Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Teologi Setelah Auschwitz

19 Januari 2020   09:33 Diperbarui: 19 Januari 2020   09:40 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: vox.divinity.edu.au

Bagaimanapun itulah teologi, yang berusaha memahami Allah bahkan ketika penderitaan memaksa untuk menyangkali-Nya. Namun seperti apa yang dikatakan Metz, "dalam bahasa doa seseorang bisa mengatakan apa saja kepada Allah, termasuk tidak mempercayai-Nya. Asalkan katakanlah itu pada Allah. Karena ketika pertanyaan itu datang kepada Allah, selalu ada sesuatu yang masih terbuka".

Auschwitz kini bukan lagi nama sebuah tempat, melainkan sebuah termin teknis penderitaan abad XX. Maka benar bahwa memori akan Auschwitz tidak boleh berhenti. Ia harus selalu dikenang, tidak hanya dalam agama Yahudi atau Kristen, melainkan mencakup semua. Karena Auschwitz juga berarti guncangan yang paling dalam dan penolakan dari kepenuhan teologis apa pun. 

Setelah Auschwitz teologi Kristen tidak lagi dapat menjadi penuh seperti sebelumnya. Teologi terkadang harus tetap diam. Ada kelemahan teologi yang mengetahui jawaban atas semua pertanyaan teodise. Lebih daripada itu, teologi setelah Auschwitz mengetahui tentang kesamaan harapan kita akan kerajaan Allah. 

Baik orang Yahudi maupun Kristen memiliki "proyek Mesias" yang sama, seperti yang dikatakan Clemens Thoma, untuk bekerja menuju "keadilan, perdamaian, dan integritas ciptaan" di dunia kita yang menyedihkan. Semuanya itu dikerjakan hanya demi Dia yang mati di Golgota, dan yang mati di Auschwitz, Golgota di zaman Modern. Inilah perjuangan untuk keluar dari bayang-bayang kegelapan yang dipenuhi kekerasan dan perang yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun