Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Gustavo Gutierrez

10 November 2024   22:36 Diperbarui: 10 November 2024   22:54 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gustavo Gutirrez adalah teolog hebat yang termasuk di antara yang terhebat. A Theology of Liberation (1971) merupakan awal dari gerakan teologis sedunia yang telah memengaruhi teologi Kristen, Katolik, Protestan, dan Evangelis. Demikianpun karya lainnya: We Drink from Our Own Wells: The Spiritual Journey of the People(1983), Las Casas: In Search of the Poor of Jesus Christ (1992) dan On Job (1985).

Atas dasar karya-karyanya, Gustavo menerima banyak penghargaan akademis: pelantikannya dalam Legiun Kehormatan Prancis (1993) dan pemilihannya ke dalam Akademi Seni dan Sains Amerika (2002). Ia tampak hampir tercengang ketika menerima penghargaan lebih lanjut sepertiPrincipe de Asturias pada 2003. Kerendahhatiannya begitu mendalam dan perhatiannya tertuju pada Allah, sehingga ia menyerap semua penghargaan tanpa sikap yang berlebih.

Kerendahan hatinya merupakan bagian dari kebesarannya. Dari waktu ke waktu ia menunjukkan lembar-lembar katekese dasar dan tentang unsur-unsur kehidupan rohani yang ia gunakan dalam karya pastoralnya bersama komunitas-komunitas kecil kaum miskin di Lima. Ia masih menggunakannya sementara ia menerima penghargaan dari kelompok-kelompok akademis yang sama sekali tidak melihat karya katekese dasar untuk kaum miskin ini.

Lembar-lembar tersebut memuat kutipan dari para Bapa Gereja dan dari rekan Dominikannya Thomas Aquinas. Ia mengatakan bahwa permata-permata kebijaksanaan ini merupakan hak asasi kaum miskin dan tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak diberi akses yang tepat kepada permata-permata tersebut. Inilah yang secara tak terhapuskan mendefinisikan kebesarannya.

Pertama dan terutama, ia adalah seorang penginjil. Dorongan utamanya adalah kateketis dan alkitabiah. Visi sosialnya muncul dari keyakinan mendasar bahwa martabat orang miskin, sebagai manusia, melampaui semua reduksionisme sosial dan politik dan tidak hanya melampaui materialisme tetapi juga menolaknya. Gustavo tidak meromantisasi kemiskinan. "Kemiskinan adalah kematian" katanya. Seseorang tidak berbicara kepada orang miskin dengan mengatakan kemiskinan mereka baik secara spiritual.

Bekerja di dalam dan dari kerendahan hati kepekaan gerejawi beliau, beliau memperluas kepekaan gerejawi kita. Beliau menantang dan menyadarkan hati nurani gerejawi kita dan memperluas cakrawala teologis dengan memberi kita kategori-kategori baru untuk dipikirkan. Hal paling nyata terlihat dalam seruannya akan pilihan istimewa bagi kaum miskin. Gagasan ini diterima dalam magisterium kepausan Yohanes Paulus II dan dari sana masuk ke dalam Kompendium Ajaran Sosial Katolik, dan juga teologi Paus Fransiskus.

Gagasan itu mengandung jejak kebesaran pikiran dan jiwa Gustavo dan memiliki efek paling mendalam pada pemikiran banyak orang. Awalnya mereka tidak nyaman dengan gagasan itu karena tampaknya Allah pilih kasih. Seolah orang miskin entah bagaimana lebih berharga di mata Allah.

Dalam karyanya On Job kita mulai mengerti dan bertanya pada diri sendiri, apa yang kita lebih suka? Kekayaan, Status Sosial, Prestise, Kekuasaan Politik? Tetapi apa yang Allah lebih suka?

Pilihan Allah berbeda dengan pilihan kita. Allah melihat semua ini melalui sifat manusia yang telanjang, sebagaimana diciptakan. Dia melihat melalui martabat manusia yang melekat sebagai gambar dan rupa-Nya. Pilihan istimewa bagi orang miskin adalah pilihan Allah untuk martabat manusia terlepas dari hal-hal apa pun yang menjadi tujuan pilihan kita untuk bermartabat.

Pilihan tersebut pada awalnya adalah tentang Allah, dan bukan tentang orang miskin. "Dasar utama dari pilihan Allah bagi orang miskin... dalam kebaikan Allah sendiri dan bukan dalam analisis apa pun tentang masyarakat, betapa pun relevannya alasan-alasan tersebut" (On Job, xiii). "Ini adalah masalah yang sangat sederhana, tetapi bagi pikiran yang menilai segala sesuatu berdasarkan kebaikan dan keburukan, kelayakan dan ketidaklayakan, sulit untuk dipahami" (xii).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun