Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dosa Titanic Ditebus?

2 Juli 2020   14:08 Diperbarui: 2 Juli 2020   14:07 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bosshunting.com.au

Di kesunyian laut
Jauh dari kesombongan manusia,
Dan Kebanggaan Kehidupan yang merencanakannya,

Sofa yang empuk dia....

Ruang baja, tujuan pembakaran
Api salamandernya,
Arus dingin semakin deras dan beralih ke irama pasang-surut.

Dimaksudkan lewat cermin
Untuk kaca yang mewah
Cacing laut merayap - aneh, langsing, bisu, dan acuh tak acuh

(Thomas Hardy, 1912). 

Kuawali suratku ini dengan bait-bait 'The Loss of the Titanic' dalam The Convergence of the Twain, hanya untukmu sahabatku. Maaf aku tidak dapat menulis semua bait puisinya.

Bagaimana keadaanmu.

Tentu kamu mengenal Titanic, kapal lux yang menabrak gunung es. Kendati namanya diambil dari legenda para dewa yang kuat dalam tradisi Yunani (para Titan), kisahnya bukan mitos. Sama halnya The Convergence of the Twain, kata-kata yang sengaja dibuat kuno oleh Hardy. Armstrong menyebut Puisi Hardy sebagai meditasi ambigu akan bencana dan kekuatan di balik sejarah. Titanic, 'sofa empuk' di dasar laut adalah simbol bangkai kapal maha mewah di dasar laut.

"Dalam kesunyian laut

Jauh dari kesombongan manusia

Dan Kebanggaan Kehidupan yang merencanakannya ...".

Sahabatku! Yang menarik adalah dua lirik setelahnya. Lirik-lirik bernuansa alkitabiah. 'Kesombongan manusia' berkaitan dengan kalimat Pengkotbah, "Apa untungnya bagi seseorang dari segala jerih payahnya yang ia dapat di bawah matahari?" Dan, "Kebanggaan Kehidupan" menegaskan maksud surat Yohanes, "Karena semua yang ada di dunia, keinginan daging, dan keinginan mata, dan keangkuhan hidup, bukanlah dari Bapa tetapi dari dunia. Dan dunia berlalu begitu saja".

Sementara itu, bait kedua menunjukkan ruang mesin Titanic: "Ruang baja, tujuan pembakaran, Api salamandernya."

Ruang baja adalah mekanisme yang menghasilkan panas, dan 'pembakaran' menunjukkan api dan panas dari ruang mesin. Termin ini mengantisipasi kematian tenggelamnya Titanic. Adapun Salamander adalah spesies kadal yang menurut legenda bisa hidup dalam api, menegaskan status keagungan kapal. Tetapi bait setelahnya diikuti oleh 'Arus dingin semakin deras (run-through), dan beralih ke irama pasang-surut'---terdengar seperti harpa atau kecapi Aeolian yang dimainkan angin. Kamu pasti berpikir tentang romantisme.

Sahabatku! Tidak ada yang Romantis tentang bangkai kapal Titanic atau arus dingin yang menjelajahi bongkahan baja. Lautan telah menggantikan semua kemuliaan dan kekuatan dengan ritme yang lambat, lambat namun ngotot. Sementara itu, cacing laut  mencerminkan kekayaan dan perhiasan, yang "merayap dengan aneh dan acuh tak acuh", membuat tekanan berat yang memperlambat laju.

Sahabatku! Sudah cukup puisi ini kuartikan. Tafsirlah sendiri. Aku tidak ingin memperlambat ceritaku tentang kisah yang yang kutempatkan pada judul surat. Tentang The Untold Story of the Titanic. Itu adalah judul dalam pameran Museum Maritim Liverpool 2017 silam. Sebuah dark story yang jarang dikisahkan turun-temurun--- yang menghubungkan Liverpool dan Titanic.

Pukul 11.40 siang pada 14 April, seratus tiga tahun yang lalu, RMS Titanic bertabrakan dengan gunung es 375 mil selatan Newfoundland. Musibah maritim itu terjadi dalam pelayaran perdana, dari Southampton ke New York. Dibuat di Belfast oleh Harland dan Wolff, Titanic dioperasikan oleh White Star Line. Ada sekitar 2.200 orang di atas kapal Titanic ketika dia tenggelam, termasuk sekitar 900 awak. Dapat dibayangkan 1.517 orang meninggal, dan hanya 710 orang selamat. Beberapa yang selamat, terutama ketua White Star Line, J. Bruce Ismay. Janganlah kamu lupakan nama Ismay ini, karena berhubungan dengan ceritaku berikutnya.

Sahabatku! White Star Line yang mengoperasikan "sofa yang empuk" adalah perusahaan Liverpool yang didirikan John Pilkington dan Henry Wilson. Pada 1868, saat makan malam di Broughton Hall Liverpool, sebuah kesepakatan merger dicapai antara Thomas Ismay dan rekannya, William Imrie, tentang peralihan hak kepemilikan White Star Line. Selanjutnya perusahaan jatuh ke tangan putra Thomas Ismay, J. Bruce Ismay yang tadi namanya kusuruh untuk kamu mengingatnya. Baik Thomas Ismay dan William Imrie ingin membangun sebuah kerajaan kecil yang kelak diwariskan kepada keturunan mereka. Namun, semua berubah ketika, pada 1872, Imrie mengadopsi keponakannya, Amy Pollard, dari Guyana Inggris.

Setelah kematian Thomas Ismay, J. Bruce Ismay mengintimidasi dan mengisolasi Amy Polard. Seorang pengusaha wanita yang cerdik kemudian mengeluarkan anak adopsi itu dari lingkaran J. Bruce Ismay. Sahabatku! Tentang Amy, sewaktu bebas, ia dan bibinya bertemu dengan Pater Bede Wrigley, seorang Fransiskan, untuk dibabtis ke dalam Gereja Katolik. Amy dan bibinya bertekad melakukan perjalanan ke Italia dengan 'The Grand Tour', karena terpikat oleh gereja-gereja Roma. Di Assisi, di basilika Santa Maria degli Angeli, yang adalah tempat kematian St. Fransiskus dan tempat St. Clare memulai kehidupan biara, Amy memutuskan bahwa dia juga akan menjadi Clara yang Miskin.

Saat kematian orang tua angkatnya pada 1907, Amy menjadi pewaris tunggal Imrie dan menjadi salah satu dari sepuluh wanita terkaya di Inggris, mewarisi lebih dari 18 juta. Dia kemudian mengambil sumpah kemiskinan sebagai Clara Miskin, menjalani kehidupan sederhana dan asketis, dan memberikan sebagian besar uangnya kepada kaum miskin Liverpool. Pada April 1944, dia meninggal dalam kemiskinan di biara Sclerder, dekat dengan desa nelayan Cornish di Polperro, yang juga dibangun dengan warisannya.

Sahabatku! Kamu pasti tidak menyangka, bahwa dengan warisan itu, Amy juga membangun gereja St. Mary of the Angels yang memukau di Liverpool. Tampaknya Gereja St Mary of the Angels mencontoh gereja Roma Santa Maria di Ariacoeli. Amy memberkahinya dengan artefak Renaissance abad XV yang indah, termasuk Stasiun Salib yang menakjubkan dan Altar Tinggi abad XVI yang mengesankan, yang awalnya berdiri di Katedral Bologna. Menurut tradisi, St Ignatius Loyola, St Philipus Neri, dan St Carolus Borromeo pernah mempersembahkan Misa di Altar tersebut. Altar itu sebenarnya milik St. Antonius yang dibawa dari Valetta.

Sahabatku! Bila kamu pernah melihat gereja itu, kamu berpikir, St Mary of the Angels adalah 'Vatikan di Liverpool'. Dalam suatu kesempatan, Amy mengatakan bahwa, "Orang-orang Liverpool tidak akan pernah bisa mengunjungi Roma, jadi saya akan membawa Roma kepada mereka." Sayangnya dia sendiri tidak pernah melihat gereja yang sudah selesai didirikan.

Sahabatku, saudaraku yang kusayangi! Sebenarnya yang ingin kutulis dalam surat ini sangat sederhana. St Mary of the Angels adalah gereja dengan keindahan luar biasa, tetapi juga terkait erat dengan Titanic--- yang menjadikannya penting secara internasional. Richard Pollard, yang tinggal di California, keponakan dari Amy, bercerita bahwa bibinya, 'dengan sengaja mendirikan gereja di tempat yang adalah salah satu bangsal termiskin di Inggris. Mimpinya adalah memungkinkan mereka yang kurang beruntung untuk dapat beribadah dalam lingkungan yang berisi arsitektur dan karya seni yang sama dengan yang terbaik di Eropa.' Pertanyaanku sederhana, mengapa dua pewaris tahta, Amy Pollard dan J. Bruce Ismay, yang bertindak secara berbeda? Ismay mati dalam kekayaan, namun tidak bahagia. Sebaliknya, Amy mati sebagai Clara yang miskin namun bahagia.

Sebagaimana kukatakan sebelumnya. Ismay yang selamat dari Titanic dianggap pengecut, karena sebagai pemilik White Star Line yang mengoperasikan Titanic, ia tidak seharusnya lari meninggalkan kapal. Ia akhirnya dikucilkan secara sosial karena dinilai pecundang.

Sahabatku! Demikianlah suratku ini kutulis. Surat tentang bangkai kapal Titanic yang hancur terletak di dasar laut, tetapi masih memiliki ingatan yang tetap tajam akan malam yang menentukan di selatan Newfoundland, tempat "sofa yang empuk" menabrak gunung es. Namun di atas semua itu, Titanic telah ditebus oleh warisan yang lain, yang dipersembahkan Amy dalam wujud Gereja St Mary of the Angels.

Salam Dariku

Petrus Pit Duka Karwayu, CMF

Yogyakarta 02 July 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun