Mohon tunggu...
P Joko Purwanto
P Joko Purwanto Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Becoming added value for individual and institute, deeply having awareness of personal branding, being healthy in learning and growth, internal, external perspective in order to reach my vision in life, and increasingly becoming enthusiastic (passion), empathy, creative, innovative, and highly-motivated.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangkit dan Bersaksi Mewujudkan Gereja yang Vital dan Viral

4 Juli 2023   23:45 Diperbarui: 8 Juli 2023   00:02 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Gereja harus menjadi tempat belas kasihan yang diberikan secara bebas, di mana setiap orang bisa merasa diterima, dikasihi, diampuni dan didukung untuk menghayati hidup yang baik dari Injil" (EG 114).

Pendahuluan

Gereja Katolik memiliki tanggung jawab yang besar dalam memelihara iman kaum muda, membimbing mereka dalam perjalanan rohani mereka, dan memperlengkapi mereka untuk menjadi saksi yang hidup dari ajaran Kristus di dunia. Di zaman modern, ketika kaum muda menghadapi tantangan unik dan dipengaruhi oleh masyarakat yang berubah dengan cepat, menjadi keharusan bagi Gereja untuk bangkit dan menghadapi mereka di mana pun mereka berada. Untuk mewujudkan Gereja Katolik yang vital dan viral bagi kaum muda, ada dua belas poin krusial yang harus ditekankan. 

Poin-poin ini mencakup holistic formation, authentic witness, relevant and engaging catechesis, empowerment and participation, social justice and advocacy, authentic relationships, integration of technology, prayer and worship, accompaniment and discernment, formation on moral and ethical issues, interfaith dialogue and ecumenism, dan family engagement. 

Dengan merangkul 12 poin krusial ini, Gereja dapat memastikan bahwa kaum muda tidak hanya menerima santapan rohani yang mereka butuhkan tetapi juga menemukan tempat mereka dalam komunitas Gereja, menjadi peserta aktif dalam membentuk iman mereka, dan memulai perjalanan mencapai tujuan dengan kasih, dan pelayanan.

Artikel ini merupakan tanggapan atas Surat Cinta Orang Muda Katolik untuk Gereja Indonesia, sebuah pesan tulus yang ditulis oleh orang muda Katolik yang berkumpul di Palembang pada Indonesian Youth Day III dari tanggal 26 hingga 30 Juni 2023. Menyadari pentingnya suara kolektif mereka dan masalah yang mereka angkat, artikel ini bertujuan untuk menjawab keprihatinan, harapan, dan aspirasi yang diungkapkan dalam surat mereka. 

Dengan menyoroti aspek-aspek vital dan viral yang dapat memberdayakan kaum muda dalam Gereja Katolik, artikel ini berupaya memberikan tanggapan yang berarti terhadap panggilan mereka akan sebuah Gereja yang memupuk formasi holistik, mempromosikan kesaksian otentik, merangkul katekese yang relevan, mendorong pemberdayaan dan partisipasi, mengadvokasi keadilan sosial, memupuk hubungan yang otentik, mengintegrasikan teknologi, memupuk doa dan ibadah, memberikan pendampingan dan penegasan, berfokus pada pembentukan moral dan etika, terlibat dalam dialog antaragama dan ekumenisme, dan secara aktif melibatkan keluarga. 

Melalui artikel ini, kita berharap untuk menegaskan dan memperkuat suara kaum muda Katolik, mengakui perspektif unik mereka dan mengajak mereka untuk secara aktif berkontribusi dalam dialog dan transformasi Gereja yang sedang berlangsung.

12 Poin Krusial Mewujudkan Gereja Katolik yang Vital dan Viral bagi Kaum Muda

1. Holistic Formation (pembinaan holistik) merupakan aspek penting dari misi Gereja Katolik bagi kaum muda. Hal ini mencakup pemenuhan kebutuhan spiritual, intelektual, emosional, dan fisik mereka, yang memungkinkan mereka untuk bertumbuh dalam semua aspek kehidupan mereka. Perikop Roma 12:2 mendukung konsep pembentukan holistik ini dengan menekankan transformasi pikiran.

"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. " (Roma 12:2)


Dalam perikop ini, Rasul Paulus mendorong orang beriman untuk tidak menyesuaikan diri dengan pola dunia tetapi diubah oleh pembaharuan pikiran mereka. Transformasi ini bukan sekedar perubahan lahiriah melainkan pembaharuan holistik dan batiniah yang melibatkan menyelaraskan pikiran, nilai, dan tindakan seseorang dengan kehendak Tuhan.

Untuk memberikan pembinaan yang holistik bagi kaum muda, Gereja Katolik hendaknya mengutamakan pembinaan pemahaman yang mendalam tentang ajaran Katolik. Hal ini termasuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, mengizinkan kaum muda untuk terlibat dengan ajaran Gereja dengan cara yang bijaksana dan cerdas. Dengan mendorong pemikiran kritis, kaum muda dapat menggali kekayaan dan kedalaman iman, memperdalam pemahaman intelektual mereka.

Kecerdasan emosional juga merupakan aspek penting dari pembentukan holistik kaum muda, yang melibatkan pengembangan kesadaran diri, empati, dan ketahanan emosional. Melalui kecerdasan emosional, kaum muda dapat memupuk hubungan yang sehat, merespons tantangan secara efektif, dan tumbuh dalam kesejahteraan emosional mereka.

Selanjutnya, mendorong gaya hidup sehat sangat penting untuk pembentukan holistik kaum muda. Gereja Katolik mengakui martabat yang melekat pada pribadi manusia, termasuk tubuh sebagai bait Roh Kudus. Dengan mempromosikan praktik hidup sehat, seperti menjaga kesehatan fisik melalui olahraga, nutrisi, dan istirahat, kaum muda dapat menghargai keterkaitan antara kesejahteraan fisik dan spiritual mereka.

Singkatnya, perikop Roma 12:2 mendukung konsep pembinaan holistik dalam Gereja Katolik, yang mengingatkan kaum muda untuk tidak menyesuaikan diri dengan pola duniawi tetapi membiarkan pikiran mereka diubah sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan memupuk pemahaman yang mendalam tentang ajaran Katolik, meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan kecerdasan emosional, serta mendorong gaya hidup sehat, Gereja dapat secara efektif menjalankan misi pembinaan holistik bagi kaum muda.

Follow up plan: Untuk melaksanakan rencana tindak lanjut yang selaras dengan konsep pembinaan holistik, Gereja dapat menawarkan program-program katekese komprehensif yang mendalami ajaran Katolik dan mendorong pemikiran kritis. Ini dapat dilakukan melalui lokakarya interaktif, kelompok belajar, dan sumber daya digital yang melibatkan kaum muda dalam memperdalam pemahaman iman mereka. Selain itu, Gereja dapat memprioritaskan integrasi kecerdasan emosional dan gaya hidup sehat dengan menyelenggarakan retret, program kesehatan, dan lokakarya yang membahas kesejahteraan emosional dan kesehatan fisik individu muda. Dengan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan ini, Gereja dapat secara efektif membina pembinaan holistik dan memberdayakan kaum muda untuk menghidupi iman mereka dalam semua aspek kehidupan mereka.

2. Authentic Witness (kesaksian otentik) merupakan aspek penting dari misi Gereja Katolik bagi kaum muda. Hal ini menekankan pentingnya para anggota, terutama pemimpin agama (para imam dan biarawan biarawati) dan para pembimbing kaum muda, menjadi tulus dan konsisten dalam iman mereka, melayani sebagai panutan yang mencontohkan nilai-nilai dan ajaran Yesus Kristus dalam kehidupan mereka sehari-hari. Perikop Matius 5:16 mendukung gagasan ini dengan mendorong orang beriman untuk membiarkan terang mereka bersinar di hadapan orang lain melalui perbuatan baik mereka, yang pada akhirnya membawa kemuliaan bagi Allah.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16)


Dalam Matius 5:16, Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk membiarkan terang mereka bersinar di depan orang lain. Cahaya metaforis ini mewakili kehadiran rahmat, cinta, dan kebenaran Tuhan di dalam diri orang beriman. Dengan hidup sesuai dengan ajaran Yesus, mereka menjadi saksi otentik yang memantulkan terang Allah kepada dunia.

Kaum muda sering mencari panutan yang dapat membimbing mereka dalam perjalanan spiritual mereka. Mereka membutuhkan individu yang tidak hanya berbicara tentang iman mereka tetapi juga menghidupinya secara otentik. Keaslian ini ditunjukkan melalui tindakan yang selaras dengan nilai dan ajaran Yesus Kristus. Ketika orang-orang muda menyaksikan iman yang sejati dalam tindakan, itu berdampak besar pada pembentukan iman mereka sendiri dan mengilhami mereka untuk memeluk Injil.

Kesaksian otentik dalam Gereja mengilhami orang lain melalui kerendahan hati, kebaikan, pengampunan, belas kasih, dan pelayanan tanpa pamrih mereka. Mereka mendemonstrasikan kekuatan transformatif Injil dengan secara konsisten mewujudkan prinsip-prinsipnya dalam interaksi mereka dengan orang lain. Melalui tindakan mereka, mereka menarik orang lebih dekat kepada Tuhan dan menimbulkan keinginan untuk hubungan yang lebih dalam dengan-Nya.

Perikop Matius 5:16 ini berfungsi sebagai landasan teologis untuk fokus Gereja pada kesaksian otentik. Hal ini mendorong orang beriman untuk hidup sedemikian rupa sehingga orang lain dapat melihat perbuatan baik mereka dan pada akhirnya memuliakan Tuhan. Dengan menjadi saksi otentik, para anggota Gereja, khususnya para klerus dan pembina kaum muda, memenuhi misi mereka memimpin orang muda untuk bertemu dan merangkul pribadi Yesus Kristus, yang merupakan teladan utama dan sumber inspirasi bagi kehidupan Kristiani yang otentik.

Singkatnya, perikop Matius 5:16 menggarisbawahi pentingnya kesaksian otentik dalam Gereja Katolik. Hal ini memanggil orang beriman untuk membiarkan terang mereka bersinar di hadapan orang lain melalui perbuatan baik mereka, melayani sebagai teladan sejati yang mencerminkan nilai dan ajaran Yesus Kristus. Dengan menghidupi iman mereka secara otentik, para anggota Gereja dapat mengilhami kaum muda dan memimpin mereka untuk memuliakan Allah melalui kehidupan mereka sendiri.

Follow up plan: Untuk secara efektif menindaklanjuti pentingnya kesaksian otentik, Gereja dapat menyediakan program bimbingan di mana para anggota yang berpengalaman membimbing dan mendukung individu muda dalam perjalanan iman mereka. Ini dapat mencakup memasangkan kaum muda dengan mentor yang memberikan contoh kesaksian yang otentik dan menawarkan bimbingan serta dorongan. Gereja juga dapat mengatur prakarsa penjangkauan yang memungkinkan para anggota untuk secara aktif terlibat dalam tindakan pelayanan dan kasih amal, memperlihatkan kasih dan belas kasihan Kristus kepada mereka yang membutuhkan. Selain itu, memupuk budaya akuntabilitas dan pertumbuhan melalui kelompok-kelompok kecil yang berbagi keyakinan dapat menciptakan ruang bagi individu untuk merenungkan kesaksian mereka sendiri dan menerima dukungan dari rekan-rekan. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat memupuk komunitas saksi otentik yang mengilhami dan memimpin kaum muda menuju hubungan yang lebih dalam dengan Kristus.

3. Relevant and Engaging Catechesis (katekese yang relevan dan menarik) merupakan aspek penting dari misi Gereja Katolik bagi kaum muda. Hal ini menekankan perlunya Gereja untuk mengembangkan metode pengajaran yang inovatif dan interaktif yang sejalan dengan minat kaum muda. Dengan memanfaatkan teknologi, pendekatan interaktif, dan sumber daya multimedia, Gereja dapat menjadikan katekese lebih cocok dan menarik bagi kaum muda. Perikop Matius 28:19-20, yang umumnya dikenal sebagai Amanat Agung, mendukung gagasan ini dengan menekankan perintah Yesus untuk memuridkan dan mengajar mereka untuk menjalankan perintah-Nya.

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28: 19-20)


Dalam Matius 28:19-20, Yesus memberikan Amanat Agung kepada murid-murid-Nya, memerintahkan mereka untuk pergi dan memuridkan semua bangsa. Ini termasuk membaptis dan mengajar mereka untuk menjalankan segala sesuatu yang Yesus telah perintahkan. Perikop ini menyoroti pentingnya mengajar dan meneruskan ajaran Yesus kepada orang lain.

Untuk melaksanakan Amanat Agung secara efektif, Gereja harus menyesuaikan metode kateketiknya untuk menjangkau kaum muda dengan cara yang bermakna. Hal ini termasuk memanfaatkan teknologi, pendekatan interaktif, dan sumber daya multimedia. Di era digital saat ini, anak muda terbiasa berinteraksi dengan konten melalui berbagai platform media. Memanfaatkan teknologi memungkinkan Gereja untuk bertemu kaum muda di mana pun mereka berada, dan secara efektif mengkomunikasikan kebenaran iman yang abadi.

Pendekatan interaktif ini memungkinkan kaum muda untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini juga mendorong keterlibatan, pemikiran kritis, dan pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Gereja. Katekese interaktif mendorong kaum muda untuk mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi iman mereka, dan terhubung dengan materi secara pribadi.

Selain itu, sumber daya multimedia, termasuk video, podcast, kursus online, dan aplikasi interaktif, menawarkan cara yang dinamis dan menarik secara visual untuk menyajikan konten katekese. Sumber daya ini dapat menggabungkan kisah kehidupan nyata, kesaksian, dan contoh yang sesuai dengan pengalaman kaum muda. Dengan memanfaatkan multimedia, Gereja dapat secara efektif mengomunikasikan konsep-konsep teologis yang kompleks dengan cara yang dapat diakses dengan mudah oleh kaum muda.

Dengan menggabungkan metode katekese yang inovatif dan menarik, Gereja memastikan bahwa kaum muda secara aktif terlibat dalam pembinaan iman mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Katolik, mengembangkan hubungan pribadi dengan Kristus, dan merangkul ajaran Gereja sebagai pedoman hidup mereka.

Singkatnya, perikop Matius 28:19-20 mendukung pentingnya katekese yang relevan dan menarik dalam Gereja Katolik. Dengan memanfaatkan teknologi, pendekatan interaktif, dan sumber daya multimedia, Gereja dapat secara efektif melaksanakan Amanat Agung dengan menjangkau kaum muda dengan cara yang selaras dengan mereka. Hal ini juga memampukan mereka untuk menjadi peserta aktif dalam pembinaan iman mereka dan memperlengkapi mereka untuk mengamati dan menjalankan ajaran Yesus Kristus.

Follow up plan: Untuk menindaklanjuti pentingnya katekese yang relevan dan menarik, Gereja dapat berinvestasi dalam pengembangan platform digital interaktif, seperti aplikasi seluler atau kursus online, yang menyediakan sumber daya katekese yang dapat diakses dan dinamis bagi kaum muda. Selain itu, menyelenggarakan lokakarya dan seminar untuk katekis dan pemimpin pemuda dapat membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan teknologi secara efektif dalam katekese. Selain itu, memupuk lingkungan belajar kolaboratif, seperti kelompok diskusi remaja atau lingkaran berbagi iman, dapat mendorong kaum muda untuk secara aktif terlibat dengan ajaran Gereja dan menciptakan ruang untuk dialog terbuka dan eksplorasi iman mereka. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat memastikan bahwa katekese tetap relevan dan menarik, memungkinkan kaum muda untuk bertumbuh dalam pemahaman dan praktik iman Katolik mereka.

4. Empowerment and Participation (pemberdayaan dan partisipasi kaum muda dalam Gereja) merupakan aspek penting dari misi Gereja Katolik. Hal ini menekankan pentingnya mendorong kaum muda secara aktif untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan, memberi mereka kesempatan untuk kepemimpinan, menjadi sukarelawan, dan menyumbangkan perspektif unik mereka. Dengan memberdayakan kaum muda, Gereja memperkuat rasa memiliki mereka dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan mereka. Perikop 1 Timotius 4:12 mendukung gagasan ini dengan mendesak kaum muda beriman untuk tidak diremehkan karena usia mereka, tetapi untuk menjadi teladan dalam berbagai aspek kehidupan mereka.

