Mohon tunggu...
Pither Yurhans Lakapu
Pither Yurhans Lakapu Mohon Tunggu... Penulis - Pemitra (pejuang mielitis transversa)

Penulis buku "TEGAR!; Catatan Perjuangan Melawan Mielitis Transversa". Twitter: @pitherpung, blog: https://pitherpung.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hancurnya Keindahan Alam Kebanggaan Kolbano oleh Dana Desa

29 April 2021   10:57 Diperbarui: 29 April 2021   16:28 3049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak bukit realisasi | Dokumentasi pribadi 

[Baca juga:  Kêa dan Lubang Tambang Raksasa di Pantai Kolbano, Timor] 

Kaki bukit desain| Dokumentasi pribadi
Kaki bukit desain| Dokumentasi pribadi

Sayangnya, sampai saat ini pemerintah belum punya solusi dan masih menganggap abrasi hanyalah bencana atau fenomena alam semata.

Masih tanda tanya juga, apa yang direncanakan pemerintah bagi pantai eksotis ini? Pada tahun 2012 lalu, dengan dana APBN senilai 106 Miliar, pemerintah telah membangun sebuah dermaga yang sudah mubazir karena tidak jelas apa peruntukannya. Nelayan saja tidak bisa menambatkan perahunya karena memang jenis dermaga dan karakter gelombangnya tidak memungkinkan untuk itu.

Kaki bukit dalam proses (November 2020) | Dokumentasi pribadi 
Kaki bukit dalam proses (November 2020) | Dokumentasi pribadi 
"Oh Kolbano-ku... Dari pantai sampai puncak gunung sudah hancur lebur... Apa yang bisa beta banggakan sekarang? " Rasa sedih bercampur kesal saya ungkapkan lewat sebuah unggahan media sosial.

Kini nasi sudah menjadi bubur. Semua lepas tangan. Pun, tak ada lagi suara bising media massa.

Kaki bukit realisasi | Dokumentasi pribadi
Kaki bukit realisasi | Dokumentasi pribadi
Mungkinkah sampai dengan saat ini tulisan saya masih dianggap sekadar ungkapan iri hati politik? Terserah...

Saya menyadari, saya bukan sosok yang wajib untuk didengarkan suaranya. Saya hanyalah seorang netizen yang tak tega melihat alam kami yang bukan saja indah tiada tara, tapi juga menjadi saksi sejarah perjuangan nenek moyang itu dirusak tanpa nurani.*

Screenshot FB | Dokumentasi pribadi 
Screenshot FB | Dokumentasi pribadi 
---------
Sumber foto: medcom.id,  fakta-tts.com, google street view dan dokumentasi pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun