Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Badang yang Masih Balang dari Rotan

6 Januari 2025   15:49 Diperbarui: 6 Januari 2025   16:12 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badang yang masih balang (belum jadi). (Foto dok. Petrus Kanisius).

Badang ini belum sepenuhnya jadi (badang balang). Badang dianyam dari bahan rotan (uwi dalam Bahasa lokal di Simpang Dua) yang sudah diraut menjadi helaian bahan anyaman (lapat/bila laet).

Bagi masyarakat Dayak Simpang (Simpang Dua dan Simpang Hulu), Ketapang, Kalimantan Barat, Badang sangat diperlukan saat musim panen tiba.

Badang sangat berguna ketika musim panen tiba. Kata mamak (ibu), badang menjadi tempat penampung (penumpuk/tempat sementara). Badang juga menjadi tempat untuk membawa padi (mengangkut padi) dengan cara mengambinnya.

Badang ukuran kecil seperti ini, biasanya digunakan untuk ngobik/ambin/angkut padi di ladang. Kata ibu, Badang jaman dulu besar-besar. Mungkin karena sudah semakin sulit mencari bahan anyaman dari bahan rotan, kata ibu.

Zaman sekarang pun, anak muda atau pun generasi kelahiran tahun 1980 hingga 2000-an tidak banyak yang bisa menganyam badang, penangkin, ragak, tayak/taroket dan anyaman lainnya.

Ibu saya pun lalu mengungkapkan khawatirannnya, tentang suatu saat di generasi mendatang mungkin sudah tidak ada lagi yang bisa menganyam beranekaragam anyaman dari bahan rotan.

Rotan tidak hanya dianyam menjadi badang, tetapi juga rotan bisa dianyam menjadi tanyak/taroket (penangkin) untuk memanen padi (ngotum).

Badang dianyam ibuku itu disiapkan untuk persiapan panen padi yang diperkirakan bulan Januari akhir atau awal Februari 2025.

Sedikit cerita tentang anyaman dari bahan rotan, sepengetahuan saya, bagi masyarakat Simpang dan masyarakat Dayak lainnya, rotan bisa dianyam untuk banyak macam anyaman; anyaman penangkin, badang, tayak/taroket, karampan (untuk penjemur padi) lampit, copan (penampi beras/padi) jare (sejenis penangkin yang bilah-bilah rotannya dianyam jarang-jarang). Dulu, jare dipakai oleh masyarakat untuk pergi ke ladang atau ketika berburu.

Taroket (untuk wadah padi saat mengetam), ragak (untuk tempat sayur/mencuci sayur ke sungai)  dan tangok (untuk menangkap ikan di sungai). Foto: Pit.
Taroket (untuk wadah padi saat mengetam), ragak (untuk tempat sayur/mencuci sayur ke sungai)  dan tangok (untuk menangkap ikan di sungai). Foto: Pit.

Sebelum dianyam, rotan-rotan tersebut diperoleh dari hutan. Rotan-rotan pun tidak langsung dianyam, bilh-bilah yang sudah dibelah agar tidak tajam (rata sisi-sisi bilahnya) selanjutnya dijemur. Setelah kering, rotan-rotan tersebut bisa langsung dianyam, sesuai keinginan, ingin dianyam apa pun sesuai dengan keinginan si penganyam/perajin anyaman.

Rotan yang sudah dibelah atau pun yang belum dibelah dijemur. Foto: Pit.
Rotan yang sudah dibelah atau pun yang belum dibelah dijemur. Foto: Pit.

Bilah-bilah rotan yang sudah dibelah di jemur sebelum dianyam. Foto: Pit.
Bilah-bilah rotan yang sudah dibelah di jemur sebelum dianyam. Foto: Pit.

Saat ini, tidak banyak lagi tersedia rotan di kampungku, salah satunya karena untuk mendapat rotan harus berjalan kaki cukup jauh menuju hutan. Selain itu, ketersediaan rotan-rotan di hutan pun sudah tidak banyak lagi tersedia.

Seperti ibuku, biasanya beliau menganyam taroket, penangkin, badang, ragak dan lain-lain memerlukan waktu yang cukup lama, jika mengayam badang dan penangkin bisa memerlukan waktu satu minggu, menganyam tangguk atau ragak bisa dianyam dalam waktu satu malam.

Lebih lanjut, Ibu berharap, ada generasi muda yang mau belajar menganyam. Jika tidak, bisa saja, kata ibu generasi penerus tidak bisa lagi menganyam anyaman (tidak ada yang menjadi penerus menganyam).

Sejatinya copan/penampi padi tersebut digunakan untuk menampi padi, tetapi oleh ibuku digunakan untuk meletakkan sayur mayur. Foto: Pit.
Sejatinya copan/penampi padi tersebut digunakan untuk menampi padi, tetapi oleh ibuku digunakan untuk meletakkan sayur mayur. Foto: Pit.

Sama dengan ibuku, saya pun berharap, kelak ada generasi muda yang mau dan belajar menganyam anyaman seperti ini. Dengan demikian, anyaman-anyaman seperti taroket, bajot, copan, karampan, jare dan lain-lain masih bisa dijumpai masa akan datang. Mari kita rawat tradisi, Salam lestari...!!! Salam budaya.... !!! dan semoga anyaman seperti ini bisa lestari hingga nanti.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun