Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Kata yang Memberi Arti

9 Desember 2024   16:27 Diperbarui: 9 Desember 2024   16:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanah kering, tunas baru. (Foto dok. Petrus Kanisius).

Setiap kita pasti mengeluarkan kata-kata dalam tutur kata (Bahasa) kita saban waktu

Kata yang terucap itu pun memiliki dan memberi arti

Kata tentang apa saja, tergantung kita mau mengluarkan kata-kata apa

Kata dan arti kata pun selalu memberi dampak, tergantung bagaimana kita menyuarakan kata-kata itu.

Kata yang memberi arti, tentang apa komunikasi/bahasa/tutur kata yang disampaikan

Karena terkadang kita lupa kata ketika berucap

Khilaf itu yang tak jarang terjadi

Kita dan kata seolah menjadi riuh ketika terlepas tanpa sadar.

Adab dan ilmu cenderung sering dihadapkan saat sekarang tak seiring sejalan

Ego kita dengan kata pun sering bermain hingga lepas kendali

Nada kata tentang cinta tetapi dusta mendera, lihat hutan, lihat tanah air kita

Budaya tentang kata dan norma sopan santun pun sudah semakin jarang dijumpai.

Tengoklah, nada kata bicara terkadang di luar logika

Tingkah polah sewenang-wenang diri mengagungkan ilmu tetapi lupa adab, tak mengkritik tetapi ini pada diri kita sendiri

Kita lupa dengan tutur kata kita, kita tanpa sadar merendahkan diri atau pun orang lain

Tak sedikit yang tersakiti tak ubah seperti hutan rimba yang sudah semakin sulit berdiri dan menjulang tinggi.

Ya, tutur kata bisa mendera dan juga mencederai diri, siapa pun kita

Ruah dogma kebaikan sama halnya dengan kegusaran ragam satwa yang sudah terkepung di sisa-sisa tajuk-tajuk yang sudah semakin sulit berdiri kokoh karena kalah oleh deru mesin yang menggerus sepanjang waktu

belum cukup mengalahkan ego diri kita yang merasa serba dari segalanya hingga tak jarang pula menyalahkan satu sama lainnya

Kata kita yang sudah terlanjur keluar sama riuhnya dengan suara akar rumput yang semakin tercerabut.

Ada pula diantara kita yang terlalu lupa kata terima kasih kepada Sang Pencipta dan menganggap diri paling mampu, namun lupa diri hingga tersandung dan terjerembab oleh tingkah polah diri sendiri

Kata dan janji pun terkadang sering terucap,

Namun belenggu dosa tatapi bukan suci acap kali mengkebiri hati

Iri dengki, tinggi hati sepertinya sudah ada dalam diri hingga sulit terkendali hingga memuncak menyalahkan seisi hati dan bumi pertiwi ini.

Ucapan kata berujar berbuat sesuatu yang baik, tetapi jarang terealisasi

Diri pribadi cenderung kalah karena sikap dan adab yang terkadang sulit mengalah

Tingkah polah cenderung tanpa ragu berkata dusta demi diri tanpa rasa

Kita semakin sering memaki diri dan orang lain, memanfaatkan tanpa ingat maaf dan kasih

Tak jarang berujar/ujaran bisa berpengaruh hingga gaduh bergemuruh

Semua mengelak ketika kata luluh lantak, terjerembab, hilang lenyap, menangisi nasib bumi ibu pertiwi

Itu ada, itu nyata; kita dan satwa, rimba yang tak lagi bisa nyata bersama

Berita bercerita tentang kata-kata fakta yang memberi makna sebagai cara agar semua bisa harmoni.

 

Ketapang, Kalbar, 9 Desember 2024

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun