Akan tetapi bukan berarti kaum perempuan tidak berkontribusi dalam sebuah peperangan. Para perempuanlah yang menyiapkan perbekalan untuk berperang. Para perempuanlah yang merelakan suami atau anak mereka pergi ke medan perang, kaum perempuan yang menjaga dan merawat anak-anak keturunan yang masih kecil-kecil. Urusan domestik yang dilakukan perempuan bukan hal yang bisa dianggap sepele dalam sebuah perjuangan.
Akan tetapi ada perempuan yang sekarang dikenal dengan istilah Alpha Female yang juga bisa dominan di banyak pekerjaan dan posisi yang sama atau lebih tinggi dari laki-laki.Â
Di tiap zaman atau generasi kemungkinan besar ada golongan perempuan seperti ini. Hanya tidak terekspos atau bisa jadi ada pengereman dari perempuan sendiri untuk tidak menonjol. Perkembangan zaman, budaya, ilmu pengetahuan, turut membuka cakrawala baru bahwa perempuan bisa dan boleh menjadi pemimpin di bidang-bidang yang dikuasai.
Kembali ke perempuan nusantara masa dulu tentu ada perempuan baik kalangan ningrat ataupun rakyat biasa yang mempunyai karakter sebagai alpha female. Apalagi saat ada ketidakadilan, penjajahan, dan pemaksaan kehendak dari pihak tertentu kepada kaum perempuan, penolakan bahkan perlawanan bisa saja pernah dilakukan tapi mungkin kasusnya lebih individu dan lagi-lagi tidak tercatat.
Salah satu yang menurut penulis mempunyai karakter alpha female yang jarang diangkat di buku sejarah anak sekolahan adalah Ratu Kalinyamat.Â
Penjajah Portugis pernah membuat catatan tentang Ratu Kalinyamat, "Portugis rainha de Japara, senhora poderosa e rica, de kranige Dame." Â Ratu Kalinyamat seorang ratu di Jepara sebagai yang kaya raya, memiliki kekuasaan yang luas, serta pemberani.Â
Menurut catatan Ratu Kalinyamat lahir tahun 1520 dan meninggal tahun 1579, dengan nama Retna Kencana, jauh sebelum pahlawan perempuan Indonesia lainnya di beberapa daerah.Â
Ratu Kalinyamat adalah putri dari Sultan Trenggono, Raja Demak (1521-1546) dan cucu dari Raden Patah, sultan Demak Pertama. Pribadinya dikenal cerdas, berwibawa, berani, dan bijaksana.
Ratu Kalinyamat menikah dengan Pangeran Hadlirin (Sayyid Abdurrahman Ar Rumi), seorang pendatang dari Aceh yang turut menyebarkan agama Islam di Jawa. Namun Pangeran Hadlirin meninggal pada tahun 1549 oleh orang suruhan Arya Penangsang. Mereka tidak dikaruniai keturunan. Akan tetapi Ratu Kalinyamat menjadi ibu asuh bagi anak-anak kerabatnya. Salah satunya adalah Pangeran Arya, putera dari Maulana Hasanuddin, Raja Banten.
Sepeninggal suaminya, Ratu Kalinyamat naik tahta menjadi Ratu Kerajaan Kalinyamat dan mulai berperang sebagai pemimpin yang disegani termasuk berperang melawan pasukan Arya Penangsang yang membunuh suaminya.
Ratu Kalinyamat membangun ekonomi Jepara yang menjadikan pelabuhan Jepara menjadi jalur perdagangan penting di wilayah pantai utara Jawa.Â