Saya yakin sekarang Marta dan Maria saudari Lazarus dapat bepergian di aneka wahana surga, karena mereka sudah ada penggantinya, Elisabet Tella. Karena kamu dapat merangkap dua tugas sekaligus, "Berada di kaki Yesus sambil memasak di dapur untuk jamuan makan Surgawi," tempat semua manusia akan diundang ke kota Allah. Satu pesanku, jangan terlalu pakai bahasa Kabola di Surga, karena itu kebiasaanmu, biar merantau lama di kota orang, bahasa kampung tetap melekat dalam jiwa dan badanmu.
Akhirnya, kusudahi tulisan ini, goresan perasaan yang kupersembahkan selain untuk Dies Natalis "Di Tepian" yang ke dua, juga sekaligus merupakan intensi batin yang kupersembahkan untuk dia yang di surga dan kita yang di bumi sepanjang bulan Rosario ini.
Dan saat menulis kisahnya, hatiku tertambat pada sebuah puisi yang ditulis seorang Biarawati dan Pertapa yang juga bernama Elisabet, Do Not Stand At My Grave And Weep: "Jangan Berdiri di Kuburku dan Menangis". Aku menerjemahkannya secara sederhana,
Jangan berdiri di kuburku dan menangis.
Aku tidak di sana. Aku tidak mati.
Akulah ribuan angin yang bertiup.
Akulah berlian yang berkilau di dalam salju.
Akulah sinar matahari yang terpantul biji-bijian yang matang.
Akulah hujan yang lembut di musim gugur.
Saat kamu terbangun di tengah keheningan pagi hari
Akulah sosok yang lekas membangkitkan semangatmu