"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12)


Dalam 1 Timotius 4:12, Rasul Paulus menulis kepada Timotius, seorang pemimpin muda di komunitas Kristen perdana, mendorongnya untuk tidak membiarkan siapa pun memandang rendah dirinya karena masa mudanya. Paulus memerintahkan Timotius untuk menjadi teladan bagi orang beriman dalam ucapan, tingkah laku, kasih, iman, dan kesucian. Perikop ini menyoroti potensi dan signifikansi individu muda dalam kehidupan dan pelayanan Gereja.

Gereja mengakui bahwa kaum muda memiliki perspektif, bakat, dan wawasan unik yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan vitalitas komunitas iman. Dengan melibatkan mereka secara aktif dalam proses pengambilan keputusan, Gereja menghargai pendapat mereka dan mengakui kemampuan mereka untuk memberikan kontribusi yang berarti. Pemberdayaan ini menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab di antara kaum muda, mendorong pertumbuhan pribadi dan spiritual mereka.

Memberikan kesempatan kepemimpinan memungkinkan kaum muda untuk mengembangkan keterampilan mereka, melatih karunia mereka, dan mengambil peran tanggung jawab di dalam Gereja. Hal ini dapat mencakup melayani sebagai pemimpin pemuda, berpartisipasi dalam perencanaan dan pengorganisasian acara, atau terlibat dalam pelayanan pastoral. Dengan mempercayakan kepada kaum muda posisi kepemimpinan, Gereja tidak hanya mendapat manfaat dari energi dan antusiasme mereka tetapi juga memastikan kesinambungan dan pembaharuan komunitas iman.

Kesukarelawanan adalah aspek penting lainnya dalam memberdayakan kaum muda di dalam Gereja. Dengan mendorong dan memfasilitasi keterlibatan mereka dalam proyek pelayanan, Gereja membantu kaum muda mengembangkan semangat tidak mementingkan diri dan belas kasih. Melalui kerelawanan, kaum muda memiliki kesempatan untuk mewujudkan iman mereka, melayani mereka yang membutuhkan dan membuat dampak positif di komunitas mereka.

Perikop 1 Timotius 4:12 juga menggarisbawahi dasar teologis untuk memberdayakan dan melibatkan kaum muda dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan di dalam Gereja. Hal ini mengingatkan kaum muda beriman bahwa usia mereka seharusnya tidak menjadi penghalang melainkan kesempatan untuk memberi contoh dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini juga menegaskan kemampuan mereka untuk berkontribusi pada komunitas iman dan menekankan pentingnya menghargai perspektif unik mereka.

Singkatnya, petikan 1 Timotius 4:12 tersebut mendukung fokus Gereja pada pemberdayaan dan partisipasi kaum muda. Dengan secara aktif melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, dan memberikan kesempatan untuk kepemimpinan dan kerelawanan, Gereja menegaskan nilai dan potensi individu muda dalam kehidupan komunitas iman. Pemberdayaan ini memperkuat rasa memiliki mereka, memupuk pertumbuhan dan perkembangan mereka, dan memastikan kelangsungan semangat dan pembaruan Gereja.

Follow up plan: Untuk secara efektif menindaklanjuti pemberdayaan dan partisipasi kaum muda, Gereja dapat membentuk dewan remaja atau kelompok penasehat di mana individu muda dapat secara aktif menyumbangkan perspektif dan gagasan unik mereka dalam proses pengambilan keputusan. Memberikan pelatihan kepemimpinan dan program bimbingan dapat lebih lanjut memperlengkapi mereka dengan keterampilan dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk mengambil peran kepemimpinan di dalam Gereja. Selain itu, menciptakan platform untuk menjadi sukarelawan dan peluang pelayanan, baik di dalam paroki maupun di komunitas yang lebih luas, mendorong kaum muda untuk mewujudkan iman mereka dan memberikan dampak positif. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat memastikan bahwa kaum muda merasa dihargai dan diberdayakan, secara aktif berperan serta dalam kehidupan dan misi Gereja.

5. Social Justice and Advocacy (keadilan sosial dan advokasi) merupakan aspek penting dari misi Gereja Katolik, terutama yang menyangkut hak dan martabat semua orang, khususnya yang terpinggirkan dan tertindas. Gereja harus secara aktif mempromosikan keadilan dan mendorong kaum muda untuk terlibat dalam aktivisitas sosial, mengatasi masalah seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan perubahan iklim. Perikop Mikha 6:8 mendukung gagasan ini dengan menyoroti persyaratan Tuhan untuk bertindak adil, mencintai dengan belas kasihan, dan berjalan dengan rendah hati bersama Allah.

"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mikha 6:8)


Dalam Mikha 6:8, nabi Mikha menyampaikan pesan Tuhan kepada orang-orang, menyatakan bahwa Tuhan telah menunjukkan kepada mereka apa yang baik. Dia kemudian mengungkapkan tiga persyaratan yaitu bertindak adil, mencintai dengan belas kasihan, dan hidup dengan rendah hati bersama Tuhan. Perikop ini menangkap inti dari keadilan sosial dan menekankan kewajiban moral untuk mencari keadilan dan menunjukkan kasih sayang kepada orang lain.

Gereja Katolik mengakui bahwa mempromosikan keadilan sosial dan mengadvokasi hak-hak dan martabat semua orang merupakan ekspresi mendasar dari imannya. Hal ini berakar pada keyakinan bahwa setiap orang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan memiliki martabat yang melekat. Dengan secara aktif menangani isu-isu seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, dan perubahan iklim, Gereja berupaya membangun masyarakat yang lebih adil dan berbelas kasih, yang mencerminkan kasih Allah bagi semua.

Mendorong kaum muda untuk terlibat dalam aktivitas sosial sangat penting bagi misi Gereja. Kaum muda seringkali memiliki rasa keadilan yang kuat dan keinginan untuk memberikan dampak positif bagi dunia. Dengan mendukung dan memberdayakan mereka untuk mengatasi masalah sosial, Gereja memupuk komitmen mereka terhadap keadilan dan menawarkan mereka jalan untuk menghidupi iman mereka dengan cara yang nyata.

Aktivitas sosial melibatkan peningkatan kesadaran, mengadvokasi perubahan, dan bekerja menuju solusi yang adil dan berkelanjutan. Dengan melibatkan kaum muda dalam upaya ini, Gereja menanamkan dalam diri mereka rasa solidaritas, empati, dan tanggung jawab yang mendalam untuk kesejahteraan orang lain. Hal ini juga membantu mereka mengenali dan menantang sistem dan struktur yang melanggengkan ketidakadilan dan penindasan.

Perikop Mikha 6:8 memberikan landasan teologis bagi panggilan Gereja untuk keadilan sosial dan advokasi. Perikop ini mengingatkan orang beriman akan tanggung jawab mereka untuk bertindak adil, mencintai dengan belas kasihan, dan berjalan dengan rendah hati di hadapan Tuhan. Perikop ini menekankan bahwa keadilan sosial bukan hanya upaya opsional tetapi aspek penting dalam menghidupi iman seseorang dan memenuhi persyaratan Tuhan.

Singkatnya, perikop Mikha 6:8 mendukung fokus Gereja pada keadilan sosial dan advokasi. Dengan aktif mempromosikan keadilan dan mengadvokasi hak dan martabat semua orang, khususnya yang terpinggirkan dan tertindas, Gereja mewujudkan komitmennya terhadap ajaran Mikha 6:8. Mendorong kaum muda untuk terlibat dalam aktivitas sosial membantu mereka mengembangkan rasa keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab yang kuat, memungkinkan mereka berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih.

Follow up plan: Untuk secara efektif menindaklanjuti fokus Gereja pada keadilan sosial dan advokasi, Gereja dapat menyediakan program pendidikan dan lokakarya yang meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial dan membekali kaum muda dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menanganinya. Menciptakan peluang bagi kaum muda untuk secara aktif terlibat dalam inisiatif advokasi, seperti mengorganisir kampanye, berpartisipasi dalam protes damai, atau menjadi sukarelawan dengan organisasi yang mendukung komunitas yang terpinggirkan, memungkinkan mereka mewujudkan keyakinan mereka. Selain itu, mendorong program dialog dan bimbingan antargenerasi dapat membantu kaum muda belajar dari kebijaksanaan dan pengalaman generasi yang lebih tua yang telah terlibat dalam pekerjaan keadilan sosial. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat memberdayakan kaum muda untuk menjadi agen perubahan positif dan mengadvokasi keadilan di komunitas mereka.

6. Authentic Relationships (membina hubungan yang otentik dan memupuk rasa kebersamaan) sangat penting bagi pertumbuhan rohani kaum muda dalam Gereja Katolik. Hal ini mengakui pentingnya menyediakan platform bagi kaum muda untuk saling terhubung dengan teman sebaya, mentor, dan komunitas antar generasi. Hubungan ini memungkinkan mereka untuk berbagi pengalaman, mengajukan pertanyaan, menemukan dukungan, dan pada akhirnya, bertumbuh dalam iman mereka. Perikop Yohanes 13:34-35 mendukung gagasan ini dengan menyoroti perintah Yesus untuk saling mengasihi sebagai karakteristik yang menentukan dari murid-murid-Nya.

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13: 34 - 35)


Dalam Yohanes 13:34-35, Yesus memberikan perintah baru kepada murid-murid-Nya: untuk saling mengasihi sebagaimana Dia telah mengasihi mereka. Ia menekankan bahwa dengan mengasihi satu sama lain, orang akan mengenali mereka sebagai murid-murid-Nya. Bagian ini menyoroti pentingnya cinta dan hubungan otentik dalam komunitas Kristen.

Hubungan yang autentik dibangun atas dasar kasih, baik dalam konteks Gereja maupun dalam dunia yang lebih luas. Di dalam komunitas Gereja, memupuk hubungan yang autentik memberi kaum muda rasa memiliki dan dukungan. Hal ini memungkinkan mereka untuk saling terhubung dengan rekan-rekan yang berbagi perjalanan iman mereka, mentor yang dapat membimbing dan memberikan makanan rohani, dan komunitas antargenerasi di mana mereka dapat belajar dari kebijaksanaan dan pengalaman generasi yang lebih tua.

Melalui hubungan yang otentik, kaum muda memiliki ruang yang aman untuk saling berbagi kegembiraan, pergumulan, dan pertanyaan terkait iman mereka. Mereka dapat menemukan dukungan, dorongan, dan pertanggungjawaban saat mereka menjalani perjalanan spiritual mereka. Hubungan ini memberikan kesempatan untuk pertumbuhan, pembelajaran, dan pemuridan bersama.

Perikop Yohanes 13:34-35 ini mengingatkan orang-orang beriman akan pentingnya kasih dalam komunitas Kristiani. Dengan mewujudkan kasih Kristus dalam relasi mereka, kaum muda memberikan kesaksian tentang pemuridan mereka dan mengundang orang lain untuk mengalami kuasa transformasi kasih Allah. Hubungan otentik yang berakar pada cinta mencerminkan sifat kerajaan Allah dan berkontribusi pada pertumbuhan spiritual dan vitalitas kaum muda.

Gereja memainkan peran penting dalam memfasilitasi dan memelihara hubungan otentik ini. Ini artinya harus menyediakan platform dan peluang bagi kaum muda untuk saling terhubung dan terlibat, serta membangun hubungan yang bermakna dalam komunitas iman. Hal ini dapat dicapai melalui aktivitas kelompok pemuda, retret, komunitas kecil berbagi iman, program bimbingan, dan kegiatan antar generasi lainnya.

Dengan memupuk hubungan yang autentik, Gereja menciptakan lingkungan di mana kaum muda dapat mengalami kasih, penerimaan, dan dukungan. Hal ini juga memberi mereka ruang untuk mengajukan pertanyaan, berbagi keraguan, dan memperdalam pemahaman mereka tentang iman mereka. Melalui hubungan ini, kaum muda dapat bertumbuh dalam perjalanan spiritual mereka, mengembangkan rasa identitas yang lebih kuat sebagai murid Kristus, dan berkontribusi pada pembangunan komunitas iman yang bersemangat dan bersatu.

Singkatnya, perikop Yohanes 13:34-35 menggarisbawahi pentingnya hubungan yang otentik dan kasih dalam komunitas Kristiani. Membina hubungan yang otentik dan menciptakan rasa kebersamaan sangat penting untuk pertumbuhan spiritual kaum muda. Dengan menyediakan platform untuk berhubungan dengan teman sebaya, pembimbing, dan komunitas antargenerasi, Gereja memungkinkan kaum muda untuk berbagi pengalaman, mencari dukungan, dan bertumbuh dalam iman mereka. Hubungan otentik yang berakar pada cinta tidak hanya memupuk kehidupan spiritual kaum muda tetapi juga menjadi saksi kekuatan transformatif cinta Tuhan di dunia.

Follow up plan: Untuk secara efektif menindaklanjuti pembinaan hubungan yang otentik dan rasa kebersamaan, Gereja dapat menyelenggarakan pertemuan sosial dan spiritual secara teratur yang secara khusus dirancang untuk kaum muda. Pertemuan ini dapat mencakup kegiatan seperti retret, konferensi remaja, dan diskusi kelompok kecil yang memupuk hubungan yang lebih dalam dan saling mendukung. Selain itu, program pendampingan yang memasangkan orang muda dengan individu yang lebih berpengalaman dapat memberikan bimbingan dan penemanan dalam perjalanan iman mereka. Mendorong kegiatan dan acara antargenerasi, seperti retret antargenerasi atau proyek pelayanan, juga dapat memfasilitasi pembentukan hubungan yang bermakna di berbagai kelompok usia. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat menciptakan ruang bagi kaum muda untuk membentuk hubungan yang otentik, menemukan dukungan, dan mengalami kasih Kristus yang transformatif dalam komunitas Kristiani.

7. Menyadari era digital yang kita jalani saat ini, integration of technology (integrasi teknologi) dalam misi Gereja Katolik menjadi sangat penting. Gereja hendaknya merangkul teknologi sebagai sarana untuk menjangkau dan melibatkan kaum muda secara efektif. Memanfaatkan media sosial, platform daring, podcast, dan aplikasi interaktif dapat membantu menyampaikan pesan, membagikan Injil, dan membina komunitas virtual. Perikop Markus 16:15 kiranya mendukung gagasan ini dengan menekankan panggilan untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan, yang menunjukkan pentingnya memanfaatkan semua sarana yang tersedia, termasuk teknologi, untuk menjangkau orang.

"Lalu Ia berkata kepada mereka: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." (Markus 16:15)


Dalam Markus 16:15, Yesus menugaskan murid-murid-Nya untuk pergi ke seluruh dunia dan mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan. Perikop ini menyoroti ruang lingkup universal dari pesan Injil dan keharusan untuk menjangkau sebanyak mungkin orang. Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi alat komunikasi dan penjangkauan yang ampuh, menawarkan peluang baru untuk memenuhi misi ini.

Integrasi teknologi dalam misi Gereja mengakui meluasnya penggunaan dan pengaruh platform digital, khususnya di kalangan kaum muda. Dengan merangkul teknologi, Gereja dapat secara efektif terlibat dengan kaum muda di ruang digital mereka dan membuat konten relevan yang selaras dengan minat dan kebutuhan mereka.

Memanfaatkan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, dan media sosial lainnya memungkinkan Gereja menjangkau audiens yang lebih luas dan membagikan pesan, renungan, dan konten pendidikan yang mengilhami. Platform dan situs web daring menyediakan sumber daya yang dapat diakses oleh kaum muda untuk memperdalam pemahaman iman mereka, mengakses materi katekese, dan berpartisipasi dalam acara dan diskusi virtual.

Podcast juga mendapatkan popularitas sebagai media untuk berbagi konten yang berhubungan dengan agama. Gereja dapat membuat podcast yang membahas topik yang relevan, menawarkan wawasan rohani, dan menampilkan percakapan dengan para ahli dan kesaksian. Bentuk konten audio ini memungkinkan kaum muda untuk terlibat dengan iman saat bepergian dan dengan nyaman.

Aplikasi interaktif dan alat digital menyediakan cara inovatif untuk menyampaikan katekese, sumber daya doa, dan materi pembinaan rohani. Aplikasi ini dapat menggabungkan fitur interaktif, kuis, renungan harian, dan komunitas doa virtual, menumbuhkan rasa partisipasi dan keterlibatan di antara kaum muda.

Perikop Markus 16:15 ini mendukung integrasi teknologi Gereja dengan menekankan panggilan untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan. Hal ini artinya juga mendorong Gereja untuk menggunakan semua sarana yang tersedia, termasuk teknologi, untuk menjangkau audiens yang beragam dan menyebarkan Kabar Baik.

Dengan merangkul teknologi, Gereja mengakui pentingnya bertemu kaum muda di mana pun mereka berada dan terlibat dengan mereka dalam lingkungan digital mereka. Diakui bahwa teknologi adalah alat yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong komunitas virtual, memfasilitasi dialog, dan menciptakan ruang untuk berbagi pengalaman dan mencari pertumbuhan spiritual.

Namun, meskipun memanfaatkan teknologi itu penting, sangat penting untuk menyeimbangkannya dengan pertemuan pribadi dan hubungan yang otentik. Teknologi harus berfungsi sebagai sarana untuk memfasilitasi koneksi dan menciptakan peluang untuk pertemuan langsung dalam komunitas iman.

Singkatnya, perikop Markus 16:15 menggarisbawahi panggilan Gereja untuk mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan. Mengintegrasikan teknologi dalam misi Gereja memungkinkan penjangkauan dan keterlibatan yang efektif dengan kaum muda. Dengan merangkul media sosial, platform daring, podcast, dan aplikasi interaktif, Gereja dapat memanfaatkan teknologi untuk membagikan Kabar Baik, menyediakan sumber daya untuk pertumbuhan rohani, dan membina komunitas virtual. Hal ini memungkinkan Gereja untuk bertemu kaum muda di ruang digital mereka, terhubung dengan mereka, dan menciptakan pertemuan bermakna yang memupuk perjalanan iman mereka.

Follow up plan:Untuk secara efektif menindaklanjuti pengintegrasian teknologi dalam misi Gereja, Gereja dapat membangun platform daring atau situs web khusus yang menyediakan sumber daya yang dapat diakses dan interaktif bagi kaum muda, seperti panduan doa digital, retret virtual, dan podcast berbasis agama. Melibatkan kaum muda melalui platform media sosial dengan berbagi konten yang menginspirasi, mengatur diskusi online, dan mempromosikan acara virtual dapat menciptakan rasa komunitas dan koneksi. Selain itu, mengembangkan aplikasi interaktif yang memadukan unsur pendidikan, doa, dan refleksi spiritual dapat menawarkan pengalaman yang dipersonalisasi dan menarik bagi kaum muda. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat yang ampuh untuk menjangkau dan melibatkan kaum muda, memastikan pesan Injil dapat diakses dan relevan di era digital.

8. Prayer and Worship (memelihara kehidupan doa yang bersemangat dan memfasilitasi pengalaman liturgi yang bermakna) adalah aspek mendasar dari misi Gereja Katolik. Gereja mengakui pentingnya menyediakan beragam bentuk doa dan ibadat yang menarik bagi kaum muda, menggabungkan praktik tradisional dengan ekspresi iman kontemporer. Perikop Yohanes 4:23 mendukung gagasan ini dengan menekankan sifat penyembah sejati yang menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran.


Dalam Yohanes 4:23, Yesus berbicara kepada wanita Samaria di sumur dan berkata,

"Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran"; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian." (Yohanes 4:23)

Perikop ini menyoroti esensi ibadah, menekankan pentingnya ketulusan, keaslian, dan hubungan dengan Roh Kudus.

Memelihara kehidupan doa yang bersemangat mencakup membekali kaum muda dengan berbagai bentuk dan praktik doa. Gereja mengakui bahwa individu memiliki preferensi dan kebutuhan rohani yang berbeda. Ini artinya harus menawarkan keseimbangan doa tradisional seperti Rosario, Liturgi Ekaristi, dan Adorasi Sakramen Maha Suci, sementara juga menggabungkan ekspresi doa kontemporer, termasuk doa karismatik, Taize, meditasi, dan praktik kontemplatif lainnya.

Pengalaman liturgi yang bermakna sangat penting untuk melibatkan kaum muda dalam ibadah. Gereja harus berusaha untuk menciptakan liturgi yang partisipatif, khidmat, dan inklusif. Hal ini dapat dicapai dengan menggabungkan musik kontemporer, musik ibadah yang indah dan bersemangat, presentasi multimedia, dan menggabungkan elemen visual yang menyentuh kepekaan anak muda. Dengan memadukan tradisi dan inovasi, Gereja dapat menciptakan pengalaman liturgi yang menginspirasi dan memperdalam iman kaum muda.

Perikop Yohanes 4:23 ini menggarisbawahi pentingnya menyembah dalam Roh dan kebenaran. Itu mengingatkan Gereja akan pentingnya ibadah yang otentik dan tulus yang dibimbing oleh Roh Kudus. Perikop ini mendorong Gereja untuk menciptakan lingkungan dan kesempatan bagi kaum muda untuk mengalami perjumpaan yang mendalam dengan Allah dalam doa dan ibadah mereka.

Selanjutnya, Gereja mengakui bahwa doa dan ibadat tidak terbatas pada aturan liturgi. Itu juga harus mendorong kaum muda untuk mengembangkan kehidupan doa pribadi, memupuk hubungan langsung dan intim dengan Tuhan. Hal ini dapat dicapai melalui pengajaran berbagai bentuk doa pribadi, seperti doa spontan, doa kontemplatif, dan penggunaan materi renungan seperti buku doa atau sumber digital.

Dengan menyediakan beragam bentuk doa dan ibadat, Gereja mengakui kebutuhan dan preferensi rohani yang unik dari kaum muda. Hal ini menumbuhkan lingkungan di mana mereka dapat mengekspresikan iman mereka secara otentik dan terlibat dengan Tuhan dengan cara yang selaras dengan pengalaman dan budaya mereka.

Singkatnya, perikop dari Yohanes 4:23 menyoroti sifat penyembah sejati yang menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran. Memelihara kehidupan doa yang bersemangat dan pengalaman liturgi yang bermakna sangat penting untuk pertumbuhan spiritual kaum muda. Gereja hendaknya menyediakan beragam bentuk doa dan ibadat yang memadukan praktik tradisional dengan ekspresi iman kontemporer. Dengan menawarkan berbagai bentuk doa, menciptakan pengalaman liturgi yang menarik, dan mendorong doa pribadi, Gereja memungkinkan kaum muda untuk terhubung dengan Tuhan dengan cara yang otentik dan bermakna. Itu berarti memupuk hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan, memupuk pertumbuhan spiritual, dan memperkuat komitmen mereka pada iman Katolik.

Follow up plan: Untuk secara efektif menindaklanjuti memelihara kehidupan doa yang bersemangat dan pengalaman liturgi yang bermakna, Gereja dapat menyelenggarakan pertemuan doa reguler yang dirancang khusus untuk kaum muda, menggabungkan berbagai bentuk doa seperti doa kontemplatif, pujian dan penyembahan, dan lectio divina. Menciptakan pengalaman liturgi yang menarik dapat melibatkan penggabungan unsur-unsur seperti musik, seni, dan presentasi multimedia yang beresonansi dengan kepekaan kaum muda. Selain itu, menawarkan sumber daya dan bimbingan tentang praktik doa pribadi, seperti jurnal, meditasi, atau bacaan renungan, dapat membantu kaum muda memupuk hubungan yang lebih dalam dan intim dengan Tuhan. Dengan mengimplementasikan rencana tindak lanjut ini, Gereja dapat memberi kaum muda beragam jalan untuk bertemu Tuhan dalam doa dan mengalami kekayaan tradisi liturgi Katolik, dengan demikian mendorong pertumbuhan spiritual mereka dan memperkuat komitmen mereka terhadap iman.

9. Accompaniment and Discernment  (pendampingan dan penegasan) adalah aspek penting dari misi Gereja Katolik kepada kaum muda. Gereja mengakui pentingnya berjalan bersama kaum muda dalam perjalanan iman mereka, memberi mereka mentor spiritual, mendorong proses penegasan, dan membimbing mereka melalui tantangan dan keputusan hidup. Perikop Amsal 19:20 mendukung gagasan ini dengan menyoroti nilai mendengarkan nasihat dan menerima disiplin, yang pada akhirnya mengarah pada kebijaksanaan.

"Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan."(Amsal 19:20)


Perikop Amsal 19:20 menekankan pentingnya mencari bimbingan dan terbuka untuk belajar dari orang lain. Hal ini mendorong kerendahan hati, menyadari bahwa nasihat yang bijak dan didikan berkontribusi pada pertumbuhan dan pemahaman pribadi.

Komitmen Gereja untuk mendampingi kaum muda dalam perjalanan iman mereka melibatkan penyediaan pembimbing atau pembimbing rohani yang dapat memberikan bimbingan, dukungan, dan kebijaksanaan. Mentor ini bisa seorang imam, suster atau bruder, pemimpin awam, atau individu berpengalaman yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang iman Katolik dan bersedia berjalan bersama kaum muda. Mereka melayani sebagai panutan, menawarkan wawasan, arahan spiritual, dan bantuan dalam membedakan kehendak Tuhan dalam hidup mereka.

Membina proses penegasan adalah aspek penting lainnya dalam mendampingi kaum muda. Gereja hendaknya menyediakan ruang dan sumber daya bagi kaum muda untuk mengeksplorasi dan membedakan panggilan, pilihan hidup, dan keputusan mereka dalam terang iman mereka. Ini bisa dilakukan melalui retret, lokakarya rohani, atau program yang memfasilitasi refleksi diri, doa, dan percakapan dengan mentor dan teman sebaya. Ketajaman proses pendampingan dan penegasan membantu kaum muda menyelaraskan pilihan mereka dengan rencana Allah dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam akan tujuan dan arah dalam hidup mereka.

Pendampingan dan penegasan sangat penting selama tantangan dan transisi hidup. Kaum muda sering menghadapi berbagai pergumulan, seperti keraguan tentang iman mereka, penegasan panggilan, hubungan, dan tekanan sosial. Dengan memberikan bimbingan dan dukungan, Gereja membantu kaum muda menghadapi tantangan-tantangan ini sambil tetap berpijak pada identitas dan nilai-nilai Katolik mereka.

Perikop Amsal 19:20 menegaskan penekanan Gereja pada pendampingan dan penegasan.  Hal ini mendorong kaum muda untuk mendengarkan nasihat dan menerima didikan, menyadari bahwa mencari kebijaksanaan dari orang lain adalah bagian berharga dari perjalanan mereka. Gereja, melalui mentor dan proses penegasannya, memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk membantu kaum muda membuat keputusan yang tepat dan tumbuh dalam kebijaksanaan dan iman.

Pada akhirnya, tujuan dari pendampingan dan penegasan adalah memberdayakan kaum muda untuk memiliki iman mereka dan membuat pilihan yang selaras dengan kehendak Tuhan. Hal ini melibatkan memelihara hubungan pribadi mereka dengan Tuhan, memberi mereka alat dan sumber yang diperlukan untuk memahami rencana-Nya, dan menawarkan bimbingan dan dukungan saat mereka menjalani kompleksitas kehidupan.

Singkatnya, perikop Amsal 19:20 menyoroti nilai dari mendengarkan nasihat dan menerima didikan, yang menuntun pada hikmat. Pendampingan dan penegasan adalah komponen penting dari misi Gereja kepada kaum muda. Dengan menyediakan mentor spiritual, mendorong proses penegasan, dan membimbing mereka melalui tantangan dan keputusan hidup, Gereja memperlengkapi kaum muda untuk mengarahkan perjalanan iman mereka secara efektif. Hal ini juga berarti mengakui perlunya bimbingan, dukungan, dan hikmat dalam membuat pilihan yang sejalan dengan rencana Tuhan dan memberdayakan mereka untuk bertumbuh dalam iman dan pemuridan.

Follow up plan: Untuk menindaklanjuti pendampingan dan penegasan secara efektif, Gereja dapat menetapkan program bimbingan yang memasangkan kaum muda dengan individu berpengalaman yang dapat menawarkan bimbingan dan dukungan rohani. Menyediakan sumber daya dan lokakarya tentang proses penegasan, seperti retret atau seminar yang berfokus pada pengambilan keputusan dan refleksi doa, dapat membantu kaum muda menentukan pilihan hidup yang penting. Selain itu, mengintegrasikan arahan spiritual dan layanan konseling pastoral di dalam paroki dapat memberikan ruang yang aman bagi kaum muda untuk mencari bimbingan dan menerima dukungan pribadi dalam perjalanan iman mereka. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja memastikan bahwa kaum muda memiliki alat dan dukungan yang diperlukan untuk mengetahui kehendak Allah dan membuat pilihan berdasarkan informasi yang selaras dengan iman dan nilai-nilai mereka.

10. Formation on Moral and Ethical Issues (pembinaan tentang masalah moral dan etika) merupakan aspek penting dari misi Gereja Katolik, khususnya mengenai tantangan yang dihadapi kaum muda di dunia saat ini. Gereja mengakui pentingnya memberikan bimbingan dan dukungan untuk membantu kaum muda mengatasi masalah yang kompleks seperti hubungan, seksualitas, bioetika, dan etika media sosial. Dalam membahas topik-topik ini, perikop dari Korintus 10:31 berfungsi sebagai landasan teologis, yang menyatakan, 

"Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (Korintus 10:31)


Ayat ini menekankan prinsip menyeluruh bahwa setiap aspek kehidupan orang beriman harus dijalani dengan tujuan membawa kemuliaan bagi Tuhan. Hal ini mengingatkan kaum muda bahwa pilihan moral dan etika mereka, termasuk yang terkait dengan hubungan, seksualitas, bioetika, dan media sosial, harus selaras dengan keyakinan dan nilai-nilai dalam rangka memulyakan Tuhan. Dengan melakukan itu, mereka menghormati Tuhan dan mencerminkan komitmen mereka untuk mengikuti ajaran-Nya.

Dalam konteks hubungan, perikop tersebut mengajak kaum muda untuk mengutamakan cinta dan rasa hormat dalam interaksi mereka. Ini mendorong mereka untuk mencari hubungan yang sehat dan berpusat pada Tuhan yang menghormati martabat setiap orang yang terlibat. Ini juga termasuk memupuk kebajikan seperti kesabaran, kebaikan, pengampunan, dan tidak mementingkan diri sendiri, yang semuanya berkontribusi untuk membangun hubungan yang otentik dan penuh kasih.

Mengenai seksualitas, ayat tersebut mengingatkan kaum muda untuk mendekati aspek kehidupan mereka ini dengan rasa hormat dan tanggung jawab. Hal ini mendorong mereka untuk memahami dan menghormati karunia seksualitas manusia sebagai bagian dari rencana Tuhan, mempromosikan kemurnian, kesucian, dan kekudusan pernikahan Katolik. Dengan menganut pandangan holistik tentang seksualitas manusia, kaum muda dapat membuat pilihan berdasarkan informasi yang menghormati martabat mereka sendiri dan martabat orang lain.

Di bidang bioetika, bagian ini menyoroti pentingnya pertimbangan etis dalam perawatan medis, penelitian genetik, dan masalah terkait lainnya. Perikop kitab suci ini mengajak umat Katolik untuk mempertimbangkan dengan hati-hati kesucian hidup manusia, martabat pribadi, dan tanggung jawab pelayanan kemajuan medis dan ilmiah sejalan dengan ajaran dan prinsip moral Gereja Katolik.


Selanjutnya, di era media sosial, ayat tersebut mengingatkan kaum muda untuk mendekati kehadiran dan interaksi online mereka dengan integritas dan tanggung jawab. Hal ini mendorong mereka untuk menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan cinta, kebaikan, dan kebenaran, daripada terlibat dalam perilaku berbahaya atau tidak bermoral. Dengan memanfaatkan platform media sosial dengan cara yang mencerminkan keimanan mereka, kaum muda dapat berkontribusi pada lingkungan digital yang lebih positif dan bermakna.

Singkatnya, perikop dari Korintus 10:31 mendukung misi Gereja Katolik dalam memberikan bimbingan tentang masalah moral dan etika yang dihadapi kaum muda. Ini membutuhkan pendekatan holistik, menekankan bahwa semua aspek kehidupan harus dijalani untuk kemuliaan Tuhan. Dengan menyelaraskan pilihan mereka dalam hubungan, seksualitas, bioetika, dan etika media sosial dengan keyakinan mereka, kaum muda dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang mencerminkan komitmen mereka untuk menghormati Tuhan dan mengangkat martabat semua individu.

Follow up plan: Untuk secara efektif menindaklanjuti dalam mengatasi tantangan moral dan etika kontemporer, Gereja dapat mengembangkan program dan sumber pendidikan komprehensif yang secara khusus membahas topik-topik seperti hubungan, seksualitas, bioetika, dan etika media sosial. Sumber daya ini dapat mencakup lokakarya, seminar, dan kelompok diskusi yang melibatkan kaum muda dalam dialog yang bijaksana dan memberi mereka panduan praktis yang berakar pada ajaran Katolik. Selain itu, memelihara lingkungan yang terbuka dan tidak menghakimi di dalam paroki, di mana kaum muda merasa nyaman mencari bimbingan dan mengajukan pertanyaan, sangatlah penting. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja memastikan bahwa kaum muda menerima pembinaan dan dukungan yang diperlukan untuk menavigasi masalah moral dan etika yang kompleks, memungkinkan mereka membuat pilihan yang selaras dengan iman dan nilai mereka.

11. Interfaith Dialogue and Ecumenism (dialog antaragama dan ekumenisme) sangat penting bagi misi Gereja Katolik untuk memupuk pengertian, rasa hormat, dan persatuan di antara kaum muda. Mendorong dialog dan kerja sama dengan komunitas agama lain memungkinkan eksplorasi beragam perspektif tentang iman, mempromosikan pemahaman yang lebih luas tentang kehadiran dan rencana Allah di dunia. Ini menumbuhkan rasa kemanusiaan yang sama dan memperkuat ikatan cinta dan solidaritas. Perikop Roma 10:12 mendukung sikap teologis ini dengan menyoroti kesetaraan semua orang di hadapan Tuhan dan kekayaan berkat yang diberikan kepada mereka yang berseru kepada-Nya.

Perikop Roma 10:12 menyatakan, 

"Karena tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi — Tuhan yang sama adalah Tuhan atas semua dan dengan limpah memberkati semua orang yang memanggilnya." (Roma 10:12)

Ayat ini menekankan keinklusifan kasih Allah dan keuniversalan berkat-berkat-Nya. Ditegaskan bahwa tidak ada pembedaan atau superioritas berdasarkan latar belakang agama atau suku. Dalam konteks dialog antaragama dan ekumenisme, perikop ini mengingatkan kaum muda bahwa semua individu, terlepas dari afiliasi agamanya, dipanggil untuk mencari dan memanggil Tuhan yang sama.

Dialog antaragama melibatkan percakapan yang penuh hormat dan terbuka antara orang-orang dari tradisi agama yang berbeda. Ini memberikan kesempatan bagi kaum muda untuk belajar tentang kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai orang lain, yang mengarah pada apresiasi yang lebih dalam terhadap kekayaan dan keragaman pengalaman keagamaan. Terlibat dalam dialog membantu memecah stereotip, menghilangkan kesalahpahaman, dan membangun jembatan pemahaman dan rasa hormat.

Ekumenisme, di sisi lain, berfokus pada memupuk persatuan dan kerja sama di antara denominasi Kristen. Itu mendorong kaum muda untuk mengakui kepercayaan dan nilai bersama yang menyatukan orang Kristen, terlepas dari perbedaan teologis. Dengan mempromosikan kerja sama di bidang-bidang yang menjadi perhatian bersama, seperti prakarsa keadilan sosial atau kebaktian doa, kaum muda dapat mengalami ikatan kasih dan persekutuan yang melampaui batas-batas denominasi.

Terlibat dalam kegiatan lintas agama dan inisiatif ekumenis memungkinkan kaum muda untuk menumbuhkan empati, rasa hormat, dan perspektif yang lebih luas tentang iman. Ini membantu mereka melihat benang merah dan nilai-nilai moral bersama yang ada di antara berbagai tradisi agama. Dengan bekerja sama, kaum muda dapat mengatasi masalah sosial, mempromosikan perdamaian, dan berkontribusi untuk kemajuan masyarakat.

Perikop Roma 10:12 ini mendukung dasar teologis untuk dialog antaragama dan ekumenisme. Hal ini menekankan kesetaraan semua individu di hadapan Tuhan, terlepas dari latar belakang agama mereka. Perikop ini mengingatkan kaum muda bahwa kasih Tuhan menjangkau semua orang dan bahwa melalui dialog dan kerja sama yang penuh hormat, mereka dapat mengalami kekayaan pengalaman religius yang beragam.

Melalui dialog antaragama dan prakarsa ekumenis, kaum muda dapat memperdalam iman mereka sendiri, memperluas pemahaman mereka tentang rencana Tuhan, dan memupuk persatuan dan rasa hormat di antara komunitas agama yang berbeda. Dialog ini memungkinkan mereka untuk merangkul peran mereka sebagai duta cinta, rekonsiliasi, dan pengertian di dunia yang sering dipisahkan oleh perbedaan agama.

Singkatnya, perikop Roma 10:12 menyoroti kesetaraan semua orang di hadapan Tuhan dan berkat yang diberikan kepada mereka yang berseru kepada-Nya. Mendorong dialog antaragama dan kerja sama ekumenis di antara kaum muda mempromosikan pemahaman, rasa hormat, dan persatuan. Dengan terlibat dalam dialog dan prakarsa dengan orang-orang yang berbeda agama, kaum muda dapat memperluas perspektif mereka, membina ikatan kemanusiaan yang sama, dan berkontribusi pada dunia yang lebih harmonis dan penuh kasih.

Follow up plan: Untuk menindaklanjuti peningkatan dialog antaragama dan kerjasama ekumenis, Gereja dapat menyelenggarakan acara, konferensi, dan lokakarya antaragama yang menyatukan kaum muda dari latar belakang agama yang berbeda. Platform ini dapat memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman, mendiskusikan nilai-nilai bersama, dan membangun hubungan berdasarkan rasa saling menghormati. Selain itu, Gereja dapat mendorong proyek dan prakarsa pelayanan masyarakat bersama yang menangani masalah sosial, memupuk kerja sama, dan menunjukkan kekuatan persatuan dalam memajukan keadilan dan perdamaian. Dengan menerapkan rencana tindak lanjut ini, Gereja memberdayakan kaum muda untuk secara aktif terlibat dalam dialog antaragama, berkontribusi pada pemahaman antaragama, dan bekerja menuju masyarakat yang lebih inklusif dan berbelas kasih.

12. Family Engagement (keterlibatan keluarga) sangat penting dalam pembinaan iman kaum muda, dan Gereja Katolik mengakui pengaruh signifikan yang dimiliki orang tua dan wali dalam membentuk kehidupan rohani anak-anak mereka. Secara aktif melibatkan keluarga dalam kegiatan Gereja dan memberi mereka sumber daya dan dukungan memperkuat peran mereka sebagai pendidik utama iman. Integrasi antara rumah dan Gereja ini memungkinkan pendekatan holistik untuk memelihara pertumbuhan rohani kaum muda. Perikop Ulangan 6:4-7 mendukung penjelasan teologis ini dengan menekankan pentingnya orang tua menanamkan perintah-perintah Allah kepada anak-anak mereka dan mendiskusikannya dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.

Bagian dari Ulangan 6:4-7, yang dikenal sebagai Shema, adalah kitab dasar dalam Yudaisme dan Kekristenan. Dikatakan, 

"Dengarlah, hai Israel: Tuhan, Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Perintah-perintah yang kuberikan kepadamu hari ini harus dilakukan hati Anda. Buat mereka terkesan pada anak-anak Anda. Bicarakan tentang mereka saat Anda duduk di rumah dan saat Anda berjalan di sepanjang jalan, saat Anda berbaring dan saat Anda bangun." (Ulangan 6: 4-7)

Perikop ini menggarisbawahi tanggung jawab orang tua dan wali untuk meneruskan pengetahuan dan kasih Allah kepada anak-anak mereka. Hal ini menyoroti pentingnya mengintegrasikan iman ke dalam semua aspek kehidupan keluarga. Gereja mengakui panggilan alkitabiah ini dan secara aktif mendorong serta mendukung keluarga dalam peran mereka sebagai pendidik iman utama.

Dengan melibatkan orang tua dan wali dalam proses pembentukan iman, Gereja mengakui bahwa rumah adalah lingkungan pertama dan paling berpengaruh di mana kaum muda belajar tentang iman mereka. Ketika keluarga terlibat dalam doa, membahas tulisan suci, berperan serta dalam ritual keagamaan, dan menjalankan nilai-nilai Injil bersama, anak-anak menyaksikan iman yang hidup dari orang tua mereka dan mengalami iman dengan cara yang nyata.

Gereja menyediakan sumber daya dan dukungan untuk memberdayakan orang tua dan wali dalam peran mereka sebagai pendidik iman. Sumber daya ini dapat mencakup materi katekese, panduan pengasuhan anak, retret, dan lokakarya yang membekali keluarga dengan alat yang diperlukan untuk memelihara iman anak-anak mereka. Gereja juga memupuk rasa kebersamaan di antara keluarga, menawarkan kesempatan bagi mereka untuk berhubungan dengan keluarga lain, berbagi pengalaman, dan saling mendukung dalam perjalanan iman mereka.

Dengan melibatkan keluarga secara aktif, Gereja menciptakan integrasi tanpa batas antara rumah dan komunitas iman yang lebih besar. Integrasi ini memungkinkan pendekatan yang konsisten dan komprehensif untuk pembinaan iman. Ini membantu kaum muda memahami bahwa iman mereka tidak terbatas pada Misa hari Minggu atau kelas pendidikan agama tetapi menembus setiap aspek kehidupan mereka.

Perikop Ulangan 6:4-7 ini memperkuat dasar teologis untuk keterlibatan keluarga dalam pembentukan iman orang muda. Hal itu memanggil orang tua dan wali untuk menekankan perintah-perintah Tuhan pada anak-anak mereka, menekankan pentingnya berdiskusi dan mengintegrasikan iman ke dalam kehidupan sehari-hari. Perikop ini berfungsi sebagai pengingat bahwa iman tidak dimaksudkan untuk dikotak-kotakkan tetapi harus menjadi bagian integral dari kehidupan keluarga dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Follow up plan: Untuk mendukung orang tua dan wali dalam peran mereka sebagai pendidik utama iman, Gereja dapat menawarkan lokakarya dan seminar yang secara khusus dirancang bagi orang tua untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran dan praktik Katolik. Sesi-sesi ini dapat memberikan panduan praktis tentang bagaimana mengintegrasikan iman ke dalam kehidupan keluarga sehari-hari, seperti berdoa bersama, membaca Kitab Suci, dan mendiskusikan topik moral dan etika. Gereja juga dapat mengembangkan sumber-sumber, seperti panduan doa keluarga atau materi katekese, yang dapat digunakan orang tua di rumah untuk memperkuat ajaran Gereja. Dengan memberikan dukungan berkelanjutan dan memperlengkapi orang tua dengan alat yang diperlukan, Gereja memberdayakan keluarga untuk menciptakan lingkungan pengasuhan di mana kaum muda dapat bertumbuh dalam iman mereka dan mengembangkan landasan yang kuat untuk perjalanan rohani mereka.

Kesimpulan

Visi Gereja Katolik yang vital dan viral bagi kaum muda yang lahir dari gagasan utama bahwa Gereja yang hidup dan menarik bagi kaum muda membutuhkan pendekatan yang terencana dan komprehensif. Dengan memprioritaskan pembinaan holistik, Gereja mengakui kebutuhan kaum muda yang beraneka segi dan berusaha untuk menangani kesejahteraan spiritual, intelektual, emosional, dan fisik mereka. Melalui kesaksian autentik, Gereja memastikan bahwa para anggotanya, khususnya para klerus dan pemimpin kaum muda, mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Yesus Kristus, memberikan teladan sejati kepada kaum muda untuk ditiru. Pengembangan katekese yang relevan dan menarik menggunakan metode inovatif, teknologi, dan sumber daya interaktif untuk terhubung dengan kaum muda, menjadikan ajaran Gereja dapat diterima dan menarik bagi kehidupan sehari-hari mereka. Pemberdayaan dan partisipasi memberi kaum muda suara dan kepentingan dalam proses pengambilan keputusan Gereja, memupuk rasa memiliki dan memiliki. Mengejar keadilan sosial dan advokasi menunjukkan komitmen Gereja untuk mengangkat yang terpinggirkan dan tertindas, mendorong kaum muda untuk secara aktif terlibat dalam membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil dan penuh kasih. Hubungan yang otentik dan rasa komunitas yang kuat memberikan dukungan, koneksi, dan kesempatan kepada kaum muda untuk berbagi pengalaman, keraguan, dan pertanyaan mereka. Integrasi teknologi mengenali lanskap digital yang dihuni kaum muda, menggunakannya sebagai alat yang ampuh untuk menjangkau, berkomunikasi, dan menciptakan komunitas virtual. Memelihara kehidupan doa yang bersemangat dan pengalaman liturgi yang bermakna menanamkan dalam diri orang muda hubungan yang mendalam dengan Tuhan dan komunitas iman mereka. Pendampingan dan penegasan memastikan bahwa kaum muda dibimbing melalui perjalanan iman mereka, dilengkapi dengan mentor dan proses untuk menavigasi tantangan dan keputusan hidup. Pembinaan tentang isu-isu moral dan etika membekali kaum muda untuk membuat pilihan berdasarkan informasi yang selaras dengan nilai-nilai iman mereka, memberdayakan mereka untuk menjalani kehidupan yang baik di dunia yang kompleks. Terlibat dalam dialog antaragama dan ekumenisme mempromosikan pemahaman, rasa hormat, dan persatuan di antara tradisi agama yang berbeda, memelihara perspektif yang lebih luas tentang iman dan memperkuat ikatan kemanusiaan bersama. Terakhir, mengakui pengaruh keluarga, Gereja secara aktif melibatkan orang tua dan wali, mendukung mereka sebagai pendidik utama iman dan menciptakan integrasi tanpa batas antara rumah dan Gereja.

Dengan memasukkan dua belas poin penting ini ke dalam jalinan misinya, Gereja Katolik dapat bangkit dan mewujudkan masa depan di mana kaum muda menemukan inspirasi, rasa memiliki, dan tujuan dalam pelukannya. Melalui pendekatan holistik dan niat yang diuraikan di atas, Gereja dapat benar-benar menjadi kekuatan vital dan viral dalam kehidupan kaum muda, memberdayakan mereka untuk merangkul iman mereka, melayani orang lain, dan berpartisipasi aktif dalam membentuk dunia dengan cinta, keadilan, dan kasih sayang. Semoga Gereja Katolik terus berkembang, beradaptasi, dan menjadi cahaya penuntun bagi kaum muda, menginspirasi mereka untuk menjalani kehidupan yang berakar pada ajaran Yesus Kristus, dan pada akhirnya mengubah dunia untuk kemuliaan Allah.

Referensi:

1. EVANGELII GAUDIUM SUKACITA INJIL  Seruan Apostolik Paus Fransiskus, 24 November 2013

2. Pope Francis. (2019). Christus Vivit: Post-Synodal Apostolic Exhortation to Young People and to the Entire People of God. Vatican City: Libreria Editrice Vaticana.

3. Pedoman Pastoral untuk Perayaan Hari Orang Muda Sedunia di Gereja-Gereja Partikular,  Seri Dokumen Gerejawi, Dikasteri untuk Awam, Keluarga dan Kehidupan, Vatikan, 22 April 2021.

4. Surat Cinta Orang Muda Katolik untuk Gereja Indonesia, sebuah pesan tulus yang ditulis oleh orang muda Katolik yang berkumpul di Palembang pada Indonesian Youth Day III dari tanggal 26 hingga 30 Juni 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun