Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Catatan, Pangan dan Kita

15 Oktober 2024   16:28 Diperbarui: 15 Oktober 2024   21:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pangan lokal menjadi sumber hidup masyarakat kita. (Foto: KOMPAS).

Pangan dan kita merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Bagaimana jadinya apabila dalam tatanan kehidupan kita tidak ada pangan? Mungkin, sangat sulit bagi kita, karena pangan menjadi salah satu sumber utama dalam pemenuhan hidup kita dalam menjalanani kehidupan.

Tanggal 16 Oktober 2024 diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia (World Food Day). Hari Pangan Sedunia memiliki tema yang berbeda-beda setiap tahunnya. Situs resmi FAO, menyebutkan, Adapun tema Hari Pangan Sedunia tahun ini adalah; Right to foods for a better life and a better future (Hak atas pangan untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik).

Mengutip dari kompas.com, Hari Pangan Sedunia sudah ada sejak konferensi FAO ke 20, sejak bulan November tahun 1976 di Roma. 147 negara termasuk Indonesia setuju dicetuskannya resolusi Nomor 179 mengenai World Food Day. Akhirnya mulai tahun 1981 semua negara anggota FAO memperingati Hari Pangan Sedunia setiap tanggal 16 Oktober.

Suatu negara bisa disebut sebagai negara agraris jika profesi penduduknya sebagian besar adalah bertani. Indonesia sendiri memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Sebagian besar masyarakatnya mengandalkan sektor pertanian yang memberikan kontribusi sangat tinggi dan sangat penting sebagai sumber hidup, mata pencaharian dan ekonomi masyarakat.

Bagaimana dengan ketersediaan pangan kita?

Kemandirian pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia sepertinya belum sepenuhnya bisa mencukupi. Sebagai contoh misalnya beras. Tak jarang Indonesia melakukan impor beras dan mungkin juga pangan lainnya seperti kedelai dan tepung terigu.

Maraknya pangan luar yang di impor oleh Indonesia tentu menjadi sebuah kekhawatiran bagi eksistensi pangan lokal. Ditambah lagi dengan minat dari masyarakat Indonesia yang minim menjadi petani.

Mungkin, petani yang ada saat ini adalah generasi yang pada usia 40-60 tahun. Sedangkan generasi milenial tidak banyak yang tertarik menjadi petani karena berbagai faktor, diantaranya karena banyak pilihan dunia kerja selain menjadi petani, ini pun pasti akan berdampak kepada ketersediaan pangan lokal yang memadai di masa-masa yang akan datang. 

Minimnya minat dari generasi saat ini menjadi petani tentu menjadi kekhawatiran yang tidak terelakkan. Kekhawatiran akan hilang atau berkurangnya pangan lokal karena minimnya minat menjadi petani di jaman ini pun tentu menjadi perhatian bagi semua kita pula.

Lalu, bagaimana jika semisal tidak ada petani di negeri ini?

Tidak terbayangkan, bagaimana jadinya apabila di negeri ini tidak ada petani. Hampir semua produk pangan lokal kita dapatkan dari si petani. Adanya petani bisa menyediakan kebutuhan masyarakat kita sehari-hari.

Suatu yang pasti, masyarakat kita akan kekurangan pangan lokal dan semua akan tergantung pada impor dari luar negeri. Selain itu, kita akan dibebankan dengan biaya yang tinggi dan masyarakat kita akan dibebani oleh harga yang tinggi namun kemampuan yang tidak semua mampu membeli.

Sudah pasti, misalnya, masyarakat kita sangat menyukai produk lokal sejatinya. Akan tetapi, saat ini kita sudah semakin dipengaruhi oleh hal-hal yang instan. Mengingat, kita terkadang kalap mata yang menganggap produk luar lebih istimewa dibandingkan produk pangan lokal. Padahal sebaliknya, produk/pangan lokal lah yang lebih oke. Pangan lokal sudah pasti sehat dan terbebas dari bahan kimia karena produk lokal alami dan langsung dari petani.

Lebih parah lagi, karena pengaruh iklan dan kebiasan baru, membuat masyarakat lebih memilih yang instan dan siap saji tetapi banyak mengandung bahan kimiawi.

Kekhawatiran lain terkait pangan saat ini adalah anomali cuaca yang semakin sulit diprediksi menjadikan para petani semakin sulit pula menentukan waktu bertani, atau lebih parahnya lagi anomali cuaca yang terjadi membuat petani tak jarang menjadi gagal panen. Ditambah lagi misalnya dengan para nelayan yang melaut mencari ikan menjadi semakin sulit ketika musim badai dan ombak tinggi karena faktor cuaca.

Sudah semestinya kita bisa memberikan tawaran akan kemandirian pangan yang berbasis tradisional. Teruslah menjalani tradisi menanam pangan lokal tanpa harus merubahnya/menggantinya dengan produk luar yang belum tentu cocok di suatu wilayah atau tempat tertentu. 

Mulailah menanam produk pangan lokal di lingkup keluarga misalnya; menanam sayur,cabe/cabai, kunyit di pekarangan rumah. Jika memungkinkan ada lahan kosong, tanamlah dengan ubi/singkong, jangung, pisang dan tanaman buah-buahan lainnya. Atau jika memungkinkan, peliharalah ayam dan ternak lainnya sebagai sumber/pendukung dalam pemenuhan sumber hidup kita sehari-hari. Sejatinya banyak cara yang bisa kita lakukan agar berdaulat pangan di negeri sendiri. Mari nenanam untuk kehidupan.

Ada pangan, ada kehidupan. Berharap kita berdaulat pangan di negeri sendiri. Dengan demikian, kita tidak terpengaruh dan ketergantungan dengan produk/pangan dari luar yang sejatinya belum tentu lebih baik dari produk lokal. Selamat Hari Pangan Sedunia (World Food Day).

Sumber Tulisan; Diolah dari berbagai sumber

Penulis: Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun