Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menuju Pendidikan Inklusif: Kasih dan Kesetaraan ala Yesus dalam Rangka Hari Guru Nasional 2023 dan Merdeka Belajar

24 November 2023   23:00 Diperbarui: 25 November 2023   00:09 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rangka Hari Guru Nasional 2023 dan merayakan Merdeka Belajar, jejak-jejak ajaran Yesus menjadi cahaya pemandu dalam memandang pendidikan sebagai tulang punggung peradaban dan masa depan bangsa. Dalam 10 (sepuluh) aspek utama, Yesus tidak hanya menjadi guru spiritual bagi murid-murid-Nya tetapi juga menjadi inspirasi bagi pengembangan kurikulum pendidikan modern yang holistik. Dari nilai-nilai moral hingga kreativitas, dari kepemimpinan hingga etika kerja, setiap ajaran Yesus memancarkan cahaya terang yang memandu pendidikan menuju kedalaman bermakna dan inklusivitas yang memelihara keunikan setiap individu. Artikel ini akan menjelajahi bagaimana ajaran Yesus dapat menjadi fondasi kuat dalam mengembangkan pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga relevan dengan dinamika perubahan zaman.

1. Moral Foundations : Yesus mengajarkan nilai-nilai moral yang mendasar, seperti love, justice, dan truth, yang menjadi cornerstone etika dalam kurikulum pendidikan modern. 

Moral Foundations yang diajarkan oleh Yesus membentuk dasar utama etika dalam kurikulum pendidikan modern. Kitab Suci Perjanjian Baru mencatat ajaran-ajaran Yesus yang menekankan nilai-nilai mendasar, seperti kasih (love), keadilan (justice), dan kebenaran (truth). Dalam Injil Matius, Yesus mengajarkan hukum emas: "Segala sesuatu yang kamu ingin orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka" (Matius 7:12). Hal ini membentuk dasar konsep kasih yang menjadi inti etika sosial dalam pendidikan modern.

Ajaran keadilan Yesus juga tercermin dalam kisah perempuan yang tertangkap berbuat zina (Yohanes 8:1-11), di mana Yesus memberikan pengampunan dan mengajak para penuduh untuk melakukan introspeksi diri. Kesempatan untuk belajar dan tumbuh dari kesalahan adalah nilai yang terkandung di dalamnya, menjadi dasar bagi pendekatan restoratif dalam pendidikan modern.

Dalam konteks kebenaran, Yesus menyatakan, "Aku adalah jalan, dan kebenaran, dan hidup" (Yohanes 14:6), menegaskan pentingnya mengikuti jalan kebenaran dalam hidup. Konsep ini dapat diintegrasikan dalam kurikulum modern untuk mengajarkan kebenaran sebagai nilai yang tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga moral.

Dalam melihat nilai-nilai moral yang diajarkan oleh Yesus, pemikiran tokoh pendidikan modern seperti Maria Montessori relevan. Montessori menekankan pentingnya mendidik anak-anak dengan menghormati dan mengembangkan potensi alami mereka. Konsep ini sejalan dengan ajaran Yesus tentang kasih dan penghargaan terhadap keunikan setiap individu, memperkuat ide landasan moral dalam kurikulum pendidikan modern.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kasih, keadilan, dan kebenaran yang diajarkan oleh Yesus dalam kurikulum, pendidikan modern dapat menjadi lebih dari sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi wahana untuk membentuk karakter dan etika yang kuat pada generasi mendatang.

2. Critical Thinking Mastery : Keterlibatan Yesus dalam mengembangkan kemampuan kritis dan analitis murid-muridnya, terlihat dalam cara-Nya menyampaikan ajaran dengan menggunakan parables dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan mendalam. 

Critical Thinking Mastery yang ditunjukkan oleh Yesus memperkaya pendekatan pengajaran dalam kurikulum pendidikan modern. Kitab Suci Perjanjian Baru mencatat bahwa Yesus seringkali menyampaikan ajarannya melalui perumpamaan atau parables. Dalam Injil Matius, Yesus memberikan contoh parable tentang biji benih yang jatuh di tanah yang baik dan di tanah yang buruk (Matius 13:3-9). Melalui perumpamaan ini, Yesus mendorong murid-muridnya untuk merenungkan makna mendalam dan mengembangkan kemampuan kritis untuk memahami kebenaran yang tersembunyi di balik kata-kata-Nya.

Selain itu, dalam Yohanes 8:32, Yesus menyatakan, "Dan kamu akan mengenal kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Pernyataan ini menjadi landasan bagi pengembangan kemampuan berpikir kritis, karena Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk mencari dan mengenal kebenaran dengan cara yang mendalam.

Ketajaman analitis Yesus juga tercermin dalam pertanyaan-pertanyaan yang Dia ajukan kepada murid-murid-Nya. Sebagai contoh, dalam Markus 8:27-29, Yesus bertanya kepada mereka, "Siapakah yang dikatakan orang banyak bahwa Aku ini?" Pertanyaan ini tidak hanya mengevaluasi pemahaman murid-murid tentang identitas-Nya, tetapi juga mendorong mereka untuk berpikir kritis dan merumuskan jawaban yang bersifat reflektif.

Dalam pendekatan pendidikan modern, tokoh seperti John Dewey memberikan pemahaman mendalam tentang pentingnya pembelajaran melalui refleksi dan pertanyaan pematik. Dewey mengatakan, "Pendidikan bukanlah persiapan untuk kehidupan; pendidikan adalah kehidupan itu sendiri." Pernyataan ini mencerminkan filosofi Yesus yang mendorong murid-murid untuk terlibat dalam proses belajar yang melibatkan pemikiran kritis dan analitis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun