Secara logika yang akan menggunakan teknologi metaverse tentu yang punya duit duluan. Tidak bisa disangkal, duit yang menggerakkan teknologi.Â
Ketika dunia metaverse sudah duluan "dikuasai" kaum berduit, bagaimana dengan orang-orang yang masuk belakangan atau bahkan tidak punya akses ke dunia metaverse? Lagi-lagi mereka hanya akan jadi penonton atau pasar saja karena semua lini sudah dibeli, dimonetisasi oleh kaum yang duluan masuk.
Berkaca pada media sosial yang bikin dunia makin gaduh-- kasus ribut pemilu dan lainnya-- selain masih banyak juga digunakan untuk kejahatan, penipuan, hate comment, oleh akun-akun palsu alias anonim, penanganan dari pemilik pun masih jauh dari yang diharapkan.
Teknologi penting. Manusia maju penting. Pada dasarnya yang membedakan manusia dengan makhluk lain selain otak untuk berpikir tentunya adalah nurani. Kemanusiaan kita sebagai manusia. Etika kemanusiaan.
Semaju apapun manusia tanpa nurani hanya akan jadi robot. Secanggih apapun robot hanya sebuah ciptaan manusia.Â
Mampukah manusia memadukan nurani dalam kemajuan teknologi? Apakah nilai nurani selalu bergeser menurun saat berhadapan dengan teknologi?
Yang bisa saya lakukan sebagai orang awam, baik untuk diri sendiri ataupun anak keturunan saya kelak adalah menanamkan nilai agama, nilai-nilai kemanusiaan, cinta kasih, dan kemampuan berpikir kritis sehingga bisa memilih dan memilah mana teknologi yang positif yang bisa ditolerir dan mana yang tidak.
Sejatinya kemajuan teknologi harus selalu diuji dengan pertanyaan-pertanyaan dari nurani kita sebagai insan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H