Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Trigonometri Sederhana Bukit Fatuhan-Kolbano dan Siapa yang Mesti Bertanggung Jawab?

4 Juni 2021   09:57 Diperbarui: 3 Agustus 2021   08:48 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEMIRINGAN lereng bukit Fatuhan, Kolbano, Timor, bisa mendekati 70° di dekat puncak (taksiran dengan google earth). Sedangkan di kaki bukit lebih landai. Dengan menggunakan tools pengedit foto, terbaca kemiringannya berada di kisaran 33°.

Nah... Jika kita ingin membangun sebuah lopo (rumah adat orang Timor) dengan lebar 3 meter di lereng bukit itu, maka perlu dilakukan penggalian setinggi 1.95 m. Didapat dari: y = x.tan α = 3.tan 33° (Pelajaran matematika SMP dulu).

Sebagai gambaran, tinggi galian 1.95 m itu hampir setara dengan tinggi ambang pintu rumah kalian. Lihat dan bayangkan sendiri tingginya...!

Sekarang kita beralih ke animasi desain. Apakah di lokasi lopo-lopo itu berdiri terlihat ada galian setinggi 2 meter?

Desain Bukit Fatuhan. Terlihat ada empat buah lopo di samping tangga menuju puncak | Dok. fakta-tts.com
Desain Bukit Fatuhan. Terlihat ada empat buah lopo di samping tangga menuju puncak | Dok. fakta-tts.com

Dari empat buah lopo, hanya bangunan kedua dan keempatlah terlihat ada galian, itu pun tingginya mungkin cuma 1 meteran. Padahal semakin ke atas galian harusnya semakin tinggi, bisa > 6 meter.

Coba bandingkan juga lereng bukit desain dengan situasi asli di gambar ketiga (jangan fokus di longsoran). Apakah kemiringannya mirip? Orang Kolbano maupun masyarakat umum yg dulu melihat desain itu dengan jernih dan objektif pasti langsung tau kalau gambar itu hanyalah khayalan semata.  

Situasi lereng Fatuhan. Longsoran baru terjadi akibat dikerjakan dengan desain yg minim data | Dokumentasi pribadi 
Situasi lereng Fatuhan. Longsoran baru terjadi akibat dikerjakan dengan desain yg minim data | Dokumentasi pribadi 
***

Pertanyaannya kini, "Desain begitu kok disetujui? Siapa yg harusnya bertanggung jawab?"

Konsultan perencana adalah pihak yg rasanya sulit untuk ditaruh di luar garis karena hancurnya #RealisasiProyekBukitFatuhan berawal dari sana. Namun, membebankan semua masalah hanya kepada desainer seorang pun rasanya kurang adil.

Gambar rencana tersebut termasuk RAB-nya tentu tidak muncul tiba-tiba. Pasti sudah di-acc dan ditandatangani oleh berbagai pihak penentu lolos tidaknya sebuah usulan proyek Dana Desa. Mulai dari Tim Pengadaan Barang dan Jasa (TPBJ), pendamping desa, fasilitator kecamatan hingga fasilitator kabupaten. Juga lembaga/dinas teknis terkait di berbagai level.  

Screenshot berita media | Sumber: selatanindonesia.com
Screenshot berita media | Sumber: selatanindonesia.com
Baru BPD yang sejak awal sudah membantah telah  dilibatkan dalam perencanaan proyek itu.

Dari situlah baru kita beranjak ke pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Seperti: kenapa pendanaannya harus bersumber dari Silpa dengan alasan "RAB rincinya belum ada"? Apakah ini berarti total nilai proyek sudah ditentukan lebih dahulu barulah RAB-nya dibuat? Atau, apa maksud pernyataan itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun