Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bagaimana Nasib Hutan dan Orangutan dengan Pindahnya Ibu Kota ke Kalimantan?

29 Agustus 2019   15:25 Diperbarui: 29 Agustus 2019   18:55 4156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hutan menjadi kota, orangutan menjadi orang kota"

Banyak kekhwatiran dan harapan tentunya dari pemindahan ibu kota ke Kalimantan. Kekhawatiran ini tidak lain berkaitan dengan nasib hutan dan orangutan. Sedangkan manfaatnya adalah adanya  pembangunan atau yang lebih dikenal dengan pemerataan pembangunan.

Akan seperti apakah nasib hutan dan orangutan yang ada di Kalimantan nantinya, apakah akan terpengaruh dengan pindahnya Ibu Kota ke Kalimantan?

Suatu harapan yang pasti akan pembangunan tentunya jangan mengesampingkan nasib hidup hutan dan orangutan. Bukankah semua nafas semua makhluk memiliki hak yang sama dan jangan sampai ada yang dikorbankan.

Hilangnya luasan tutupan hutan dikwatirkan setidaknya berimbas kepada hilangnya tempat habitat hidup sekaligus sebagai tempat berkembang biaknya orangutan. 

Hutan sebagai sumber nafas hidup semua makhluk menjadi satu kesatuan sejatinya, agar bisa terus berlanjut atau akan menjadi korban alias tinggal cerita. Perluasan areal untuk pembangunan. 

Satwa dilindungi seperti orangutan  pun sangat memerlukan hutan agar bisa tetap menyemai. Hutan, orangutan menjadi satu kesatuan. Hilangnya luasan tutupan hutan,  dan orangutan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.

Tak bisa disangkal, nantinya imbas dari pembangunan berdampak pada kebutuhan akan hutan yang kemudian berujung dengan semakin menyempitnya luasan tutupan hutan, demikian juga orangutan secara otomatis akan kehilangan tempat hidup untuk berkembang biak jika tak bijak.

Kekwatiran itu tentunya tidak berlebihan, syukur-syukur dengan pindahnya ibu kota ke Kalimantan Timur membuat hutan tanah dan air tidak tergerus (terjaga, aman dan sentosa), semoga saja.

Hutan, tanah dan air memberi berjuta manfaat bagi semua nafas makhluk hidup. Tetapi akankah ia akan bertahan jika pusat berkehendak dengan asas pembangunan tetapi mengorbankan hutan, tanah, air dan segala isinya. 

Masih adakah kemakmuran dan kebebasan untuk masyarakat kebanyakan (masyarakat akar rumput)? atau malah hanya segelintir orang saja yang merasakannya?.

Takutnya kita masih ingat dengan cerita, Kali dan Mantan (Kali-Mantan/Kalimantan), dulu mungkin Kali bukan Mantan. Setelah digerus maka disebutlah mantan/segala isinya Kali telah terlanjur tergerus hingga menjadi Mantan.

Hutan hujan, menjadi nafas semua makhluk. Demikian juga masyarakat yang sudah biasa dan tinggal di sekitar hutan. Semua keperluan dan kebutuhan masyarakat yang tinggal serta mendiami hutan bisa terpenuhi. 

Akankah nanti semua itu akan semakin sulit didapatkan alias semua akan membeli?. Hutan sebagai penyedia segala kebutuhan  masyarakat yang ada di sekitar hutan, menjadi tanda keharmonisan semua nafas.

Hutan, orangutan dan manusia satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan harus harmoni karena hutan sumber segalanya. Sesungguhnya manusia perlu hutan, hutan tidak perlu manusia. 

Sementara orangutan sangat penting untuk menjaga peranan bagi keberlanjutan hutan yang tidak bisa dilakukan oleh manusia yaitu sebagai penyebar biji/penyemai benih hutan (petani hutan).

Hanya ada dua kemungkinan bagaimana kelak nasib orangutan dan hutan dengan pindahnya ibu kota Kalimantan; orangutan dan hutan bisa terjaga serta lestari. atau kemungkinan selanjutnya adalah hutan dan orangutan akan hilang lenyap ditelan zaman dan tinggal cerita.

Kemungkinan-kemungkinan itu yang mengurai arti dan peranan penting hutan dan orangutan sebagai penyokong semua nafas semua makhluk hidup. Bagaimana jika hutan nantinya hilang lenyap, tak berbekas karena evoria ibu kota (menjadi lupa karena berdalih pembangunan dan industri sehingga hutan menjadi lupa untuk diselamatkan alias tergadai).

Evoria masyarakat Kalimantan sah-sah saja menyambut ibu kota baru, namun sejatinya jangan terlalu berlebihan karena bisa saja dengan adanya pemindahan ibu kota malah menambah persoalan baru menyangkut hutan, tanah, air, satwa dilindungi seperti orangutan atau satwa khas (rangkong/enggang dan satwa endemik lainnya seperti bekantan) hilang lenyap karena terhimpit akibat banyak hal nantinya? 

Hal yang tak terelakan adalah pembangunan dan industri, perkebunan dan pertambangan yang berskala besar karena dampak dari Ibu Kota baru. Takutnya hutan menjadi kota dan orangutan menjadi orang kota.

Berharap, pemindahan ibu kota dapat semakin melindungi hutan dan orangutan agar bisa lestari hingga nanti. Apabila tidak maka hutan, orangutan dan satwa dilindungi lainnya akan tinggal cerita semata.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun