Mohon tunggu...
Pita Suhartini
Pita Suhartini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Keperawatan

Saya mempunyai hobi mendengarkan musik, saya mempunyai kepribadian ekstrovert, dan saya menyukai konten tentang komedi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan

6 Januari 2025   14:28 Diperbarui: 6 Januari 2025   14:28 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis Etika dalam Kesehatan Digital dan Kecerdasan Buatan (Sumber: Kelompok 4 Kelas Etik 02)

                

                 Perkembangan teknologi yang sangat cepat di era sekarang membuat perubahan yang besar di berbagai bidang, salah satunya di bidang kesehatan. Perkembangan yang dilakukan yaitu penggunaan kesehatan digital dan kecerdasan buatan (AI) yang bertujuan untuk meningkatkan sistem pelayanan medis yang dapat menjangkau akses yang lebih luas, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendapatkan hasil yang akurat dalam diagnosis pengobatan. Di samping itu, adanya perubahan pada sektor kesehatan memunculkan tantangan mengenai keamanan data pasien sehingga perlunya penekanan dalam penerapan etika kesehatan saat menggunakan teknologi seperti kesehatan digital dan kecerdasan buatan. Oleh karena itu, pembuatan kebijakan yang tepat dan pengawasan yang ketat diperlukan untuk menyeimbangkan kebutuhan perkembangan teknologi kesehatan dengan keamanan privasi pasien.

                  Penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam sektor kesehatan telah membawa perubahan signifikan dalam cara layanan kesehatan diberikan, dengan meningkatkan efisiensi, akurasi, dan aksesibilitas. AI diterapkan di berbagai aspek, mulai dari diagnosa penyakit, sistem pendukung keputusan klinis, telemedicine, manajemen data kesehatan, hingga prediksi dan pencegahan penyakit. Salah satu penerapan utama AI di bidang kesehatan adalah dalam diagnosis berbasis AI. Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin dan pemrosesan gambar medis, AI dapat menganalisis data medis, seperti gambar radiologi (CT scan, MRI, X-ray), untuk membantu dokter dalam mendeteksi penyakit secara lebih cepat dan akurat. Misalnya, AI dapat digunakan untuk mendeteksi kanker, penyakit jantung, atau gangguan neurologis dengan tingkat akurasi yang tinggi, bahkan pada tahap awal yang sulit dikenali oleh manusia.

             Selain itu, sistem pendukung keputusan klinis berbasis AI membantu tenaga medis dalam mengambil keputusan klinis yang lebih tepat. AI dapat mengolah data pasien, termasuk riwayat medis, hasil tes laboratorium, dan gejala klinis, untuk memberikan rekomendasi diagnostik dan terapi. Ini tidak hanya meningkatkan akurasi diagnosis, tetapi juga mengurangi kemungkinan kesalahan manusia, serta mempercepat proses pengambilan keputusan dalam situasi darurat. Telemedicine, yang memungkinkan konsultasi medis jarak jauh melalui platform digital, juga semakin didorong dengan adanya teknologi AI. AI dapat digunakan untuk menganalisis data pasien yang dikirimkan secara real-time, memberikan saran awal, dan membantu dokter dalam memantau kondisi pasien dari jarak jauh. Hal ini sangat bermanfaat, terutama di daerah terpencil yang sulit dijangkau tenaga medis atau fasilitas kesehatan.

                Manajemen data kesehatan juga semakin efisien dengan penerapan AI. Sistem berbasis AI dapat membantu dalam pengolahan dan analisis data pasien secara besar-besaran, memudahkan pengelolaan rekam medis elektronik, dan meningkatkan integrasi data antara berbagai penyedia layanan kesehatan. Dengan demikian, data yang lebih terorganisir dan mudah diakses akan meningkatkan kualitas perawatan pasien. Selain itu, AI juga digunakan dalam prediksi dan pencegahan penyakit. Dengan menganalisis pola-pola dalam data kesehatan, seperti riwayat medis, gaya hidup, dan faktor lingkungan, AI dapat memprediksi risiko penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipertensi. Hal ini memungkinkan intervensi dini, yang berpotensi mengurangi beban penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

               Secara keseluruhan, penerapan AI di sektor kesehatan menawarkan potensi besar untuk meningkatkan layanan kesehatan secara keseluruhan, dengan membuat diagnosa lebih cepat, pengelolaan data lebih efisien, serta meningkatkan aksesibilitas layanan medis. Namun, meskipun AI dapat mempercepat proses dan meningkatkan akurasi, peran dokter dan tenaga medis tetap sangat penting dalam memberikan perawatan yang berbasis pada pemahaman holistik terhadap kondisi pasien.

               Pada tahun 2020, kita seluruh masyarakat di dunia ini mengalami kejadian yang tidak biasa, dimana mengharuskan kita untuk berdiam di dalam rumah. Pandemi Covid-19 yang terjadi pada saat itu memberikan dampak yang negatif dan positif. Dampak negatif yang kita alami tentu saja kesulitan dalam beraktivitas, masalah ekonomi, dan keterbatasan dalam segala bidang, termasuk bidang kesehatan. Namun dalam kesulitan tersebut justru memberikan peluang terhadap perkembangan yang diciptakan, seperti teknologi kesehatan yang semakin terbarukan, sehingga dapat memberikan solusi dalam dunia kesehatan. Salah satu dari teknologi tersebut adalah AI yang digunakan untuk rekam data medis digital, dimana teknologi ini berisi tentang data diri riwayat penyakit, dan hal medis lainnya dengan harapan dapat memudahkan para tenaga kesehatan dalam mengetahui informasi dari pasien.

               Sayangnya yang namanya teknologi tentu ada saja kesalahan atau kelalaian, terutama dalam hal keamanan. Hal ini terbukti pada saat pandemi Covid-19, lebih tepatnya pada 20 Mei 2020, terjadi kebocoran atau pencurian data kesehatan di Indonesia. Sebanyak 230 ribu data pribadi seperti NIK, bahkan informasi terkait Covid-19 berhasil dicuri dan dijual di forum dark web. Tentu saja kejadian tersebut membuat resah masyarakat, juga mengurangi kepercayaan kepada pemerintah dan pihak pengelolah karena tidak dapat memberikan keamanan yang terbaik sehingga memberikan kerugian kepada masyarakat.

               Suatu kemajuan pasti ada yang harus dikorbankan, mungkin regulasi yang belum memadai, biaya operasional yang sulit, juga edukasi juga kepercayaan warga yang sulit untuk ditangani. Namun jika tidak dimulai dari sekarang, kapan kita akan berubah menjadi negara yang maju dan makmur.

               Kebocoran data ini melanggar prinsip etika kesehatan, seperti kerahasiaan, keadilan terhadap kelompok rentan, dan transparansi pengelolaan data oleh lembaga kesehatan. Kebocoran data dalam sektor kesehatan merupakan pelanggaran serius terhadap prinsip-prinsip etika yang telah lama dijunjung tinggi, seperti kerahasiaan, keadilan, dan transparansi. Kerahasiaan informasi medis pasien merupakan hak dasar yang harus dilindungi, dan kebocoran data dapat merusak kepercayaan pasien terhadap lembaga kesehatan. Selain itu, kebocoran ini juga berpotensi membahayakan kelompok rentan, seperti anak-anak, lansia, atau penderita penyakit kronis, yang datanya dapat disalahgunakan. Prinsip keadilan menuntut agar semua individu diperlakukan secara setara dan aman, tanpa diskriminasi, dan kebocoran data jelas-jelas bertentangan dengan prinsip tersebut. Terakhir, transparansi dalam pengelolaan data oleh lembaga kesehatan sangat penting untuk memastikan bahwa data yang dikelola digunakan secara etis dan bertanggung jawab. Ketika data bocor, hal ini menandakan lemahnya pengawasan dan pengelolaan data yang seharusnya dapat diandalkan.

               Perkembangan Teknologi terutama AI memiliki potensi dalam mempermudah kinerja dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, Namun penerapan AI tentu akan menghadapi beberapa tantangan utama dalam pelayanan kesehatan indonesia yaitu : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun