Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Metaverse: Saat Dunia Imaji Menguji Nurani

29 Desember 2021   08:01 Diperbarui: 29 Desember 2021   11:24 1800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi metaverse | Sumber: Gettyimages

"Ruang realitas virtual di mana pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan yang dihasilkan komputer dan pengguna lain."

Secara sederhana akan ada dunia virtual yang lebih "mirip" dengan kehidupan manusia di bumi dengan karakter yang kita ciptakan sendiri sesuai kemauan kita. 

Akan ada dua "saya", satu "saya" sebagai manusia bumi seperti saat ini, satu lagi "saya" versi metaverse di mana saya bisa mendesain diri saya sesuai dengan yang saya inginkan.

Jika saya di bumi bertampang dan berpostur biasa saja, saya bisa membuat saya versi metaverse semau saya. Bisa lebih tampan, postur tubuh, dan penampilan lebih "sempurna".

Saya versi metaverse pun bisa bekerja, memakai barang-barang yang dijual di dunia sana, membeli properti, kendaraan, dan melakukan aktivitas layaknya di bumi seperti nyata tapi semua tidak nyata. Yang dirasakan adalah sensasi. Teknologi Virtual Reality memungkinkan semua itu terjadi.

Jika sekarang teknologi tersebut masih sebatas di dunia game seperti Roblox atau film seperti Ready Player One, tapi tak lama lagi akan kejadian secara nyata.

Akan tetapi tetap ada aturan main yang akan dibuat oleh pemilik metaverse yang akan kita ikuti. Selain Zuckerberg, masih banyak investor yang akan bermain di dunia metaverse ini. Masalahnya akan ada berapa "dunia virtual" yang benar-benar akan eksis dengan syarat:

  1. Sarana dan prasarananya mendukung
  2. Banyaknya manusia yang mau menjadi warga di metaverse tersebut
  3. Kesempatan yang tersedia secara ekonomi
  4. Pengalaman sensasi apa yang ditawarkan
  5. Biaya yang dikeluarkan apakah akan seimbang dengan kesempatan mencari penghasilan di sana

Hal-hal tersebut baru sebagian saja, masih banyak pertimbangan lain seperti dari sisi keamanan dan perlindungan hukum misalnya yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan di banyak pihak. Bagaimana jika terjadi pelanggaran hukum di dunia metaverse?

Kejadian negatif di dunia metaverse ini yang dikhawatirkan oleh sebagian pakar akan berimbas pada eksistensi manusia bumi. 

Apakah lantas manusia bumi menjadi palsu karena mempunyai hidup yang "sempurna" di dunia metaverse?

Secara psikologi dan sosiologi, bagaimana menghadapi hal tersebut? Ketika sensasi yang dijual tentu berpengaruh pada sisi psikologis pelakunya, jika dilakukan terus menerus akan mempengaruhi perilaku dan budaya. Peradaban dan kebudayaan manusia bumi jelas akan berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun