She is the one who surrounds us all with the 'air' of mercy: '... we are wound,
With mercy round and round
As if with air'.'.
Di zaman kita, di tengah terorisme global, konflik, penghancuran kemiskinan dan degradasi ekologis, lebih-lebih wabah pandemi, hampir tidak ada pesan yang lebih menghibur, selain bercerita tentang Maria.Â
Menurut Hopkins, Maria adalah 'ibu', karena dari awal Kekristenan, peran kosmik Kristus, sebagaimana diisyaratkan dalam puisinya, diyakini telah dibagikan oleh Maria: Firman Tuhan mengambil bentuk manusia. Melalui Maria kita melihat 'Ketuhanan Allah, Berkecil hingga Bayi'.Â
Maria membawa Tuhan ke orbit manusia; dia adalah 'udara keibuan dunia' yang mengelilingi kita---ini mirip dengan kata-kata Kathleen Raine 'Northumbrian Sequence IV', Allah yang agung tersembunyi dari pandangan manusia di '... kesendirian ... langit yang belum tersentuh ... kesunyian raksasa Kosmos', memasuki dunia.Â
Surat kepada orang Ibrani mengatakan dalam prolognya bahwa Kristus sebagai '... cahaya kemuliaan Allah ... menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan'. Yang mengagumkan, menurut Hopkins, 'kemuliaan telanjang' dapat membutakan manusia. Tangan Marialah yang menyaring' cahaya yang bersinar' agar sesuai dengan pandangan manusia--- sebuah kepekaan keibuan.
Sahabatku! Cerita tentang Hopkins dan Maria, memang menjenuhkan seperti puisinya. Namun kita tidak menyangka, bahwa puisi Hopkins adalah simbol kualitas sakral dan mistis, yang keduanya menggunakan pendekatan keibuan terhadap misteri pamungkas, yaitu Tuhan. Hopkins, dalam 'The Blessed Virgin', melihat Maria sebagai konteks untuk ekspresi puitis dari misteri yang menyatukan manusia dan Tuhan. Inilah yang sejatinya saya rindukan untuk diceritakan kepadamu.
Petrus Pit Duka Karwayu
26 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H