Ketika semua butuh (membutuhkan), tidak perlu merengek tetapi itu adanya
Manusia butuh Hutan, Hutan butuh Kami, Kami Butuh Hutan
Semua butuh
Karena hakikatnya semua harmoni
Butuh karena ingat napas yang kiranya boleh berlanjut
Manusia, ragam satwa perlu hutan untuk berlindung atau bernaung, makan hingga bahkan bernapas
Mungkin, hutan hanya butuh dirawat jika ia tidak dirampas, diperas dan dibinasakan
Kami, kita semua butuh hutan sebagai naungan
karena panas yang sudah semakin sering mendera, banjir dan kekeringan tak jarang melanda manusia
Butuh karena semua sudah tidak utuh
Lihat hutan, lihat manusia
Hutan tidak banyak yang suci alias perawan melainkan hilang rebah tak berdaya
Manusia yang semakin beringas merampas kesucian hutan belantara hingga tanpa rupa
Hutan rimba, aku tertawa melihat rupamu yang tidak serupa
Tetapi juga iba karena engkau sudah condong bahkan rebah karena tak kuat menahan tingkah polah manusia yang jengah
Jengah mengaku rindu merawatku tetapi pongah lupa karena semua butuh
Rambutku yang menjuntai rimbun tak lagi banyak yang bisa memayungi seisi bumi ini
Bumi belantara ini tak senada dengan kata, itu umpatanku, caci maki ku
Bumi dan isi seolah tak lagi serasi, tak lagi harmoni
Lihatlah panas terik, banjir sering datang tanpa pamit menghampiri manusia
Manusia menyapa, agar menjaga yang masih ada dan tersisa
Tetapi sepertinya kalah dengan para tuan-tuan yang punya titah
Raung mesin tanpa henti berganti mengeruk, mengikis isi perut ibu bumi Kenangku,
Gaduh, riuh sampai mengaduh bersimpuh memohon pada-Nya agar kiranya semua boleh harmoni karena semuanya butuh
Namun, adakah yang bisa mencegah itu? Tanyaku kepada semua!!...
Ketapang, Kalbar, 5 Mei 2024
Petrus Kanisius-Yayasan Palung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H