Mohon tunggu...
Pitriyani Afipah
Pitriyani Afipah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pitriyani Afipah adalah seorang guru yang mengajar di SMPN 17 Kota Cirebon sejak tahun 2005 hingga sekarang. Lahir di Tasikmalaya pada tanggal 09 Mei 1982. Hoby sejak kecil adalah seni melukis kaligrafi islam. Pendidika terakhir yaitu Pendidikan Bahasa Inggris pada Pascasarjana Universitas PGRI Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran Modul 3.1. Pendidikan Guru Penggerak

16 Februari 2024   20:13 Diperbarui: 16 Februari 2024   20:23 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Bagaiman filosofi Ki Hajar Dewantara dengan pratap triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin.

Tentunya masih diingat dalam jiwa kita, bahwa Ki Hajar Dewantara menjelaskan, pendidikan itu suatu 'tuntunan' di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. 

Seperti penjelasan sebelumnya, bahwa 'kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu' tiada lain ialah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu.

Uraian tersebut akan lebih jelas jika kita ambil contoh perbandingannya dengan hidup tumbuh-tumbuhan seorang petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya. 

Meskipun pertumbuhan tanaman padi dapat diperbaiki, tetapi ia tidak dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya ia tak akan dapat menjadikan padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai atau tanaman lainnya. 

Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap mustahil. Demikianlah pendidikan itu, walaupun hanya dapat 'menuntun', akan tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar.

Pak Tani dalam memelihara padi tentu memiliki strategi dalam menentukan tindakan yang paling tepat ketika terjadi masalah atau dilema pada tanamannya. Seperti halnya dalam menentukan pupuk yang tepat. Pupuk apa yang dapat menyuburkan padi namun disisi lain tidak membahayakan ekosistem sekitar. 

Begitupun seorang pemimpin dalam dunia pendidikan tentunya memiliki berbagai strategi dalam melakukan 'tuntunan' tersebut. Andaikan keberhasilan Pak Tani adalah ketika panennya berlimpah, masyarakat sejahtera. Maka seorang pemimpin atau kepala sekolah akan merasa Bahagia dan berhasil ketika mampu memfasilitasi, memberikan keputusan yang bijaksana berdasarkan nilai-nilai kebajikan kepada warga sekolahnya.

Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin, kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Sekolah sebagai 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter setiap warganya. Peran pimpinan (kepala sekolah) sejalan dengan filosofi Pendidikan Kihajar Dewantara melalui "ing ngarso sung tulodlo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani". Ketiga filosofi ini semuanya merupakan wujud keberpihakan kepada murid.

Sebagai sebuah institusi moral, sekolah adalah sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid. Kepemimpinan kepala sekolah tentunya berperan sangat besar untuk menciptakan sekolah sebagai institusi moral.

B. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh pada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan.

Diane Gossen (1998) seorang pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif mengemukakan bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid kita. Selanjutnya Gossen berpendapat bahwa bila kita ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. 

Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain Keadilan, Keselamatan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Rasa Syukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Berkomitmen, Percaya Diri, Kesabaran, Keamanan, dan lain-lain. Seseorang yang memiliki penalaran yang baik, sepantasnya menghargai konsep-konsep dan prinsip-prinsip etika yang pasti. Prinsip-prinsip etika sendiri berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang sosial, bahasa, suku bangsa, maupun agama seseorang.

Dalam menjalankan perannya, tentu seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi berbagai situasi dimana ia harus mengambil suatu keputusan dimana ada nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Situasi seperti ini disebut sebagai sebuah dilema etika. 

Disaat itu terjadi, keputusan mana yang akan diambil? Tentunya ini bukan keputusan yang mudah karena kita akan menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas sekolah tersebut, nilai-nilai apa yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan keputusan-keputusan yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Nilai-nilai kebajikan (etika) yang tertanam dalam diri seorang pemimpin tentunya sangat berpengaruh terhadap keputusan yang diambil. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

Terkadang memang benar untuk berpegang teguh pada peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan (atau sama rata). Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan (kebaikan).

C. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Dalam proses pengambilan keputusan, selain mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, keterampilan yang telah kita pelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu misalnya keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Pengambilan keputusan apabila menggunakan Teknik coaching maka akan menhasilkan keputusan yang terbaik. Karena keputusan tersebut keluar dari hati Nurani coahee yang terdalam. Dalam hal ini pimpinan bertugas sebagai fasilitator.

D. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Mengelola dan menyadari aspek sosial emosional yang tentunya akan sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam menyelesaikan dilemma etika merupakan hal yang sulit. 

Memerlukan Latihan dan pembiasaan dalam melakukan tindakan ini. Semakin sering berlatih maka semakin luwes dalam mengelola sosial emosionalnya. Semakin sering maslah diselesaikan dengan hasil baik maka akan semakin mudah dalam menjalani kepemimpinannya.

Dalam baerlatih menegelola sosial emosional yang dapat berpengaruh terhadap keputusan yang dikeluarkan guru mestinya dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam permasalahan yang mereka hadapi dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut. 

Untuk dapat memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah keputusan yang tepat, maka perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan.

E. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Untuk memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada 9 langkah yang dapat Anda lakukan. Yaitu:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.
  • Pengujian benar atau salah
  • Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  • Melakukan Prinsip Resolusi
  •  Investigasi Opsi Trilema
  •  Buat Keputusan
  • Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

F. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dalam proses pengambilan keputusan, selain mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, keterampilan yang telah kita pelajari pada modul-modul sebelumnya akan sangat membantu misalnya keterampilan coaching, karena keterampilan ini membekali seorang guru untuk menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. 

Selain keterampilan coaching, untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self-awareness), pengelolaan diri (self-management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Proses pengambilan keputusan seharusnya juga dilakukan dengan kesadaran penuh (mindful) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

G. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Berdasarkan observasi dilapangan, tantangan-tantangan dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah adanya bujukan-bujukan dari bawahan ke atasan. Seorang kepala sekolah terkadang semakin bingung apabila terlalu banyak pendapat yang disampaikan bawahannya terkait kasus yang akan diselesaikan. 

Terlebih apabila bawahannya memiliki sifat dan karakter kurang baik. Seperti pendendan, ingin menjilat, ingin menjatuhkan, dan tidak mau tersaingi. Kaitannya sangat erat dengan perubahan paradigma dilingkungan dimana kita bekerja. Paradigma yang muncul biasanya individu lawan kelompok atau bahkan kelompok lawan kelompok.

H. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran yang memerdekakan murid adalah timbulnya sebuah kebijaksanaan. Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid-murid kita yang beragam adalah dengan membengun kompetensi relasi sosial dengan peserta didik. Relasi yang baik antara guru dengan murid menumbuhkan rasa percaya diri tinggi bagi murid, merasa diakui, dan merasa dihargai. Sehingga hidupnya  merasa berharga. Dengan hidup yang berharga murid akan menilai orang lain dengan sebuah penilaian yang penuh makna dan kebahagiaan.

Murid dengan karakteristik yang berbeda-beda akan mampu saling menghargai satu sama lain karena guru mengajar dengan penuh kebijaksanaan dan mengutamakan nilai-nilai kebajikan universaldalam setiap keputusan. Memerdekakan murid yang beragam melalui pembelajaran berdiferensiasi KSE dan budaya positif (nilai-nilai kebajikan universal) akan melahirkan peserta didik yang berakhlak mulia dan berporfilkan Pancasila.

I. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?  

Ada diantara 9 langkah dalam pengambilan keputusan salah satunya yaitu "Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy). Dalam paradigma ini, pilihannya adalah antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Kita bisa memilih untuk berlaku adil dengan memperlakukan hal yang sama bagi semua orang, atau membuat pengecualian dengan alasan kemurahan hati dan kasih sayang. Seorang murid memiliki kasus dimana keputusannya diselesaikan melalui langkah dan pola pikir /paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan sehingga murid tersebut tidak kehilangan masa depannya.

Contoh seperti murid yang selau hadir ke sekolah setiap hari, rajin menyapa, aktif, suka membantu guru membawakan buku. Namun kemampuan kognitifnya sangat kurang. Nilai semua pelajaran dibawah KKM. Apabila mengikuti aturan tertulis murid tersebut akan tinggal kelas karena lebih dari 4 mata pelajaran dibawah KKM. Namun guru dan pihak terkait menerapkan paradigma keadilan lawan keasihan. Pada akhirnya murid tersebut naik kelas dengan syarat mengerjakan tugas-tugas tambahan yang diberikan guru yang bersangkutan.

J. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Paket Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin merupakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai mengambil keputusan sebagai pemimpin di sekolah agar semakin yakin dengan keputusan-keputusan yang saya buat. 

Saya berharap keputusan-keputusan yang saya ambil akan semakin menguatkan jati diri saya sebagai seorang pemimpin yang meletakkan kepentingan murid sebagai yang utama seiring dengan filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara yang telah saya  pelajari di modul sebelumnya.

K. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Sebelum saya mengetahui modul ini tentang dilema etika dan bujukan moral dengan 4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan, saya pikir penentuan sebuah keputusan itu sangatlah ketat dan harus sesuai dengan peraturan yang tertulis dan sudah disepakati. Namun tidak demikian. 

Saya sangat bersyukur kepada Allah swt ternyata pada modul ini saya menemukan sebuah jalan dalam menentukan sebuah keputusan dilema etika maupun bujukan moral. Meskipun pengetahua saya tenang modul ini baru sedikit, namun saya sudah merasakan betapa indahnya kebijaksanaan itu. Pemimpin yang bijaksana ternyata memiliki etika dan moral yang penuh dengan nilai-nilai kebajikan. Bahagianya lagi nilai-nilai kebajikan inilah yang akan menentukan keputusan dalam menyelesaikan dilema etika ataupun bujukan moral.

Hal yang sangat membuat saya terharu dan diluar dugaan saya bahwasannya nilai-nilai kebajikanlah yang memiliki cahaya penerang bagi sekalian masalah.

L. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebenarnya saya sendiri pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Namun hanya bergantung pada pemikiran dan perasaan pribadi. Terkadang apabila saya merasa buntu, saya berkonsultasi kepada orang yang sekiranya bisa dipercaya. 

Bedanya dengan sekarang, setelah mempelajari modul 3.1 adalah saya harus lebih teliti dalam menentukan sebuah keputusan. Apabila dihadapkan dengan sebuah masalah atau kasus dilemma etika atupun dilema bujukan moral, maka saya harus menganalisisnya melalui 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian diharapkan tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.

M. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, dampak dari pengambilan keputusan yang saya ambil terkadang berdasarkan rasa suka dan tidak suka. Sehingga terkadang menimbulkan dampak kurang nyaman bagi lingkungan saya. Namun, setelah mempelajari modul 3.1 ini saya merasa tercerahkan. tenyata ada 4 paradigma 3 prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Kesemuanya ini bisa dijadikan acuan dalam menentukan sebuah keputusan sulit. 

Saya merasa puas dengan keptusan saya, dan orang lain pun merasa tidak dirugikan.  Melalui pengetahuan ini saya mestinya akan merubah pola pikir dalam menentukan sebuah keputusan meskipun belum menjadi seorang pemimpin. Minimalnya saya dapat memimpin diri sendiri.

N. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu yang saling membutuhkan satu sama lain, dalam menjalani kehidupan bermasyarakat tentunya sering terjadi yang namanya ketidak cocokan baik sikap,perilaku, etika, moral, ataupun ide sekalipun yang kadangkala menimbulkan sebuah dilema. Maka dari itu dibuatlah sebuah peraturan untuk bisa dipatuhi dan di taati. Namun lagi dan lagi manusia adalah makhluk pelupa/khilaf dan sering lalai dalam menjalankan peraturan tersebut sehingga timbul kasus atau masalah. 

Masalah timbul tidak mengenal tempat. Apakah dirumah bersama keluarga, di tempat kerja bersama rekan kerja, ataupun sekalipun dimedia sosial. Keterampilan dalam pengambilan keputusan merupakan hal sangat urgen dimiliki setiap individu dalam mencerminkan kepemimpinan atau manajemen dirinya. Sehingga kita sebagai individu mendapatkan kemashlahatan dan kemanfaatan dari sikap kepemimpinan yang sarat dengan nilai-nilai kebajikan. 

Maka dari itu pegambilan keputusan terkait dilema etika dan bujukan moral yang datang kepada individu dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan nilai -nilai kebajikan akan terselesaikan dengan menimbulkan keselamatan dan kebahagiaan bagi individu tersebut.

Sebagai seorang pemimpin, menilai betapa pentingnya modul 3.1 ini, yang fokus membahas keterampilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu perannya, yaitu mengambil suatu keputusan, khususnya pada kasus-kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan atau Etika. Adapun keputusan-keputusan yang diambil secara langsung atau tidak, menentukan arah dan tujuan suatu institusi atau lembaga serta menunjukkan nilai-nilai atau integritas dari institusi tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid kita.

Menurut saya, modul ini selaras dan sesuai dengan prinsip-prinsip Standar Nasional Pendidikan, khususnya pada standar pengelolaan. Seorang pemimpin hendaknya memahami nilai-nilai kebajikan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah, berkepribadian serta berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpinan, khususnya dalam mengambil suatu keputusan, hendaknya setiap keputusan yang diambil tersebut selaras dengan nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi oleh suatu institusi tersebut, yaitu bertanggung jawab dan berpihak pada murid.

Demikian rangkuman modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan universal. Semoga bermanfaat bagi kita semua. "Sebaik-baiknya pemimpin adalah memimpin diri sendiri". Salam dan Bahagia

https://drive.google.com/file/d/1heL9xg9GCQHLHhR9QK0daAsUUN1DfCp4/view?usp=sharing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun