Yang ada hanyalah tubuhnya yang selalu mengapung ke permukaan. Bahwa setiap hari pada kulit-kulit Punguk tumbuhlah jamur yang lama kelamaan berubah menjadi burung-burung. Guna melepas kesedihan mereka, burung-burung tersebut pun terbang ke bumi. Setiap kali mereka teringat akan Punguk, mereka terbang ke bulan.Â
Sayangnya sudah tidak bisa lagi, karena Raja telah menancap mantra yang menghalangi burung-burung itu sampai di bulan. Raja hanya ingin melindungi Sinta dari cinta yang tak semestinya bersemi.
Kisah inilah yang menjadi cikal bakal peribahasa "Bagai Punguk merindukan bulan", berangkat dari Burung Punguk (Latin: Ninox Scutulata) di dataran Malaysia, yang hanya beraktivitas di malam hari, dan memiliki postur tubuh seolah-olah menghadap ke bulan.Â
Kata orang Malaysia, Burung Punguk adalah sejenis burung hantu yang tampak berharap terbang ke bulan, sesuatu yang tidak mungkin bisa dilakukannya meskipun ia bisa terbang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H