"Kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah", adalah ungkapan yang sering kita dengar betapa ibu (orang tua) tidak akan pernah habis memberikan kasih sayangnya pada anaknya.
Sejatinya tidak ada dalam kamus hubungan orang tua-anak istilah "habis manis sepah dibuang", saat masih manis disayang-sayang tetapi ketika manisnya hilang saatnya dibuang.
Orang tua dalam keadaan apa pun akan berusaha memberikan yang manis pada anak-anaknya. Hal serupa pun selayaknya dilakukan oleh anak kepada orang tua.
Memang terkadang ada kasus seperti penelantaran anak atau yang baru terjadi dan sempat ramai di media adalah saat seorang ibu diserahkan pada panti jompo karena anak-anaknya sudah tidak bisa mengurus ibunya. Surat pernyataan anak-anaknya itu sempat viral.
Tapi kita tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana latar belakangnya sehingga keputusan tersebut yang diambil. Saya sangat menyayangkan kejadian tersebut akan tetapi juga tidak mau menjadi hakim menyalahkan pilihan mereka. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi selain mereka.
Akan tetapi bisa ditebak buntutnya di kalangan netizen makin ramai. Terjadi pro kontra tentang pandangan menitipkan orang tua ke panti jompo. Netizen yang kontra beranggapan bahwa menaruh orang tua di panti jompo sama artinya membuang orang tua karena tidak mau mengurusnya saat mereka tua.
Dalam keadaan apa pun orang tua harusnya diurus oleh anaknya seperti mereka yang mengurus anak dari lahir hingga bisa mandiri. Sudah menjadi kewajiban anak mengurus orang tua di masa tuanya.
Sedangkan yang pro menganggap bahwa tidak ada salahnya menitipkan orang tua tinggal di panti jompo. Di panti sesama orang tua bisa berkumpul dan bersosialisasi dengan penghuni lain yang sebaya. Panti jompo mempunyai program dan kegiatan yang disesuaikan untuk penghuninya.
Tentu bukan hal mudah untuk memutuskan mengurus orang tua secara sendiri atau menitipkannya ke panti jompo. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan dari segi waktu, finansial, perhatian, lingkungan, psikologis dan sebagainya.
Apalagi yang anak, menantu, dan cucu pun sudah punya kehidupannya sendiri. Belum lagi bila lokasi dan pekerjaan yang mengharuskan berbeda kota misalnya. Belum lagi pertimbangan ada anggota keluarga lain seperti besan, kondisi rumah, lingkungan tempat tinggal dan juga kondisi kesehatan orang tua adalah variabel yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan mengurus orang tua.
Ada satu keluarga yang bisa menampung orang tua dengan mengurus semua kebutuhan dari A sampai Z. Tapi kondisi ideal satu keluarga tidak bisa disamakan dengan keluarga lain. Permasalahan masing-masing keluarga berbeda-beda.
Perlu kedewasaan semua pihak dalam mengurus orang tua, tidak hanya dari anak-anaknya tapi juga support system lainnya seperti para menantu, cucu-cucu, pekerja, dan lainnya. Mengingat orang yang sudah lanjut usia terkadang tingkahnya tak dapat diprediksi layaknya anak balita.
Menurut saya mengurus orang tua itu wajib hukumnya. Tetapi dengan cara bagaimana mengurusnya itu masuk tatanan sunah. Artinya bisa dibicarakan, dikomunikasikan, disesuaikan, diatur, dimusyawarahkan dengan orang tuanya sendiri dan anggota keluarga lainnya sehingga disepakati semua pihak.
Anak sebisa mungkin memenuhi semua kebutuhan orang tua dan orang tua pun harus sadar bahwa kehadiran dan kewajiban anak pun diperlukan di tempat lain seperti keluarganya sendiri, pekerjaan, lingkungan sosial, dan sebagainya.
Intinya support system -- anak-anak, menantu, cucu, asisten di rumah -- turut mendukung dalam merawat orang tua kita bagaimana pun keadaannya.
Apabila mengacu kepada ajaran Islam keutamaan dalam mengurus orang tua sangat dianjurkan bahkan balasannya surga seperti Firman Allah yang tercantum dalam Surat Al Isra ayat 23-24 yang artinya sebagai berikut:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan pada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang."
Selain itu juga diriwayatkan oleh hadis yang berbunyi:
"Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya sudah renta, atau salah satu dari keduanya, namun tidak dapat membuatnya masuk surga." - (HR. Muslim)
Sekali lagi penulis tidak ingin menghakimi pilihan apa pun yang diambil. Tentunya kita semua sebagai anak ingin memberikan yang terbaik untuk orang tua kita, akan tetapi kadang terbentur dengan kenyataan yang tak bisa dihindari.
Berikut adalah variasi pilihan yang mungkin bisa jadi pertimbangan:
1. Orang tua tetap tinggal di rumahnya sendiri dengan ditemani asisten rumah tangga. Anak-anak memberikan dukungan materi dan lainnya dengan mengunjungi secara berkala.
2. Orang tua tinggal dengan keluarga anak-anaknya secara bergiliran. Tentu dengan konsekuensi harus repot pindah-pindah jika anak-anaknya tinggal berbeda kota.
3. Orang tua tinggal di satu keluarga anaknya. Anak yang lain datang berkunjung dan mendukung kebutuhan orang tua secara gotong royong.
4. Orang tua tinggal di panti jompo atau senior living di mana semua kegiatan dari bangun tidur hingga tidur lagi sudah terjadwal. Mereka pun dapat bersosialiasi dengan teman sebaya. Anak, menantu, cucu bisa datang berkunjung kapan pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H