Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Puncak Macet 17 Jam, Kenapa Masih Jadi Favorit Liburan Warga Jabodetabek?

4 Maret 2022   11:16 Diperbarui: 4 Maret 2022   11:20 3232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kawasan Puncak yang hijau, indah, dengan udara yang menyegarkan | Foto: AllIndonesiaTourism.com

Tetapi semenjak tsunami di Anyer ditambah pandemi selama dua tahun belakangan, wisatawan Jabodetabek agak berkurang. Sedangkan Puncak dan Lembang mulai kembali menggeliat meski pandemi belum berakhir.

Sementara di sisi lain kawasan seperti Kepulauan Seribu masih kurang maksimal mendapat perhatian warga untuk berlibur. Padahal Pulau Seribu punya banyak pulau dan pantai yang cukup indah untuk dinikmati sebagai tempat liburan yang tidak seberapa jauh dari Jakarta sebenarnya. Malahan karena menggunakan kapal atau boat untuk menyeberang tidak akan terkena macet.

Malahan sekarang yang sedang menjadi favorit adalah kawasan PIK 2 alias Pantai Indah Kapuk sebagai tempat kekinian di Jakarta  Itu pun belum bisa bermain air di lautnya hanya di sekitar pantai yang penuh dengan bangunan dan tempat wisata kuliner bergaya modern. Banyak pengunjung yang santai untuk kongkow-kongkow di kawasan hasil reklamasi alias buatan ini sekalian update di media sosial berlatar pemandangan yang instagramable.

Kawasan Lembang Bandung yang dingin pun masih jadi buruan warga Jabodetabek untuk berlibur. Bila sedang musim liburan, untuk ke Lembang pun mulai dari keluar tol Pasteur sudah macet dan antri berjam-jam.

Lalu apakah warga Jabodetabek lebih menyukai wisata pegunungan daripada wisata pantai dan laut?

Padahal Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terluas di dunia. Jawaban sederhana karena banyak orang Indonesia tidak terlalu suka udara panas. Meskipun Indonesia adalah negara tropis di mana matahari ada sepanjang tahun tapi banyak yang cenderung menghindari matahari karena takut kulitnya menjadi hitam, terutama bagi kaum perempuan.

Ditambah lagi kurang ada budaya jalan kaki. Angkutan umum mudah didapat. Angkutan pribadi pun demikian. Jarak hanya ratusan meter saja, mayoritas memilih naik angkot, ojek, atau bawa kendaraan sendiri. Orang lebih suka nongkrong di mal yang berpendingin dibanding di taman-taman umum.

Entah hubungannya valid atau tidak tapi fenomena ini terjadi di kalangan kerabat  ketika memilih liburan di pantai atau di gunung. Sebenarnya semua pun suka liburan di pantai tapi jika waktu terbatas dan hanya bisa memilih satu, berwisata di gunung selalu lebih banyak dipilih dibanding berwisata di pantai.

Jika kalah dalam voting, pilihannya liburan sendiri atau dengan teman yang juga suka dengan liburan di pantai. Bagaimana di lingkungan keluarga kalian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun