Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Namja, Kucing Manja yang Menyusul Ibu ke Surga

14 November 2021   07:02 Diperbarui: 14 November 2021   09:17 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kucing bisa menjadi hewan peliharaan yang setia. | Sumber foto: rumahbelajar.com

Pada suatu saat ada kucing kampung yang akhirnya menjadi hewan peliharaan di rumah. Sebenarnya tidak sengaja dipelihara tapi karena kadung suka dan tingkahnya yang bak raja akhirnya dibiarkan tinggal di rumah.

Kucing kampung itu sering muncul di teras rumah setiap menjelang senja. Badannya besar, berbulu putih, dengan ekor pendek. Bila berjalan perutnya gondal-gandul seperti sedang hamil.

Oleh ibu saya diberi alas tidur di pojokan dengan satu ekor ikan goreng sebagai jatah makan malamnya. Begitu setiap hari selama seminggu hingga selanjutnya tidak hanya makan malam tapi seekor lagi ikan atau sepotong ayam goreng untuk makan siangnya.

Oleh adik saya diberi nama Namja yang artinya lelaki dalam bahasa Korea. Ya, ternyata kucing berperut gempal itu jantan. Ukuran tubuhnya lebih besar dari kucing-kucing kampung lainnya yang sering berkeliaran di sekitar rumah tapi hanya Namja yang "berani menetap" dan bahkan "mengancam" kucing lain yang mencoba masuk ke area rumah.

Sejak itu Namja menjadi bagian keluarga kami. Sejak itu pula wilayahnya tidak hanya di teras rumah tapi juga masuk ke dalam rumah. Seluruh sudut bisa dia datangi kecuali kamar tidur. Ia suka sekali ndusel di kaki semua orang tapi yang favorit tentu saja di sebelah ibu seakan anak bayi yang minta dielus-elus.

Makanan dan alas tidur pun berubah. Namja tidak mau makan alias ngambek jika makanan untuknya langsung ditaruh di lantai tanpa alas. Jadi jika memberinya makanan kucing pabrikan harus di atas piring begitu juga jika menunya ikan atau ayam goreng.

Ia tidak suka ikan atau ayam goreng yang dingin yang diambil dari kulkas. Jadi harus digoreng ulang dulu baru ia mau makan. Itu pun sambil menunggu panasnya berkurang setelah digoreng, ia akan ndusel minta ditemani menjelang makan.

Apalagi jika ikan atau ayamnya baru dari pasar dan langsung digoreng khusus untuknya, ia akan melonjak kegirangan dan makan dengan lahap tanpa sisa. Ia juga akan menciumi tubuh kita dan menarik-narik ujung baju sebagai tanda terima kasih. Senyum di wajahnya itu lho yang bikin kita pun ikut tersenyum bahagia karenanya.

Bila musim hujan tiba dan udara dingin terasa hingga ke dalam rumah. Singgasana tidurnya sudah lengkap dengan alas dan selimut tebal. Bila diberi selimut kain biasa apalagi kotor, ia akan ngambek dan diam di pojokan.

Begitu juga saat terkadang dimarahi karena melakukan kesalahan seperti pipis sembarangan, menyenggol gelas hingga pecah, atau mencakar-cakar sofa, tingkah kekanakan yang mirip ngambeknya anak kecil. Padahal tentu saja marahnya kami tidak benar-benar marah hanya memberi tahu dan mengajarinya berlaku baik.

Tingkah Namja di dalam rumah yang manja dan gemoy berubah bila sedang di luar rumah. Ia tampak gagah dan gahar. Tak jarang ia mengajak ribut kucing-kucing lain yang mencoba masuk halaman rumah. Tongkrongannya dan suaranya yang besar jika sedang marah jelas bikin jiper kucing lain untuk masuk wilayah kekuasaannya.

Hingga suatu hari Namja menghilang. Sehari dua hari tak ditemukan. Tapi di hari ketiga dia pulang dengan tubuh penuh luka-luka. Bukan hanya luka bekas adu cakar dengan sesama kucing lain tapi juga ada luka berbentuk lilitan kawat berduri di kaki kiri hingga ke pahanya. Walhasil ia berjalan dengan pincang.

Sembari diobati, kami omeli itulah akibatnya bila nakal dan "kabur" dari rumah. Ia hanya bisa menunduk sedih seakan mengerti apa yang kami omongkan. Dalam keadaan sakit ia makin manja dan menuntut perhatian seisi rumah.

Setelah sembuh beberapa bulan kemudian ia pernah menghilang lagi bahkan sampai satu minggu. Seisi rumah panik tapi juga jadi tahu bahwa usia Namja sudah memasuki dewasa bagi ukuran kucing dan ada saatnya dia birahi. Makanya dia mulai keluar rumah dan bahkan tak pulang berhari-hari.

Beberapa bulan kemudian Namja kembali hilang tapi kami pikir ia akan pulang beberapa hari lagi. Ditunggu tiga hari, dicari kemana-mana tak ada tanda, seminggu lewat, sepuluh hari lewat tak juga ada kabarnya.

Bersamaan dengan itu pula kondisi kesehatan ibu kami mulai drop. Kami sibuk di rumah sakit sampai akhirnya ibu meninggal dan dimakamkan di kampung halaman alias di kota lain.

Setelah kembali ke rumah seminggu kemudian-- rumah dititipkan ke tetangga dalam kondisi terkunci-- ternyata Namja tergolek lemah di tempat ia biasa ndusel di kaki ibu. Sama seperti kami, ia pasti merasa kehilangan.

Sejak itu ada yang berbeda pada Namja. Padahal sepertinya tidak ada perlakuan yang berbeda tapi memang sedari semula ia lebih dekat dengan ibu. Setiap makanan yang diberikan tidak habis dan selalu bersisa. Diajak bermain tidak selincah dulu dan tingkahnya pun lebih pendiam. Ia pun jadi sering keluar rumah, kadang sehari, kadang seminggu baru pulang.

Hingga beberapa bulan kemudian dia menghilang hampir dua bulan. Mungkin dia menemukan rumah baru atau sudah mempunyai keluarga baru. Kucing lain pun kami ijinkan tinggal di rumah tapi hanya di teras depan tidak bisa masuk ke dalam rumah seperti Namja. Seperti tidak ada koneksi perasaan tidak seperti dengan Namja.

Sampai akhirnya Namja pulang di suatu siang. Ia tak mengusik kucing lain di luar. Setelah dibersihkan dan diberi makan, ia memilih tidur di tempat biasa ia ndusel di kaki ibu. Tidurnya pulas dan tak banyak tingkah. Ditengok beberapa kali, ia masih tidur dengan gerakan perutnya yang naik turun teratur yang berarti masih bernapas.

Hingga keesokan paginya Namja benar-benar pergi. Ia meninggal dengan damai dalam tidurnya. Menyusul ibu ke surga enam bulan kemudian.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun