Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama Pilihan

Investasi Hijau Syarat Indonesia Maju

31 Juli 2022   17:15 Diperbarui: 31 Juli 2022   17:23 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memegang Presidensi G20 di tahun 2022 ini akan menjadi catatan tersendiri. Ini akan menjadi titik tolak menjadi bangsa yang berdaulat, maju, dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain seperti diamanatkan dalam UUD negara kita. 

Meskipun permasalahan dunia semakin komplek dengan adanya pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir, perang antara Rusia dengan Ukraina, inflasi yang mengancam banyak negara mengalami kebangkrutan, dan tentunya tantangan-tantangan lain yang akan menghadang di berbagai bidang.

Indonesia adalah kekuatan ekonomi dunia baru yang sebelumnya sudah dilirik oleh negara G7 sebagai inisiator untuk mengembangkan forum kerjasama yang lebih besar lagi. Maka jadilah G20 yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU) menjadi forum kerja sama multilateral yang merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia.

Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 ini di angka 5.1% dan diprediksi akan meningkat ke 5.3% di tahun 2023 dan 2024 bisa dikatakan perekonomikan Indonesia stabil meskipun permasalahan ekonomi dunia dalam kondisi cukup genting. 

Sedangkan berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) di kisaran 1.247,35 miliar dolar dan PDB per kapita di angka 5.538,15 dolar adalah sebuah pencapaian yang positif.

Meskipun demikian kita tidak dapat memungkiri bahwa jumlah kemiskinan masih cukup besar angkanya. Tingkat kemiskinan Indonesia per Maret 2022 turun menjadi 9.54 persen dari semula 9.71 persen di bulan September 2021 tapi jika dilihat jumlah kategori miskin sekitar 26.308.000 jiwa dari 275.770.000 jiwa penduduk Indonesia tentu bukan jumlah yang sedikit.

Pandemi COVID-19 tentunya membuat pengentasan kemiskinan menjadi terhambat meskipun dilakukan beberapa upaya menahan hal tersebut. Uangnya terbatas akan tetapi kebutuhannya banyak untuk beragam program yang dirancang. 

Sedangkan dalam situasi genting, sebagian masyarakat sendiri tidak punya daya untuk mengatasinya sendiri. Semua sedang susah sehingga yang punya pun sedikit mengerem semua pengeluarannya. 

Masyarakat dengan daya terbatas ini yang rentan terus terjebak dalam putaran kemiskinan. Belum lagi ancaman jebakan pendapatan kelas menengah alias middle income trap yang juga mengemuka dan isu lingkungan yang semakin penting dijadikan pondasi dalam mengambil setiap langkah. 

Isu lingkungan harus selalu diikutkan dalam membuat keputusan dan kebijakan. Buminya cuma satu tapi penghuninya bermiliar-miliar. Belum ada alternatif tempat tinggal manusia yang ajeg yang bisa dipilih meskipun terobosan teknologi mulai dilakukan berbagai pihak. Pilihan paling rasional saat ini alah terus menjaga dan memperbaiki kondisi bumi.

Oleh karena itu untuk mengatasinya harus ada program besar berkesinambungan dari pemerintah dan lembaga negara termasuk Bank Indonesia sebagai otoritas yang mengawasi dunia finasial di tanah air. Kunci peradaban manusia selain teknologi adalah uang. Bagaimana pun uang yang membuat roda kehidupan berjalan. 

Bank Indonesia sebagai bank sentral membawa peranan besar dalam membuat kebijakan finansial, menjaga pertumbuhan investasi, baik dari dalam maupun luar negeri yang menjadi pondasi bagi dunia usaha bergerak dan beraktivitas di negara tercinta ini.

Peningkatan pendapatan negara merupakan cerminan penghasilan masyarakat. Jika peningkatan ekonomi nasional selalu di atas rata-rata peningkatan ekonomi dunia maka Indonesia dapat melaju menjadi negara maju yang artinya sebuah negara mampu membiayai kebutuhan hidup masyarakatnya baik secara swadaya maupun swasembada karena rakyat punya pekerjaan dan penghasilan.

Ke depan, tidak ada pilihan lain selain melakukan investasi hijau secepat dan sebanyak mungkin potensi yang bisa dikembangkan. Semakin cepat, semakin banyak bidang usaha yang mengadopsi investasi hijau maka semakin terbuka kesempatan untuk kita untuk selamat hidup dan beraktivitas di bumi ini. 

Sumber daya alam tak terbarukan akan habis dalam beberapa masa mendatang sedangkan manusia akan semakin bertambah yang otomatis kebutuhan pun akan meningkat. Bagaimana bisa memberi makan yang tidak hanya cukup tapi bergizi bagi seluruh rakyat Indonesia? 

Bagaimana meningkatkan 26.308.000 jiwa yang miskin menjadi berdaya? Sedangkan dengan harga bahan makanan terus meningkat akibat inflasi, impor, maupun tidak ekonomis dan tidak tepat sasarannya sebagian produk pertanian yang dihasilkan di dalam negeri. 

Sudah selayaknya membuat pemetaan dan kebijakan hijau yang komprehensif. Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang besar maka ada banyak alternatif terobosan kebijakan yang bisa diambil agar Indonesia menjadi negara yang tidak hanya survive tapi juga menjadi winner dan syukur-syukur menjadi leader di tengah situasi dunia yang penuh gejolak. 

Investasi hijau adalah masa sekarang dan masa depan Indonesia. Energi adalah mesin pendorong dan penggerak sebuah peradaban. Energi yang hijau dan bersih tidak hanya menjadi sumber kekuatan tapi juga sumber kesehatan. 

Jika tanah, air, dan udara Indonesia diperlakukan secara hijau dan bersih maka akan menghasilkan output yang lebih sehat dan lebih bersih, yang dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakatnya sendiri. Masyarakat yang sehat jasmani dan rohani, akan lebih dapat bersaing dan menghasilkan karya-karya, kreativitas, penemuan yang brilian.

Masa depan Indonesia dimulai dengan investasi pada industri hijau secara komprehensif di segala sendi kehidupan | Foto: winpoin.com
Masa depan Indonesia dimulai dengan investasi pada industri hijau secara komprehensif di segala sendi kehidupan | Foto: winpoin.com

Bangsa ini harus lebih banyak berinvestasi pada lingkungan seperti penanaman mangrove di sepanjang garis pantai Indonesia semaksimal mungkin. Mangrove terbukti mencegah abrasi dan erosi pantai, mencegah bencana tsunami, dan tempat tinggal bagi ikan, udang, dan hasil lautan dangkal yang luar biasa.

Bangsa ini harus lebih banyak berinvestasi pada hutan. Indonesia sebagai kawasan tropis adalah pemilik hutan hujan tropis yang besar yang sayangnya makin banyak berkurang. 

Kembalikan dan ciptakan hutan hujan tropis di daerah gundul. Maka kehidupan akan tercipta. Tidak hanya aneka flora tetapi juga aneka fauna yang bisa meningkatkan produksi karbon. Karbon akan menjadi salah satu bisnis hijau yang amat prospektif di masa depan.

Bangsa ini harus lebih banyak berinvestasi pada investasi hijau penghasil bahan makanan, pakaian, perumahan yang ramah lingkungan dan mandiri. Jika kebutuhan pokok dapat dihasilkan secara mandiri maka minimal pengeluaran pokok dapat berputar di dalam negeri sendiri yang tentunya dapat menekan impor dan belanja devisa yang besar.

Bangsa ini harus lebih banyak berinvestasi pada angin, sinar matahari, panas bumi, arus laut, arus sungai, dan membuat turbin-turbin pembangkit listrik yang masif dan tersebar di seluruh penjuru tanah air sehingga kedaulatan energi bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat dari Sabang hingga Merauke. 

Energi yang memadai dapat digunakan lebih banyak lagi untuk kegiatan yang produktif sehingga semua daerah terang. Terang daerahnya, terang pula pemikiran rakyatnya sehingga bangsa ini menjadi besar bukan hanya sekadar mimpi di awang-awang tapi mimpi yang dapat diraih, mimpi yang mungkin untuk dicapai dengan satu langkah pasti, dengan satu langkah berani, berinvestasi hijau demi anak cucu kita di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun