan hati menjadi jalan untuk mencapai kebijaksanaan dan kedewasaan rohani. Ignatius mengajarkan bahwa dengan mengakui ketergantungan kita pada Tuhan, kita dapat lebih peka terhadap bimbingan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita (O'Brien, 1992). Kerendahan hati juga memampukan kita untuk melihat nilai dan martabat orang lain, sehingga mendorong sikap hormat dan pelayanan tanpa pamrih. Dalam pengajaran Ignatian, kerendahan hati adalah fondasi untuk hidup dalam keadilan dan kasih, menciptakan komunitas yang saling mendukung dan memperkaya secara rohani. Sikap ini tidak hanya menguatkan hubungan dengan Tuhan, tetapi juga memperdalam relasi antar sesama, mencerminkan cinta kasih ilahi yang universal dan inklusif.

Melalui 10 hal ini, kita dapat belajar untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan penuh berkat.

SELAMAT MERAYAKAN PESTA NAMA PELINDUNG PAROKI ST. IGNATIUS MAGELANG (31 JULI 2024).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun