Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Etika Lingkungan: Belajar dari Islam

21 Oktober 2020   09:25 Diperbarui: 21 Oktober 2020   09:39 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu masalah terpenting di dunia saat ini adalah krisis ekologi. Tampaknya bermula ketika manusia modern berhenti memahami diri sebagai wakil dan wali Allah. 

Untuk alasan yang sama, tampaknya cara terbaik melindungi lingkungan dari kerusakan adalah dengan menghidupkan kembali pemahaman dari ajaran dan petunjuk agama-agama ketuhanan serta meninjau dan menyesuaikan kembali kebijakan masyarakat mengenai penerapan teknologi modern dan pemanfaatan sumber daya alam secara tepat. 

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba menyajikan secara singkat beberapa aspek dari perspektif Islam tentang etika lingkungan dalam terang ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits.

1. Alam

Ada lebih dari 750 ayat dalam Al-Qur'an  yang berhubungan dengan alam. Empat belas bab diberi nama sesuai dengan hewan tertentu dan kejadian alam: Sapi, Petir, Lebah, Semut, Fajar,  Matahari, Malam, dan Gajah. Selain itu ada banyak kasus Allah bersumpah dengan beberapa fenomena alam: 'fajar' (89: 1) dan 'ara dan zaitun' (95: 1). Al-Qur'an  menyatakan, semua fenomena alam memiliki kesadaran akan Tuhan dan memuliakan Tuhan.

  • Air

Kata maa' (air) digunakan dalam Al-Qur'an sekitar 60 kali. Air adalah asal dan sumber kehidupan. Dari air Allah menciptakan setiap binatang yang bertumpu pada perutnya, dengan dua kaki dan dengan empat kaki. Air itu murni dan memurnikan (25:48). 

Imam Sadiq berkata: 'Sesungguhnya Allah menjadikan bumi murni seperti Dia membuat air murni'. Seorang Muslim yang ingin melakukan sembahyang ritual, menyentuh Al-Qur'an,  atau berkeliling Ka'bah di Mekah harus suci secara ritual dan untuk itu ia perlu melakukan wudhu dengan air.

Dalam simbolisme Islam, air berarti ilmu. Menurut beberapa hadits, ungkapan 'air yang melimpah' dalam ay. 72:16 secara esoteris mengacu pada pengetahuan. Air harus tetap murni dan bersih. Imam Baqir pernah berkata: 'Jangan buang air kecil di dalam air! '.

  • Bumi

Setiap Muslim dalam sembahyang ritualnya harus bersujud beberapa kali di bumi. Jika air tidak tersedia, seseorang perlu menggunakan bahan tanah atau duniawi dengan cara khusus untuk melakukan wudhu. Dalam kitab suci Islam, bumi diperkenalkan sebagai asal mula penciptaan manusia, "Darinya (bumi) Kami menciptakan kamu dan ke dalamnya Kami akan mengirimkan kamu kembali dan darinya Kami akan membangkitkan kamu untuk kedua kalinya" (20:55). 

Demikian juga, bumi diperkenalkan sebagai 'ibu' bagi manusia. Nabi mengatakan: Lestarikan bumi karena itu adalah ibumu. Selain itu, Al-Qur'an  mengatakan: 'Dialah yang menciptakan kamu dari bumi dan menempatkan kamu di atasnya, sehingga kamu dapat mengolah tanah dan membangun kota-kota untuk tinggal' (11:61). Imam Ali berkata: 'Tuhan telah mengutus Adam untuk membuat bumi berkembang dengan keturunannya'. Juga ia katakan dalam sebuah surat: 'Anda harus lebih peduli dengan pembangunan (pembangunan fisik) tanah daripada mengumpulkan pajak tanah'.

  • Tanaman

Islam sangat menganjurkan menanam pohon dan mengimbau untuk melindunginya sejauh menanam pohon dianggap tindakan ibadah. Nabi saw bersabda: 'Kecuali jika kamu dipaksa, jangan menebang pohon!' Sebelum berperang, Nabi selalu memberikan arahan kepada tentaranya untuk tidak menyakiti wanita, anak-anak, orang tua, dan orang yang menyerah serta tidak merusak atau membakar ladang dan kebun. 

Selain perlindungan tanaman, banyak hadits yang menganjurkan umat Islam untuk menanam dan bertani, "Barangsiapa menanam pohon dan kemudian manusia atau ciptaan Tuhan memakan buahnya, itu akan dianggap sebagai perbuatan amal baginya".  Barangsiapa menyiram pohon kurma atau pohon bidara itu seolah-olah dia telah memberi minum kepada orang percaya yang haus. Imam Sadiq berkata: Bertani dan menanam! Demi Allah, tidak ada pekerjaan yang lebih halal dan menyenangkan dari pada ini.  Pekerjaan terbaik adalah bertani. Alkimia terbesar adalah bertani. 

  • Hewan

Menurut ajaran Islam, hewan memiliki banyak hak. Merujuk pada hadits dari Imam Sadiq: 'Ada enam hak untuk binatang: tidak boleh dipaksa membawa apa yang mereka tidak kuat untuk ditanggung, tidak boleh ditunggangi saat pengendara berbicara, diberi bekal ketika berhenti, tidak boleh dicap  atau dibakar, tidak boleh diserang mukanya dan mereka harus diizinkan minum ketika mereka melewati air '.

Imam Ali juga mengutuk buang air kecil di air karena ada makhluk hidup di dalamnya. Hak fundamental bagi hewan adalah hak untuk hidup. Menurut sebuah hadits terkenal, Nabi saw bersabda: 'Seorang wanita akan dimasukkan ke neraka karena dia memenjarakan seekor kucing sampai kucing itu mati'. 'Siapapun yang membunuh burung pipit tanpa alasan apapun akan ditanyai oleh Tuhan pada Hari Penghakiman'. Dilarang berburu burung atau hewan untuk bersenang-senang.

Ini meningatkan kita akan kalimat Allamah Mohammad Taqi Ja'fari: "Pertimbangan seluruh sumber hukum Islam (fiqh) mengarah pada kesimpulan bahwa hewan tidak boleh dibunuh kecuali ada izin hukum (oleh Tuhan)".

Menurut hadits Islam, tidak hanya nyawa hewan tidak boleh diambil, tetapi juga nyawa mereka harus dilindungi. Ahli hukum besar Syiah, Zayn al-Din al'Amili, yang dikenal sebagai Syuhada Kedua (shahid-e thaani), dalam bukunya Masaalik al-Afhaam menulis: "Dengan cara yang sama menghabiskan uang untuk menyelamatkan manusia adalah wajib, menghabiskan uang untuk menyelamatkan hewan yang dihormati adalah wajib, bahkan jika hewan itu milik orang lain".  

Mohammad Hasan al-Najafi, menulis: "Jika dengan menggunakan air untuk berwudhu dikhawatirkan hewan yang hidupnya dihormati menjadi haus maka ia harus melakukan tayamum (yaitu berwudhu dengan tanah bukan air), padahal hewan itu adalah anjing". Dia berkata: Hewan juga harus disayangi dan dihormati. Menurut Imam Ali: 'Barangsiapa mengutuk binatang, dia sendiri akan dikutuk Tuhan'. Hewan seperti domba atau unta tidak boleh disembelih di depan yang lain.

2. Aturan yang mengatur etika lingkungan Islam

Manfaatkan sumber daya alam secara bertanggung jawab! Penekanan Al-Qur'an  dan hadits pada alam dan fenomena alam tidak menyiratkan bahwa manusia tidak dapat mengambil manfaat darinya. Al-Qur'an  dengan jelas menyatakan bahwa Tuhan telah menciptakan mereka sedemikian rupa sehingga manusia dapat mendominasi dan mendapatkan keuntungan darinya, "Dan bumi, Dia telah mengaturnya untuk manusia" (55:10). 

Manfaat yang kita peroleh dari lingkungan tidak terbatas pada materi atau fisik. Ini juga mencakup manfaat mental dan psikologis: "Dan Dia menciptakan ternak untuk kamu, kamu memiliki di dalamnya pakaian hangat dan banyak (kegunaan) keuntungan, dan dari mereka kamu dapat makan. Dan ada keindahan di dalamnya bagimu saat kamu mengantarnya pulang dan saat kamu mengirimkannya ke padang rumput" (16: 5 & 6).  

Ada juga beberapa ayat Al-Qur'an  dan hadits Islam yang menyebutkan manfaat spiritual atau psikologis dari tumbuhan. Nabi berkata: "Ada tiga hal yang menyebabkan kecerahan mata:  melihat kehijauan, air mengalir dan wajah yang indah". 

Seperti yang dikatakan sebelumnya, alam dan fenomena alam juga merupakan tanda-tanda Tuhan, yang harus kita renungkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang Tuhan dan hubungan yang lebih dekat dengan-Nya. Oleh karena itu, kita juga dapat memperoleh manfaat dari mereka secara teologis dan spiritual.

Berperilaku terhadap alam sebagai penjaga! Tidak hanya manusia harus menggunakan sumber daya alam dengan cara yang bertanggung jawab, tetapi juga, sebagai wakil Tuhan di bumi, dia harus merasa bertanggung jawab atas pemeliharaan dan peningkatan kondisi mereka. 

Kegagalan untuk mengamati kesenangan ilahi dan menjalankan tanggung jawabnya terhadap dirinya sendiri dan dunia pasti mengarah pada ketidakpuasan manusia serta kehancuran dunia. Untuk memperjelas kasus ini secara teologis, saya dapat secara singkat mengatakan bahwa Tuhan itu Benar dan seluruh ciptaan didasarkan pada Kebenaran.

Mengikuti yang Sejati menuntun pada ketenangan hati dan kepuasan tertinggi serta kelimpahan berkat ilahi termasuk materi maupun spiritual. Di sisi lain, kesombongan di hadapan Yang Sejati dan keegoisan menyebabkan kebingungan, melupakan diri sendiri, putusnya hubungan manusia dan bahkan kerusakan parah pada dunia fisik.

Peran Anda sebagai wali amanat! Al-Qur'an menyatakan: 'Kami menawarkan amanah kepada langit dan bumi dan bukit-bukit tetapi mereka menyusut dari menanggungnya dan takut padanya.'(33:72). Artinya, manusia telah diberi tanggung jawab kepengurusan dan amanah (al-amaanah) oleh Tuhan untuk merawat dan menjadi penyalur berkah Tuhan bagi seluruh ciptaan. Menurut pemikiran Islam, alam adalah amanah ilahi dan manusia adalah wali.

Rencanakan peningkatan hidup dan seluruh dunia!  Mungkin saja orang-orang religius yang percaya pada kehidupan kekal meremehkan kehidupan duniawi dan urusannya. Mereka berpikir ini adalah keadaan sementara dan oleh karena itu mereka harus berkonsentrasi hanya pada kehidupan spiritual dan akhirat. 

Benar bahwa kehidupan kekal menempati tempat sentral dalam perhatian dan tindakan kita. Bagaimanapun, Islam mengajarkan, kita harus melakukan yang terbaik untuk kemajuan dan perkembangan dunia. Imam Hasan mengatakan: 'Sehubungan dengan urusan duniawi, bertindaklah seolah-olah kamu akan tinggal di sini selamanya, dan sehubungan dengan kehidupan akhirat, bertindaklah seolah-olah kamu akan mati besok!'

3. Beberapa kebajikan terkait dengan perlakuan manusia terhadap lingkungan

Kebersihan. Kerapian dan kebersihan sangat penting dalam Islam. Mengenai kebersihan, Nabi bersabda: 'Sesungguhnya Tuhan itu bersih dan mencintai kebersihan, jadi bersihkan halamanmu'. Dia juga berkata: 'Jadilah bersih semampu kamu', 'Kebersihan dekat dengan kesalehan'. Bagi Nabi 'Sesungguhnya Islam itu bersih jadi bersihlah, karena tidak ada yang bisa masuk surga kecuali dia yang bersih'. Nabi berkata kepada istrinya: 'Sesungguhnya pakaian itu memuliakan, (tetapi) ketika kotor dan najis mereka tidak memuliakan'.

Moderasi dan keseimbangan. Seorang mukmin harus moderat dalam semua aspek hidupnya termasuk penggunaan alam. Nabi saw bersabda: 'Urusan terbaik adalah urusan perantara'. Dia juga berkata: 'Siapapun yang moderat dia tidak akan menjadi miskin'. 

Sungguh, seluruh dunia didasarkan pada keteraturan dan harmoni (mizaan). Melebihi batasan dalam menggunakan alam atau sumber daya alam adalah pemborosan, yang dianggap sebagai dosa besar dalam Islam. Misalnya, Al-Qur'an  mengatakan: "Dan makan dan minum dan jangan boros, niscaya Dia tidak mencintai yang boros; Dan jangan sia-sia belaka. Sesungguhnya penghambur adalah sahabat setan dan setan tidak pernah berterima kasih kepada Tuhannya" (7:31) , ( 17: 26--27).

Rasa syukur. Kualitas penting lainnya dari seorang mukmin adalah bersyukur, tidak hanya dalam kata-kata, tetapi juga dengan perbuatan. Bersyukur melalui perbuatan berarti menggunakan berkat ilahi dengan cara yang benar dan menyenangkan Tuhan.

4. Beberapa sifat buruk yang terkait dengan perlakuan manusia terhadap lingkungan

Pemborosan. Salah satu ancaman terbesar bagi masyarakat manusia dan lingkungan adalah pemborosan. Asal muasalnya adalah keserakahan dan kelalaian. Dalam sumber Islam, ada dua dosa yang dibedakan: israaf atau konsumsi yang boros dan tabdhir atau pemborosan.

Vandalisme. Menurut aturan mapan dalam yurisprudensi Syi'ah, tidak ada yang bisa menyebabkan kerugian atau kerugian bagi orang lain. Ini adalah aturan umum yang didukung oleh banyak ayat dan hadits dan, khususnya, oleh hadits kenabian yang terkenal : 'La darar-a wa la dirar-a fi'l-Islam'. Hadits ini berarti bahwa tidak ada tempat dalam Islam untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.

Korupsi. Islam menentang korupsi dalam segala bentuk. Setiap tindakan korupsi dikutuk, apakah sehubungan dengan manusia atau makhluk hidup atau bahkan makhluk non-hidup. Al-Qur'an  mengatakan: "Ketika dia berbalik, tujuannya adalah untuk menyebarkan kerusakan di bumi dan menghancurkan tanaman dan keturunan".

Kesimpulan

Lingkungan dalam Islam itu sakral dan memiliki nilai intrinsik. Sekalipun tidak ada ancaman atau kekurangan, kita tetap harus menjaga sumber daya alam, melindungi hewan dan tumbuhan dan, secara lebih umum, memperbaiki dan mengembangkan lingkungan. Sebagai wakil Tuhan, kita harus menyalurkan belas kasihan Tuhan ke segala sesuatu yang ada dalam jangkauan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun