"Hutan menjadi kota, orangutan menjadi orang kota"
Banyak kekhwatiran dan harapan tentunya dari pemindahan ibu kota ke Kalimantan. Kekhawatiran ini tidak lain berkaitan dengan nasib hutan dan orangutan. Sedangkan manfaatnya adalah adanya  pembangunan atau yang lebih dikenal dengan pemerataan pembangunan.
Akan seperti apakah nasib hutan dan orangutan yang ada di Kalimantan nantinya, apakah akan terpengaruh dengan pindahnya Ibu Kota ke Kalimantan?
Suatu harapan yang pasti akan pembangunan tentunya jangan mengesampingkan nasib hidup hutan dan orangutan. Bukankah semua nafas semua makhluk memiliki hak yang sama dan jangan sampai ada yang dikorbankan.
Hilangnya luasan tutupan hutan dikwatirkan setidaknya berimbas kepada hilangnya tempat habitat hidup sekaligus sebagai tempat berkembang biaknya orangutan.Â
Hutan sebagai sumber nafas hidup semua makhluk menjadi satu kesatuan sejatinya, agar bisa terus berlanjut atau akan menjadi korban alias tinggal cerita. Perluasan areal untuk pembangunan.Â
Satwa dilindungi seperti orangutan  pun sangat memerlukan hutan agar bisa tetap menyemai. Hutan, orangutan menjadi satu kesatuan. Hilangnya luasan tutupan hutan,  dan orangutan menjadi bagian yang tidak terpisahkan.
Tak bisa disangkal, nantinya imbas dari pembangunan berdampak pada kebutuhan akan hutan yang kemudian berujung dengan semakin menyempitnya luasan tutupan hutan, demikian juga orangutan secara otomatis akan kehilangan tempat hidup untuk berkembang biak jika tak bijak.
Kekwatiran itu tentunya tidak berlebihan, syukur-syukur dengan pindahnya ibu kota ke Kalimantan Timur membuat hutan tanah dan air tidak tergerus (terjaga, aman dan sentosa), semoga saja.
Hutan, tanah dan air memberi berjuta manfaat bagi semua nafas makhluk hidup. Tetapi akankah ia akan bertahan jika pusat berkehendak dengan asas pembangunan tetapi mengorbankan hutan, tanah, air dan segala isinya.Â