Suatu hari, ia berkata padaku, "Anakku adalah pisau. Ia mungkin tidak bermaksud begitu, tapi dia memotong. Dan aku akan menggenggamnya, sampai darah mengalir." Anaknya bagai pisau, dan itulah yang kulihat di wajah anakmu pagi tadi. Ia menamai dirinya pisau yang melukaimu, karena keterlupaanya.Â
Waktu melihat itu, aku teringat akan Radenku di Nirwana yang kini menjadi pendoa abadi. Honor de Balzac, novelis abad XIX pernah berkata, The heart of a mother is a deep abyss at the bottom of which you will always find forgiveness, "Hati seorang ibu adalah jurang dalam yang di dasarnya kamu akan selalu menemukan pengampunan".
Raden! Aku orang asing. Orang asing yang suka membaca puisi karena ibu kandungku. Aku telah menerjemahkan sebuah puisi untukmu. Puisi karya Rudyard Kipling (1865-19360), "Mother o' Mine". Tapi sebelum aku bacakan, aku ingin kamu tahu, aku tidak pernah membacakan puisi untuk ibu manapun kecuali ibu kandungku. Bahkan Rosa pun tidak. Jika kamu berkenan, akan aku bacakan! Anggaplah saja, ini hadiah tak bermakna dari seorang asing yang selalu mengembara dalam kegelapan.
Oh Ibu ku
Jika aku digantung di bukit tertinggi,
Oh ibuku, oh ibuku...
Aku tahu cintamu masih akan mengikutiku
Oh ibuku, oh ibuku ..
Jika aku tenggelam di laut terdalam,
Oh ibuku, oh ibukku
Aku tahu air matamulah yang akan turun padaku,
Oh ibuku, oh ibuku ..
Jika saya terkutuk dari tubuh dan jiwa,
Aku tahu doa siapakah yang akan membuat aku tetap utuh,
Oh ibuku, oh ibuku.
Raden! Puisi ini selalu mengingatkanku, bahwa masa depan seorang anak, adalah kerja keras dari ibunya. Aku percaya, bahwa setiap cerita kesuksesan atau kegagalan yang kualami, de belakang semuanya, adalah cerita tentang perjuangan seorang ibu. Karena dari sititulah ceritaku pertama kali dibangun.
Raden, ada kisah lucu tentang Rosaku. Andai kamu mengenalnya. Setiap kali aku depresi karena cinta, ia selalu berpesan: "Butuh puluhan tahun, aku mendidik anaku menjadi seorang laki-laki, namun seorang wanita lain dapat mempermalukannya hanya dalam sepuluh menit". Ahahaha!
Radenku! Pasti kamu bertanya, siapa aku ini?
Suatu malam, aku bermimpi tentangmu. Kamu datang bersama anakmu yang terakhir (mungkin?), dan mengolesi kakiku dengan darah ayam. Sampai saat ini, mimpi itu masih kupertanyakan. Aku melihat wajahmu begitu jelas. Rambutmu yang disanggul namun tidak terlalu rapih. Kulitmu yang putih dengan garis muka yang amat kentara dan tegas. Namun di sela-sela garis itu, aku melihat kelembutan Raden-ku yang hilang enam tahun yang lalu.
Aku merindukanmu!
Dari seorang asing!
Petrus Pit Duka Karwayu
Kupang 03 Desember 2020