Mungkin kita masih ingat perayaan "Tahun Ricci" di tahun 1982. Saat itu boleh dibilang momentum dalam diskursus akdemik, karena di berbagai tempat, semisal, Chicago (AS), Macerata (Italia) hingga Taibei (Taiwan) diadakan diskusi ilmiah mengenang masuknya Matteo Ricci di Cina. Tepatnya empat ratus tahun sejak kedatangannya di pemukiman Portugis, Macao 1582.
Pada 2001, di Hong Kong dan di Beijing dirayakan pula Tahun Ricci, namun yang diperingati adalah penyelesaian definitif Ricci di Beijing 1601. Sembilan tahun kemudian, 2010, 'tahun Ricci' lagi-lagi dirayakan untuk memperingati kematiannya di Beijing 1610. Apakah ada sesuatu yang baru tentang Matteo Ricci setelah selang waktu sepuluh tahun?
Saat ini, tulisan-tulisan Matteo Ricci lebih mudah diakses. Dalam bahasa Mandarin tersedia edisi Cina dan beberapa terjemahan dari karyanya Della entrata della Compagnia di Gies e Christianit nella Cina. Selain itu, manuskrip Ruggieri Ricci dari kamus Portugis-Cina diterbitkan untuk pertama kalinya sekaligus katekismus Tianzhu shiyi ('Makna Sejati Allah'), baik dalam bahasa Inggris, Jepang, Korea, dan Italia.
Tentu karya yang telah disebutkan tidak mencakup risalah persahabatan Jiaoyoulun, risalah mnemotechnics (seni memori), dan Xiguo jifa yang telah tersedia dalam bahasa Italia, Jerman, Prancis, dan Jerman.
Karya yang paling terkenal adalah Memory Palace of Matteo Ricci Jonathan Spence (1984). Semua ini menggarisbawahi fakta bahwa Ricci tetap menjadi sosok yang menarik.
Sayangnya, publikasi terkini jarang mengungkap unsur-unsur baru tentang Ricci. Mereka menandakan 'kisah sukses'nya dengan menempatkan prestasi dan tulisannya dalam konteks yang lebih luas. Padahal Ricci kurang akomodatif daripada yang sering diasumsikan.
Sesama Jesuit seperti Niccol Longobardo (1565-1655) memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang Tiongkok Klasik dan Neo-Konfusianisme.
Salah satu perkembangan utama dalam beberapa tahun terakhir adalah historiografi kontak antar budaya, dengan pertanyaan utama tentang perspektif yang darinya seseorang perlu melihat misionaris.
Empat karakteristik strategi misionaris Jesuit di Cina
Strategi misionaris Jesuit di Cina disusun oleh Alessandro Valignano (1539-1606), mantan guru Matteo Ricci (1552-1610) yang menjadi pengunjung Jesuit untuk Asia Timur selama periode 1574-1606. Strateginya dipraktekkan secara kreatif oleh Matteo Ricci.
Generasi-generasi berikutnya hingga abad XVIII, menghubungkan strategi ini dengan Ricci dan menyebutnya 'metode Ricci'. Ini dapat dijelaskan oleh empat karakteristik utama: