Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sahabat Abstrak (Episode 4): Diary 24 Maret 2018

2 Januari 2020   21:14 Diperbarui: 2 Januari 2020   21:20 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.qureta.com/post/redemption-di-shawshank

"Lalu mengapa kau harus bertanya padaku? Jawabku dengan nada suara yang mulai turun.

Tanpa menjawab pertanyaanku dia mulai menguraikan soal keprihatinannya atas Ose dan diskusinya dengan Ian rekan serumah mereka. Mereka bertindak seolah-olah mereka makhluk yang sempurna. Mereka berbicara mengenai kemampuan akademis seolah-olah pntar adalah soal keaktifan kelas dan indeks prestasi yang tinggi.

"Ian pernah bercerita bahwa kau sering berdiskusi bahkan membantunya mengerjakan tugas-tugas perkuliahan bukan?"

"Iya. Kau tahu Ose. Kau mengenalnya jikalau Ia sulit mengungkapkan ide. Saya hanya membantu membahasakannya. Dan jika ada tugas yang sulit dimengerti, saya coba terangkan. Itu saja. karena saya tahu ia tak sama  sekali tak punya niat dalam dunia akademis."

Jawabanku sepertinya disimak betul. Aku mulai was-was. Takutnya jawabanku dijadikan tameng.

"Ian juga bercerita, suatu waktu saat kau sedang mengerjakan tugasnya, ia malah asik bermain handphone, benarkah?"

Aku terdiam. Aku kalah. Ya Tuhan aku telah salah menilai Ian. Selama ini aku pikir ia sahabat terbaik Ose. Padahal, di balik itu ia malah menjatuhkannya. Kalau sahabat kenapa tidak sportif berbicara face to face.bukan hanya dia, namun Hendrik pula. Jika mereka adalah sodara, mengapa harus menggunakanku untuk mendukung asumsi standar mereka? Licik! Sungguh Licik! Aku merasa telah mengkhianati Ose. Mereka khususnya Hendrik merancang skenario dengan sebaik mungkin dan memasukan saya sebagai aktor tambahan.

Baiklah... kuikuti maumu. Aku pun bercerita apa adanya termasuk pendapatku tentang Ose si Bodoh. Saya mengenalnya dan sejauh yang kutahu. Dan pengenalanku berbeda dengan mereka tentunya. Mungkin sekarang jawaban saya menjadi diskusi hebat di kalangan mereka, aku tak tahu.

Kelanjutan

Saya merasa lucu, bila harus mengisahkan efek diskusiku dengan Hendrik. Hari pertama setelah diskusi, saya masih duduk semeja dengan Ose, namun ia telah memasang tembok yang hebat di antara kami. Hari kedua ia menjauh. Langkahnya yang diam berpaling di depan 'kampus di luar kampus' adalah tindakan baru, berani sekaligus tegas. Sebuah tindakan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. tindakan itu memberi isyarat, kalau kami tak bisa seperti hari kemarin, dekat.

Saya merasa bahagia ia telah kembali pada permulaan. Awal di mana semua berjalan tanpa rasa, makna dan pengetahuan. Tanpa ia sadari, iapun telah salah memahami ketulusanku. Orang yang tulus, yang menanggung beban yang tak seharusnya dipikul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun