Pertanyaan Reflektif:Â
1. Bagaimana konsep martabat dan harkat manusia dalam Gereja Katolik dapat menjadi dasar yang kuat untuk memahami dan melaksanakan hak asasi manusia?
2. Bagaimana pemahaman Gereja Katolik tentang martabat manusia dapat memperkaya konsep demokrasi, khususnya dalam konteks pendidikan demokrasi?Â
3. Bagaimana konsep martabat manusia dalam Gereja Katolik dapat membimbing remaja untuk melihat nilai-nilai kemanusiaan sebagai landasan utama dalam berinteraksi dengan sesama?Â
4. Bagaimana konsep martabat manusia dalam Gereja Katolik dapat membentuk masyarakat yang inklusif dan mengatasi perbedaan agama, ras, atau latar belakang sosial?Â
5. Mengapa Gereja Katolik menganggap melanggar hak asasi manusia sebagai pelanggaran terhadap rencana Tuhan, dan bagaimana pemahaman ini dapat membentuk partisipasi bertanggung jawab dalam membangun komunitas berdasarkan prinsip-prinsip keadilan dan kasih?Â
Tema 2: Keadilan Sosial dalam Ajaran Sosial Katolik untuk Pendidikan Demokrasi
Tujuan Instruksional 2: Membangun Kesadaran Keadilan Sosial
- Peserta didik akan mampu mendefinisikan prinsip keadilan sosial dalam perspektif ajaran sosial Katolik.
- Peserta didik akan dapat menyusun argumen tentang pentingnya keadilan sosial dan tanggung jawab kolektif dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil.
“Keadilan sosial membutuhkan keterlibatan aktif dalam masyarakat untuk memastikan bahwa hak-hak dasar setiap individu diakui dan dihormati." (Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik 'Centesimus Annus')
Ajaran sosial Katolik menjadi panduan yang kokoh dalam menyusun fondasi keadilan sosial dalam masyarakat. Prinsip keadilan sosial dalam konteks pendidikan demokrasi bukan hanya sekadar konsep, melainkan sebuah panggilan untuk tindakan nyata. Pertama-tama, pendidikan demokrasi harus memberikan pemahaman mendalam tentang keadilan dan pemberdayaan.
Prinsip keadilan mengajarkan remaja untuk melihat realitas sosial dengan mata yang penuh empati, mengenali ketidaksetaraan yang ada, dan memahami akar permasalahan tersebut. Pendidikan demokrasi harus merangsang pertanyaan kritis seperti, "Bagaimana keadilan dapat diterapkan dalam pembagian sumber daya dan peluang?" dan "Bagaimana kita dapat memberdayakan mereka yang kurang beruntung secara sosial?"
Selanjutnya, tanggung jawab kolektif untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil menjadi titik sentral. Dalam konteks ini, pendidikan demokrasi harus melibatkan remaja dalam pemahaman bahwa keadilan sosial bukanlah hanya tanggung jawab individu, melainkan sebuah misi bersama. Remaja harus diajarkan untuk menyadari bahwa melalui partisipasi aktif dalam proses demokratis, mereka memiliki peran dalam membentuk kebijakan dan praktek-praktek yang berkontribusi pada keadilan sosial.