Oleh Pius Rengka
Victor Lasikodat, jago pidato. Bicara lugas, tajam dan cenderung kasar. Tetapi, option for the poor adalah panggilan  utama moral perjuangannya. Dia gerah melihat ini NTT miskin terus.
Victor B. Laiskodat, di SoE, Minggu (27/1/2019), menuding Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sebagai Kabupaten paling bermasalah di NTT, karena dipimpin para pemimpin orang bodok.
TTS itu, tak sekadar nama kabupaten di tepi tengah selatan Pulau Timor. TTS adalah teka teki paling silang yang bersilang sejak lama untuk berbagai jenis keterbelakangan. Â Bagaimana tidak.
TTS Â menyimpan profil luka dan derita manusia amat sangat panjang. Tetapi TTS merupakan seketul pantulan sosial tentang nasib Nusa Tenggara Timur.
Di TTS masalah bertumpuk  tak pernah tuntas diurus. TTS juga mengukuhkan nasib sejarahnya sekadar  sebagai pelengkap distribusi dan kontribusi politik tanpa insentif  ekonomi dan sosial lain. Politik, bagi TTS  kejam nian. TTS tak lebih dari penyumbang suara dukungan politik bagi mereka yang hendak berkuasa.
TTS itu, hanya berlipur bangga dalam balutan  jelata sarung tenunan Timor sembari mengunyah sirih pinang di tepian jalan. TTS  sepertinya pantulan  profil dari kabupaten yang lupa (selalu lupa) diurus tuntas entah oleh siapa. Begitu pun NTT.
Untuk urusan politik elektoral, TTS cuma berfungsi sebagai penyumbang suara. Belum ada politisi  asal TTS yang duduk di lembaga legislatif pusat. Rakyat TTS malah gemar menyumbangkan suara mereka untuk anak tak "dikenal".
Sementara untuk urusan rumah tangga sendiri, TTS terbelah. Urusan politik elektoral mencari bupati selalu dikendalikan friksi permanen sentimen etnik utara selatan, tengah, barat, Amanatun, Amanuban. Tetap begitu sejak dahulu. Kali lain, TTS disindir sebagai wilayah Tanah Tetap Susah atau Tempat Tunggu Susah.
TTS dikenal luas sebagai kabupaten padat cendana. Tetapi, sejak tahun 1980-an, pohon cendana perlahan kian punah karena dicuri para rente berkuasa. Cendana tak mengubah TTS. Cendana pun tinggal kenangan sejarah. Para pemangsa cendana keluar masuk TTS. Para pemusnah cendana berpangkat politisi, aparat hukum, aparat negara dan para pedagang spekulan.
Sirene mobil jenasah yang meriung, diduga ada orang sakit yang perlu dilarikan ke rumah sakit. Padahal, sesungguhnya muatan yang ada di  mobil jenasah itu adalah kayu cendana yang dipesan pejabat  jauh di Jawa atau tempat lain.