Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Tak Ada Nasi Jika Tak Ada Petani

24 September 2019   16:51 Diperbarui: 27 September 2019   10:20 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berladang dalam tradisi masyarakat Dayak Simpang, Ketapang, Kalbar. Foto dok: Michael Yundaliza

Para petani di pedalaman atau di kampung  menggunakan adat dan tradisi (tidak sembarangan membakar/membuka lahan). Mereka (para petani) terlebih dahulu menggunakan ritual tertentu terebih dahulu baru membuka ladang sebagai ijin permisi kepada Duata/Duwata (Sang Pencipta).

Hampir 80% masyarakat adat (Indigenous Peoples) Dayak di Kalimantan mata pencahariannya berladang. Berladang bukan sekedar untuk hidup tapi ladang turut membentuk peradaban orang Dayak. Karena dari membuka lahan hingga akhir panen ada aturan yang hatus ditaati, adatnya inilah yang membentuk kebudayaan Dayak. Tidak benar aktivitas ladang berpindah sama dengan kegiatan merusak hutan. Istitut Dayakologi menyebutkan bahwa sistem ladang berpindah itu sebagai sistem pertanian asli terpadu (integrated indigenous farming system). Bukan ladan gberpindah tetapi ladang bergilir. Selengkapnya disini  

Bagi masyarakat petani, bertani sudah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan sejak dulu hingga saat ini yang harus lestari. Dengan bertani maka pemenuhan akan kebutuhan hidup terpenuhi. Hidup dari alam dan makan dari alam. Hargai alam karena ia memberi sumber hidup. 

Hormati hutan dan tanah air agar ia bisa juga menghormati kita agar kita semua bisa lestari. Ada petani maka kita hingga hari ini bisa menikmati sumber makanan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan. Selamat hari petani dan teruslah maju para petani di negeriku.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun