Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Wisata Horor Bikin Nyali Kendor

30 Oktober 2021   07:02 Diperbarui: 1 November 2021   01:05 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sewaktu kuliah dulu saya ngekos di sebuah rumah milik penduduk setempat. Rumah kos terdiri dari satu bangunan dua lantai dan satu deret kamar petak. Semuanya berjumlah 25 kamar.

Dulu hampir tiap rumah warga punya usaha kos-kosan mengingat daerah tersebut memang banyak kampus perguruan tinggi sehingga mahasiswa datang dari segala penjuru nusantara.

Meski kenal semua dengan penghuni kos tapi yang dekat dan sering main bareng ya cuma beberapa. Salah satu teman dari Sumatera Barat selalu antusias setiap nongkrong malam bila obrolan seputar mistis dan cerita-cerita seram.

Saya sebenarnya malas selain sedikit parno juga hal mistis tidak usah diobrolin sering-sering cukup sekedar tahu saja. Tapi obrolan anak kos sering random bisa bahas apa saja, dari yang awalnya ngobrol soal A bisa nyambung ke B lalu ke C dan berakhir di cerita horor. Yang ada begitu tongkrongan bubar dan masuk kamar saya jadi parno sendiri.

Suatu hari saat obrolan mistis terjadi, seorang teman bule -- satu teman kos kami ada yang berasal dari Inggris-- mengaku kalau dia punya guardian angel. Dia bilang kalau pendampingnya adalah Ksatria Inggris zaman baheula yang pakai baju besi dengan senjata pedang dan menunggang kuda.

Awalnya kami pikir dia bercanda karena bule biasanya rasionalis dan tidak terlalu percaya dengan hal begituan. Tetapi teman saya yang dari Padang  membenarkan kalau khodam-nya si bule persis apa yang dibilang. Ternyata dua teman saya itu "bisa lihat".

Saya seperti "terjebak", ikut nongkrong malamnya takut sendirian pas di kamar, nggak nongkrong juga nggak asyik. Akhirnya saya pun ikut nongkrong dengan catatan jika sudah nyerempet obrolan seram saya akan melipir pelan-pelan masuk kamar.

Tapi pernah ada satu masa di mana kebetulan salah satu warung makan tempat kita biasa makan malam, si Teteh penjaganya pun "bisa melihat". Jadilah warung itu tempat nongkrong juga bahkan kadang-kadang bisa menjelang dini hari.
 
Hingga suatu hari tercetus ide untuk "berburu hantu". Menurut mereka bertiga di kampung sekitaran tempat kos kami ada beberapa spot yang ada "penunggunya". Saya makin parno tapi juga sedikit penasaran.

Suatu malam kami berenam berpura-pura berjalan santai padahal tiga orang teman saya itu ibarat tour guide sedang bercerita kalau di pojokan rumah A ada sosok berwujud nenek-nenek. Di lantai atas pojok rumah B ada anak kecil botak, yang tandanya rumah itu memelihara tuyul. Di tikungan C ada ular berkepala manusia.

Satu jam jalan berkeliling di setiap spot diceritakan seperti apa penunggunya dan sedang melakukan apa. Asli, itu adalah enam puluh menit terhoror dalam hidup saya padahal saya tidak bisa "melihat".

Kegiatan itu beberapa kali dilakukan hingga terjadi peristiwa yang membuat saya kapok ikutan nongkrong di warung tersebut. Suatu malam setelah pulang jalan santai "berburu hantu", si Teteh menggelepar terjatuh di lantai di depan warung.

Dari mulutnya keluar suara- suara tidak jelas sambil tubuhnya bergerak-gerak seperti sedang melawan sesuatu. Semua kaget, saya kaget bin panik. Beruntung satu teman saya sigap membantu dengan doa dan tenaga dalam.

Setelahnya si Teteh pingsan. Saat sadar baru menceritakan kalau ada yang tidak senang dengan "wisata horor" yang kami lakukan sehingga kami diserang. Waktu itu si Teteh yang diserang karena sedang menstruasi.

Untungnya saya dan dua teman lain yang sekadar ikut-ikutan tidak diserang. Sejak itu "wisata horor" berakhir dan saat nongkrong pun topik horor diusahakan dihindari. Minimal buat saya ada pilihan untuk melipir jika sudah mulai tidak nyaman.

Tapi dari masa-masa itu ada sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang hal-hal metafisik yang saya dapatkan. Tentang warna aura seseorang, tentang khodam atau qarin seseorang, kepekaan, dan lainnya.

Di dalam agama Islam yang saya anut pun dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia di dunia selain dengan makhluk hidup kasat mata, seperti hewan dan tumbuhan dan juga makhluk tak kasat mata seperti malaikat dan jin.

Intinya sebagai manusia kita harus menjaga sikap di mana pun dan kapan pun. Kita hidup di dunia berdampingan dengan makhluk lain. Ada yang bisa berinteraksi ada juga yang tidak. Yang penting jangan saling ganggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun